Oh Dunia

1.7K 157 0
                                    

Kecipak air danau, udara dingin berembus menerpa kulit juga lingkaran kabut yang meski memotong jarak pandang namun tidak mengurangi suasana tenang di kabin. Renata terus menerus mengingat tempat itu. Selepas menghadiri acara pernikahan, Reno mengajak Renata ke tempat menakjubkan itu, sampai sekarang kepalanya terus membayangi, senyuman timbul tenggelam di wajahnya, entah tapi kesejukan yang dia hirup di sana masih mengembun di hati. Ia tidak memikirkan Jonatan sama sekali meski dia tiba di kantor agak lama dari waktu biasanya yang memberikan kepastian [pertemuan antara mereka berdua.

“Good morning, sweety!” Jonatan menekan bahu Renata dengan kedua tangannya.

Renata berkilat meloloskan diri lalu membalas ucapan sang Bos, “selamat pagi juga, Pak Bos.”

Jonatan tersenyum miring, matanya ikut mengecil, dia seakan ingin menelan gadis di hadapanya bulat-bulat. “Bahagia banget kelihatannya.”

Renata hanya mengangkat bahu lalu kembali menggerakkan gagang pel, sebentar lagi ia mencapai pintu.

“Aku lagi ngomong, bisa tolong didengarin nggak?” Jonatan menginjak ujung  gagang pel Renata dengan sepatu hitam nan mengkilapnya.

“Aku dengar!” ketus Renata, dia menarik gagang pelnya cukup keras.

“Berani yah mesra-mesraan sama cowo lain di depan aku.”

Ucapan Jonatan bak sambaran kilat, tubuh Renata bergidik, jantungnya terpompa cepat, rasanya ada yang menanjak begitu cepat dari jantung ke bagian belakang kepala.

“Terserah aku dong! Kamu menganggap aku selingkuhan, bukan kekasih so what ever i do, it’s up to me.” Napas Renata menggebu, kali ini tatapannya tidak kalah mengintimidasi.

Jonatan menepuk tangannya berulang kali. “Great! Kamu cuman mau aku perhatiin lebih kan?”

“Buat apa?” Renata berkelit. “Nggak guna!”

“Oh gitu?” Jonatan menganggukkan kepalanya berulang kali.

“Udah? Aku mau lanjut bersih-bersih.”

“Not yet!” tahan Jonatan, “aku masih belum puas ....” kali ini Jonatan mengelus dagu, menatap Renata penuh selidik.

Renata gusar, ia meletakan tangan di pinggang, satu kakinya maju balas menatp Jonatan. “Jadi, menurut kamu, aku nggak boleh bahagia? Nggak boleh tertawa ngakak sama orang  lain sedangkan kamu sama Febi udah nempel kaya perekat di kaki cicak ....”

“A ....” Jonatan tidak menyelesaikan ucapannya.

Renata mengangkat tangannya. “No, no, no, no! Aku belum selesai bicara! Hidup aku berjalan bisa sebelum kehadiran kamu, dan kamu udah bahagia sama Febi, apa lagi yang kamu cari? Udah lah, berhenti jadiin aku boneka kamu.”

“Ketimbang aku nyarinya di bar kan.” Bahu Jonatan terangkat, tidak mempedulikan ucapan Renata.

“Cowo macam apa sih kamu?”

“Cowo maca apa aku, tetap aja kamu selingkuhan aku.”

“Ok! Aku mengundurkan diri jadi selingkuhan kamu. Done!”

“Eit nggak bisa kaya gitu! Hubungan harus diakhiri secara baik-baik, bukan seperti ini.”

“Makin hari makin ngelunjak aja ya, rasanya pengen aku ulek aja!” desi Renata tangan kirinya terkepal sedangkan tangan kanannya meremas gagang pel erat.

“Nanti malam ke apartemen yah,” rayu Jonatan lembut, dia mendekat ke arah Renata yang sudah memunggunginya kembali mengepel lantai.

Renata mendorong tubuh Jonatan dengan tangan kiri,  berbalik dan mengacungkan gagal pel te[at di hidung mancung Jonatan.

𝙊𝙝 𝙂𝙊𝙙, 𝙃𝙚'𝙨 𝙈𝙮 𝙀𝙭 ( 𝙀𝙉𝘿)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang