Sekali lagi, Nanti

1.4K 132 4
                                    

Renata tertidur pulas di ranjang Reno, larut dalam mimpi berdansa berdua dengan kekasihnya di padang rumput hijau juga payung biru langit, udara terasa manis bahkan dapat dikecap oleh lidahnya, aroma wangi meruyak menenangkan pikiran. Reno tertawa, dia tertawa, mereka bahagia. Keinginannya untuk tetap di sana menguap seketika, saat guncangan keras membangunkannya.

“Kenapa sih?” Renata meranggakkan tangan sesaat lalu menggosok mata yang masih begitu berat. “Lagi mimpi indah kok dibangunin!”

“Aku kesepian,” jawab Reno sembari duduk di tepi ranjang, tadi pagi dokter sudah membolehkannya pulang setelah dirawat seminggu, Renata sampai kehilangan berat badan karena terus menjaga sang pacar, ia bergantian menjaga Reno bersama  Ibu Reno. Tetapi, dia tidak membiarkan wanita itu terlalu lelah, ia juga tetap menyempatkan diri pulang untuk membersihkan diri dan bermain dengan Farlan juga tentu dengan keluarganya.

“Aaaaaaa!” Renata bangun, melingkarkan tangan di pinggang Reno, lalu menempelkan kepalanya di bahu Reno, “emang aku tidur udah berapa jam?”

“Tiga jam.”

“Tiga jam!” Renata menatap jarinya sendiri. “Sory!”

“Iya, sayang. Aku tahu, pacar kesayangan aku pasti cape banget.”

“Bentar, perasaan aku tidur di sofa, kok sekarang di tempat tidur?”

“Dipindahin Jin,” canda Reno sembari mengelus kepala Renata.

“Ihhh!” Renata mencubit lengan Reno pelan, lalu memeluknya semakin erat, rasa nyaman mengaliri mereka. Renata menatap keliling ruangan yang bernuansa serba putih, lalu keluar jendela kaca, awan mendung tengah menggantung di sana.

“Kamu lapar nggak?” tanya Reno.

“Lapar banget,” keluh Renata, “aku keluar cari makan dulu deh.”

“Kaki kamu kan lagi sakit, jangan yah, order aja.”

“Order mulu, aku pengen makan mie instan.”

“Sebenarnya, Mama ada di luar lagi bawain rendang.”

“Masa?”

Reno mengangguk. Renata buru-buru berdiri. Reno menahan tangan kanan Renata, mendudukkannya kembali ke tempat tidur, dia meraih sisir hijau di atas nakas, menyisir rambut Renata perlahan.

“Na, kamu lebih suka film yang happy ending atau sad ending?”

“Happy ending dong, masa udah nonton selama bermenit-menit, berjam-jam ujung-ujungnya nyesek kan sakit!”

“Menurut kamu kesedihan itu bisa abadi?”

“Tergantung, aku itu contoh orang yang pernah terperangkap kesedihan dan aku kira itu bakalan abadi, but look at me now, aku gadis paling bahagia di dunia, bersama kamu. Dunia terus berotasi, tidak akan ada yang bisa menghentikannya, manusia bisa mempertahankan rasa tapi tidak menetapkan waktu, maybe.”

“Nglelantur lagi.”

“Renoooo, aku lapar banget, ayo lah makan!” bujuk Renata.

“Ya udah, sana makan.”

Renata tersenyum lebar, turun dari tempat tidur. Di dapur, Ibu Reno tengah membereskan alat-alat dapur.

“Tante,” sapa Renata, “lepasin aja, nanti biar aku yang beresin.”

“Udah nggak apa-apa,” jawab Ibu Reno, “toh selama ini kamu udah banyak bantuin. Tante cuman mau kamu tolongin sebentar, anterin rendang ke tetangga depan itu yah! Sekaligus undang dia buat makan malam.”

Tetangga depan, kepala Renata langsung menampilkan wajah Jonatan.

“Jonatan maksud tante?”

Ibu Reno menganggukkan kepala. “Dia udah bantuin saya kalau pulang malam dari rumah sakit diantarin sampai rumah.”

“Kok dia jadi ....” Renata tidak bisa menyelesaikan kata-katanya. “Aku tanya sama Reno dulu yah, tan.”

“Udah, nggak apa-apa.” Reno sudah ada di balik punggung  Renata lalu menekan bahunya. “Asal jangan lama-lama, aku bisa mati menahan rindu!”

Renata membuat gerakan menembak kepalanya sendiri. Enggan rasanya menemui Jonatan, tetapi, dia tidak bisa menolak permintaan Ibu Reno juga.

Pintu Jonatan baru terbuka kali kelima Renata menekan bel. Wajah datar dengan pandangan penuh curiga ditujukan Jonatan pada Renata.

“Nih, rendang dari Ibu Reno.” Renata menyodorkan mangkok putih di tanganya ke pria yang menggunakan baju abu-abu over size dan celana hitam selutut.

“Bisa tolong bawa masuk, aku lagi nyusun laporan soalnya.”

Renata mengangguk kaku. “Keep the door open!” pintanya sebelum masuk.

Sofa depan TV di penuhi oleh tas belanja, Renata segera mengalihkan pandangan menuju dapur. Piring kotor menumpuk di wastafel, dia terpaksa mencuci satu untuk memindahkan makanannya.

“Are you ok?” pertanyaan itu keluar dari mulut Renata, dia ingin pamit, jadi dia menghampiri Jonatan di kamarnya, dia tengah menekan kepalanya. Tiba-tiba saja Jonatan berdiri dan mengarakan tangan ke cermin yang tepat berada di depannya.

“Jonatan!” teriak Renata kesal.

Jonatan mencengkeram ujung meja, jakunnya naik turun dengan napas memburu.

“Aku balik! Nanti malam kamu diundang buat makan malam di tempat Reno!” Renata merasakan kepalanya membunyikan alaram tanda bahaya.

“Renata please, i need someone, friend!” suara Jonatan memburu.

Darah mengaliri kepalan tangan Jonatan jatuh menimpa lantai. Renata jadi tidak tega.

“Kotak P3Knya di mana?”

“Dibawa Febi kemarin.”

“Ya udah ikut ke sebelah.”

“Tidak perlu.”

“Aku maksa!” Renata menarik tangan Jonatan kuat, meski awalnya kaki Jonatan membatu, pada akhirnya dia menurut juga.

Di tempat Reno, Jasmin dan Dika tengah bertamu, tatapan curiga menghujan mereka berdua, apa lagi masuk saling berpegangan tangan. 

Reno menatapnya penuh tanya.

“Dia mau bunuh diri!” ucap Renata memelas.

“Sini-sini, tante aja yang obatin.”

“Biar Renata aja, Mah.” Reno menarik tangan Ibunya lembut, “mendingan Mamah ngobrol sama Jasmin.”

“Yuk, Tante,” panggil Dika, “kita bawain getuk kesukaan Tante.”

Renata mengarahkan Jonatan ke dapur, mengulurkan tangan yang terluka itu ke wastafel, membersihkan luka lalu mencari pecahan kaca yang masih tertinggal di punggung tangan kanan Jonatan.

“Kamu pengen bunuh Reno?” Jonatan menarik tanganya dari genggaman Renata kasar.

“Ken .... “ Renata menatap Jonatan tepat ke mata elangnya.

“Reno sayang banget sama kamu, dan kamu malah perhatian sama aku! Dia jelas cemburu!”

“We just friend!” Renata menarik tangan Jonatan lagi, menuangkan obat luka sembarangan sampai Jonatan menjerit ngilu. “Reno tidak seperti kamu!”

“Itu yang kamu lihat, emang kamu bisa baca pikiran dia, saat kamu udah dapatin pria yang sayang sama kamu, kamu kok malah kaya gini.”

“Perlakuan kamu dulu jauh lebih buruk!” Renata berkata lembut, “kami saling percaya, dan aku cuman sayang dan cinta sama Reno! Meski raga aku sama kamu, hati aku tetap sama dia!”

Jonatan melepaskan tanganya lagi, tetapi kali ini dia melakukannya dengan sangat lembut. Dia menatap Renata sesaat, tersenyum kecil.

“Aku balik!”

“Dan ngelompat keluar dari balkon kamar kamu?”

“Aku masih pengen hidup lebih lama, mau nikah masa bunuh diri.” Jonatan meninggalkan Renata. Gadis itu membatu di tempat. Reno mendekatinya, meraih tanganya yang basah lalu mengeringkannya dengan kain lap putih.

“Are you mad?” tanya Renata, suaranya hampir tenggelam. Pandangannya mulai kabur dibalur air mata.

“Udah aku terjang dari tadi kalau aku marah.” Reno meletakkan kain lalu menggenggam tanganya erat.

“Aku bingung seakan semua berubah, dan makin penuh tanya.”

Reno tersenyum, menaikkan alisnya. “Nanti, pasti tahu, hanya saja bukan sekarang.”

Renata ingin bertanya lagi. Namun, Reno lebih dahulu membungkam mulutnya dengan ciuman hangat.

“Kebakaran!” teriakan nyaring memisahkan mereka berdua, Sam berdiri di ambang pintu tersenyum jahil.

“Sialan!” maki Reno menyambar kain lap di meja melemparkannya telak ke wajah Sam, dia masih menggunakan jas dokternya. “Ganguin aja!”

“Sory! Habis aku tidak bisa menunda kabar bahagia ini, nggak bisa ngomong lewat telepon juga.”

Sam mendekati Renata menyingkirkan Reno, dia memegang tangan Renata. “Kara nerima lamaran aku, acara lamaran resminya besok malam!”

“Realy?” Renata melompat kegirangan turut bahagia atas kabar gembira sahabatnya, dia menangis haru, memeluknya erat.”Congratulation!”

“Udah cukup!” Reno menarik tangan Renata, “lewat satu menit lagi pelukannya nggak bakalan aku izinin ikut acara pertunangan itu!”

“Raja tega!” decak Renata.

“Biarin!”

“Obatnya udah diminum belum?”

Reno menggeleng.

“Kamu ....”

“Sudah waktunya,” potong Renata cepat, “Reno sakit apa?”

Dua jari telunjuk merapat ke bibirnya, membuatnya bungkam.






𝙊𝙝 𝙂𝙊𝙙, 𝙃𝙚'𝙨 𝙈𝙮 𝙀𝙭 ( 𝙀𝙉𝘿)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang