REVISI 9

74.5K 1K 3
                                    

"Aku akan menunggu di sini, jangan kira kau bisa jualan di sini wanita nakalku!" kata Chris sambil memukul stir mobil.

Dengan percaya diri, Chris memakirkan mobilnya dan mengawasi semua orang di halte bus.

***

Di dalam rumah sakit, sesuai janji. James Holland datang ke kamar pribadi pasien.

"Ayo, ku antar pulang!" ajak James pada Lily.

"Maaf, aku selalu merepotkanmu!" ucap Lily yang sudah banyak berhutang budi.

"Tidak masalah!" jawab James datar.

Dengan kesabaran dan hati-hati, James memapah Lily ke loby rumah sakit. Di saat itu pula, mobil Chris masuk ke dalam garasi pakiran rumah sakit.

"Tunggu sebentar dan jangan kemana-mana!" kata James dan diangguki oleh Lily.

Dalam hitungan detik, mobil James berhenti di depan Lily. James membuka pintu depan untuk memudahkan Lily masuk ke kursi penumpang di samping driver. Saat Lily masuk ke dalam mobil James, Chris sudah berdiri di depan lobby rumah sakit. Keduanya tidak saling menyadari, hingga mobil James berjalan pergi. Dengan mengemudi cepat, James mengantar Lily ke apertement yang di huni oleh Lily.

"Ini untukmu!" kata James sambil menyerahkan tongkat penyanga tubuh ke Lily.

"Ini?" ucap Lily yang melihat tongkat penyanga di tangan James Holand.

"Mau semakin parah atau gengsi?" kata James lagi.

"Bukan itu yang kumaksud," sangkal Lily pada James.

"Aku tak jual. Hanya pinjamkan saja," tutur James pelan.

"Baiklah. Kupinjam berapa hari," ucap Lily akhirnya.

Lily tersenyum dan melambaikan tangan untuk James ketika mobilnya bergerak dan hilang dari pandangannya. Sampai tidak terlihat lagi dari mata Lily.

Memasuki hari ke 3, Lily berjalan masuk ke dalam SAG. Dengan satu tongkat penyangga tubuh. Penampilan Lily yang mencolok tetap saja menarik perhatian orang dan banyak yang bergosip. Lily tidak perduli dengan gosip apapun karena baginya tidak ada waktu untuk menggosip. Yang ada dipikirkannya kini adalah bagaimana cara harus segera menyelesaikan semua berkas dokumen sebelum CEO sinting memarahinya dan melakukan hal tak senonoh lagi. termasuk menikmati kemolekkan tubuhnya. Membayangkan saja, Lily sudah menelan saliva dengan gugup dan tubuhny juga meremang. Seolah menambahkan sentuhan dari Chris untuk memasuki inti tubuhnya yang terasa berdenyut di dalam.

Tidak ingin banyak berpikir, Lily Duduk di tempat dan membersihkan file yang berantakan. hingga Nana mendekat untuk mengganggu Lily. Untuk menunjukkan siapa senior dan junior di dalam perusahan.

"Uhh! mainnya telalu kuat ya, sampai kaki seperti itu?" oceh Nana memulai ujaran kebenciannya untuk mempersulit keandaan Lily.

"Ya, kau benar sekali!" jawab Lily dengan singkat dan menghidupkan laptop dan tetap menatap kerjaan yang harus diselesaikan. Sedangkan Nana masih belum pergi karena masih ingin melanjutkan perkataan. tapi dihentikan oleh Lily dengan cepat.

"Ini sudah waktunya kerja, bukan tempat gosip. Apa kamu tahu itu?" kata Lily penuh penekanan dan mengingatkan jam kerja yang sudah mulai untuk mengusir Nana.

"Kau?" geram Nana kesal.

Lily malas bersuara dan matanya sengaja melihat jam tangan. Nana mengerti maksud Lily dan langsung pergi dari hadapan Lily. Setelah dia berjalan sampai setengah jalan Nana melihat Chris. Dengan langkah cepat menghampiri Chris, Nana berniat untuk mengeluh soal pekerjaan Lily yang tidak selesai.

"Tuan Chris, berapa dokumen penting yang tidak bisa diselesaikan bagian devisi 2 dan wanita itu sengaja memperlambat pekerjaanya. Sehingga banyak yang repot di buat olehnya," kata Nana dengan suara tajam pada Chris mengadukan semua tentang Lily.

Nana pura-pura mengeluh atas ketidak puasan kinerja dari devisi 2 yang merupakan tempat Lily bekerja. Chris terdiam dan mengingat jika ada beberapa dokumen penting mesti di tanda tangani.

Chris langsung berjalan ke bagian devisi 2. Kedatangan Chris tentu memancing beberapa wanita untuk melirik. sedangkan Lily tidak tertarik untuk melihat atau mendengar sedikit pun.

Dirinya lebih sibuk mengerjakan berapa file di laptop. Melihat bayangan di depan, Lily mengangkat kepala dan melihat ke arah Chris.

"Mana dokumen penting hari ini?" ucap Chris pelan.

Melihat orang yang ada di depannya. jari-jari Lily yang mengetik langsung terhenti.

"Sebentar," Lily memutar kursi dan mencari berapa dokumen di sampingnya.

setelah menemukannya, Lily memutar kursinya ke arah posisi semula.

"Silahkan," Kata Lily yang menyerahkan dokumen yang di minta oleh Chris.

Dengan wajah tak senang, Chris mengambil dokumen di tangan Lily. Wajah Lily tetap datar seperti biasa.

"Lain kali, selesaikan lebih cepat dan kasih ke Nana," pesan Chris tajam dan menusuk.

"Baik," Balas Lily yang menandakan ia mengerti.

Lily melanjutkan mengetik dan Chris yang melihat sikap Lily langsung emosi tinggi. tapi masih di tahan di dalam hatinya.

Nana yang mengintip, merasa senang melihat Lily ditegur oleh CEO Chris. Dengan cepat, dia kembali ke tempatnya dan berpura-pura mengerjakan tugas dengan serius. Sedangkan Kirana yang melihat sikap jahat Nana hanya bisa menghela nafas panjang.

"Sudah puas kamu membalas dendam?" ujar Kirana cepat.

"Tentu saja. Wanita sialan itu harus sering dikasih pelajaran," timpal Nana dengan wajah judesnya.

Kirana langsung diam ketika pendengarannya menangkap suara langkah kaki Chris. Melihat ke arah mata Kirana, Nana ikut terdiam, dan bersikap polos. Chris masuk ke dalam ruangan dengan membanting pintu. Kirana melihat ke arah pintu dan berceloteh.

"Kenapa akhir-akhir ini CEO selalu emosi dan marah tak jelas ya?" kata Kirana yang heran dengan perubahan Chris belakangan ini.

"Itu karena CEO Chris memikirkan diriku," jawab Nana dengan percaya diri.

Mendegar perkataan Nana, perut Kirana merasa mual. Beberapa rekan menghampiri Lily, saat makan siang. Mereka mengajak Lily untuk pergi bersama-sama ke kantin kantor.

"Kalian pergi makan saja. Aku masih harus menyelesaikan beberapa dokumen lagi," tolak Lily yang masih sibuk.

"Tapi ini waktu makan siang, Li. Kau bisa sakit maag," kata rekannya.

"Tidak apa. Kalian pergi saja duluan, saya susul nanti. Tidak akan lama," timpal Lily lagi.

"Yang ada sisa makanan kali kalau nanti karena sudah habis," ujar rekan lainnya.

"Sisa makanan juga tidak apa, hehehe ...." balas Lily yang memperlihatkan susunan gigi rapinya.

"Li, kamu ini telalu baik karena membiarkan Nana seenaknya berlaku padamu. Jika aku sudah aku jambak rambutnya," ucap seorang rekannya yang tentu tahu semua perlakuan Nana pada Lily.

Lily tidak menjawab dan hanya senyum. Namun, akhirnya mereka meninggalkan Lily sendiri di kantor. Chris yang tidak biasa makan di kantin kantor, tiba-tiba ke kantin. Kedatangan Chris mengundang perhatian beberapa karyawan wanita yang melirik ke arah Chris, tapi Chris malah memandang mereka tidak ada. Pandangan Chris tertuju ke beberapa sudut kantin untuk mencari sosok Lily. Wanita yang membuatnya tidak pernah tenang selama berapa hari ini.

WANITA SIMPANAN (NOVELME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang