Bab 17 REVISI

43.3K 601 14
                                    

Melihat jam sudah menunjukkan jam 5 sore, Lily bersiap-siap kemas barang dan merapikan dokumen. Kali ini, ia mesti berebut tempat di dalam lift dengan para staff dari devisi lain. Melihat lift yang penuh, Lily hanya menatap dengan tatapan sedih.

"Tahu gini, aku lebih baik turun tangga saja. Daripada seperti ini," gumam Lily kecewa setelah gagal memasuki dalam lift.

Nelson Jong yang melihat Lily berjalan ke arah tangga akhirnya mengikuti dari belakang, karena penasaran dengan apa yang di lakukan oleh Lily.

"Lily?" pangilan Nelson Jong membuat Lily menoleh ke belakang.

"Wakil CEO," ucap Lily kaget.

"Aduh, pangilanmu formal sekali. Berapa kali kukatakan untuk memanggil Nelson Jong saja, tidak perlu embel-embel wakil CEO. Terdengaran sungguh menakutkan sekali," ucap Nelson Jong kecewa dengan panggilan yang Lily sematkan padanya.

"Tapi ...?" ragu Lily.

"Aku lebih tua darimu dan juga kita adalah rekan kerja," kata Nelson Jong lagi.

"Hmm, baiklah kalau begitu. Aku akan panggil Nel saja," Putus Lili akhirnya.

"Nah begitu dong, kan enak kedengarannya. Jadi tidak terkesan formal," balas Nelson Jong dengan wajah tersipu malunya.

"Nel, kamu kenapa di sini?" tanya Lily bingung.

"O, aku melihatmu ke arah sini, jadi kuikuti saja. Siapa tahu mau melakukan hal aneh?" jawab Nelson Jong sangat jujur pada Lily dan tidak ada yang ditutupi.

"Aku mau turun ke bawah lewat tangga," Lily berkata dengan agak malu.

"Hahaha, di sanakan ada lift. Kenapa pakai tangga sih?" ucap Nelson Jong menujuk ke arah lift yang dekat dengan anak tangga.

Lily melihat arah tangan yang di tunjukan oleh Nelson Jong.

"Kok aku baru sadar kalau di sana ada lift?" ucap Lily terheran karena selama beberapa tahun tidak menyadarinya.

"Dibuat berapa bulan lalu. Ayo," ajak Nelson Jong dan Lily mengikuti Nelson Jong dari belakang.

Perasaan Chris yang awalnya senang, kini menjadi buram karena melihat Nelson Jong dan Lily masuk ke dalam lift bersamaan seperti pasangan kekasih pada umumnya.

"Bagaiman menurutmu tentang perusahan ini?" tanya Nelson Jong berbasa basi.

"Jika diihat dari segi keuangan, rasanya bagus. tapi aku belum tahu dan ingin lihat praktek di lapangan, Apakah produk dari perusahaan kita dijual dalam bentuk cash atau kredit?" jawab Lily dan berujung rasa penasarannya.

"Bagaimana kalau kita membahasnya sambil makan malam. Aku yang traktir deh. Kebetulan aku ada hutang 1x makan malam padamu. Bagaimana?" ucap Nelson Jong menawarkan dengan harapan Lily menerima tawarannya.

"Tapi?" ucap Lily ragu.

"Jangan takut seperti itu, aku bukan pria penjahat tubuh wanita. Aku hanya membahas topik perusahan dan tidak ada yang lain, seru Nelson Jong yang menebak keraguan Lily akan tawarannya itu.

Mendengar kata penjahat tubuh wanita. tiba-tiba membuat Lily teringat dengan Chris. Sebutan penjahat tubuh wanita memang pantas disandang oleh Chris. Begitu pikir Lily dalam hati. Karena Chris mempunyai nafsu super kuat seperti monyet.

"Baiklah."

Melihat Lily setuju, Nelson mengajak Lily ke sebuah restoran yang sepi dan indah. Untuk ke dua kalinya, Chris mengintai Lily dari belakang. Seperti seorang suami yang kedapatan istrinya sedang berselingkuh di belakang.

"Apa bagusnya si Nelson Jong? Tampang pas-pasan, dompet juga isi sedang. ukuran itu juga tidak panjang dan berisi," kata Chris dengan nada kurang senang dan masih mengawasi keduanya masuk ke dalam restoran.

"Wah cantiknya dekor restoran ini," ucap Lily terkagum-kagum melihat dekor restoran yang bertema winter.

"Silakan duduk,"Nelson menarik kursi dan mempersilakan Lily duduk seperti tuan putri.

Sikap Nelson Jong membuat Chris makin emosi tingkat tinggi karena menyaksikan perubahan sikap Lily yang lembut kepada Nelson Jong. sedangkan kepadanya selalu menunjukkan duri landak yang siap membunuh dirinya dalam hitungan detik.

"Silakan pilih saja makanan yang kamu suka," kata Nelson Jong lembut.

Melihat harga daftar makanan yang mahal membuat selera makan Lily langsung hilang entah kemana. Nelson Jong tahu, Lily pasti mempermasalahkan harga di daftar. Dengan canggung, Lily memesan air putih segelas dan Nelson Jong melihat tidak ada tambahan makanan yang dipesan oleh Lily. Ia pun merasa sangat kasihan dengan Lily.

Nelson Jong langsung mengambil keputusan sendiri, ia menyebutkan segala jenis makanan yang ada di menu. Pelayan mengantar menu makanan yang dipesan dan disusun dengan rapi.

"Nelson, kamu yakin bisa menghabiskan semua ini?" kata Lily bertanya dengan penasaran.

"Yakin, Li. Kan kita makan berdua," ucap Nelson Jong menunjuk ke arah lily.

"Aku?" Lily menujuk dirinya sendiri.

"Jika bukan kamu, siapa lagi?" timpal Nelson Jong terkekeh geli.

Nelson Jong mengambilkan semua jenis makanan dan meletakkan ke piring Lily. Lily tersenyum dengan malu di hadapan Nelson Jong.

Chris melihat keduanya sangat romantic. emosi dan rasa cemburu membara di hatinya kini yang seakan akan melahap keduanya secara mentah-mentah.

"Lihat saja, bagaimana ku balas rasa sakit ini padamu. Hari sabtu ini kau akan rasakan pembalasanku," ancam Chris dengan tangan mengepal kuat, hingga bunyi dari perpaduan tulang terdengar krek krek.

Lily merasa sudah sangat kenyang memakan banyak makanan enak. Hanya mengedipkan kedua mata yang nampak lelah. Lily masih bisa melihat dengan jelas sosok Nelson Jong yang tertawa. saat sudah berhasil menghabiskan semua makanan dan Lily bertepuk tangan meriah dengan gembira melihat Nelson yang kuat makan.

"Apa kuatnya pria kayak Nelson Jong sampai diberi tepukan tangan, Masih kuat aku di atas ranjang bermain beronde-ronde. Daripada Nelson Jong yang loyo," gerutu Chris mencibir.

Chris mulai mengamati lagi dengan muka cemberut.

Sedangkan Lily sangat bahagia karena bisa makan banyak dan enak hari ini, karena bisa menghemat uang untuk berapa hari kedepan.

"Sepertinya kamu sudah sangat kenyang?" kata Nelson Jong.

"Iya, sampai ngantuk karena efek kenyang hehehe ...." tawa Lily dengan wajah polosnya tanpa di buat-buat.

Lily tertawa dengan polos tanpa menyadari jika reaksinya menyulut emosi Chris yang sudah mirip gunung meletus dan bisa meratakan semuanya dengan sekali letusan.

Tak lama berselang, terdengar hp Lily berbunyi. Lily segera melihat isi pesan di ponselnya yang ternyata merupakan pesan dari James Holland yang bertanya ada di mana sekarang. Lily semakin tersenyum dan mengetik lokasinya berada. Belum semenit, James Holland sudah membalas dan mengatakan jika dia sudah on the way dan memintanya untuk menunggu di depan lobi cafe.

"Pacarmu?" tanya Nelson Jong penasaran, melihat Lily tersenyum bahagia.

"Bukan," jawab Lily dengan tersipu malu.

"Oh," balas Nelson Jong yang merasakan kelegaan di dalam hatinya.

Di pihak lain, Chris sudah hampir memecahkan gelas sampai berkeping-keping melihat pemandangan di depan mata.

WANITA SIMPANAN (NOVELME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang