Tatapan Jonatan membekukan seluruh tubuh Renata, hatinya mati sedangkan kepala kembali memainkan memori yang dulu pernah terjadi. Manis memercik lidah saat kenangan indah ditayangkan.
Netranya berbalur kaca dan rupa tidak berdaya.
“Kalau kamu berani bilang sekarang!” kata Jonatan mengangkat dagu Renata dengan jari telunjuknya.
“Everything is change!” ucap Renata pelan, dia menepis tangan pria jangkung di depannya.
“Bicara lebih jelas Renata! Bilang kamu ingin hubungan kita berakhir!”
Renata mengembungkan pipinya, dia ingin berteriak kencang. Namun, pita suaranya seakan putus. Tepat saat pintu lift terbuka, dia mendorong tubuh Jonatan menjauh dan pergi.
“Enough! Enough!” desisnya, menahan getaran sakit yang luar biasa di dada.
🌹🌹🌹
“Ren, kan liburan tiga hari, kamu ikut lah main ke vila sama aku,” bujuk Sam melalui telepon.
Renata menatap atap kamarnya yang dipenuhi stiker glow in the dark berbentuk kupu-kupu. Ia berdehem beberapa kali agar suaranya tidak terdengar serak, menahan duka.
“Ayo lah, Ren. Kita udah lama nggak liburan bareng,” rayu Sam lagi, “aku kangen sama jagung bakar gosong buatan kamu!”
“Enak aja, pacar kamu yang gosongin aku yang di salahin. Kamu butuh tukang masak kan? Bilang aja! Sebenarnya kalian nggak pengen aku ikut cuman mau nyelamatin reputasi Kara sebagai anak baik!”
Tidak ada tanggapan dari Sam.
“Jujur lah Sam!”
“Kamu lagi ada masalah?” cecar Sam.
“Kagak!” teriak Renata seperti orang kesetanan.
“Jonatan bikin ulah apa lagi?” serang Sam.
“Nggak ada.”
“Kalau gitu kamu ikut ke vila! Tidak ada pembantahan!” Sam memutuskan panggilan mereka secara sepihak.
Renata melepaskan ponsel dari telinganya, air mata lengser begitu saja di sudut mata.
“Ren, kamu harus bisa ambil keputusan! Kamu nggak bisa terus kejebak sama masa lalu! Tiga hari waktu yang cukup buat aku nggak ngeliat wajah Jonatan. Harusnya itu cukup! Tapi, apa bakalan semudah itu dibandingkan dengan usaha aku bertahun-tahun?”
⚘⚘⚘⚘⚘⚘⚘
Vila pribadi keluarga Sam terletak jauh di dalam rimbunan hutan dengan jalan batu menanjak yang tidak bisa di lalui kendaraan. Ayah Sam sewaktu muda suka mendaki gunung, namun semakin menua dia agak kesusahan, sampai akhirnya dia membangun vila ini agar tetap bisa mendapatkan tantangan dan sensasi mendaki gunung.
Pagi sekali mereka berangkat menggunakan mobil. Ada beberapa rumah warga di bagian bawah yang biasa digunakan sebagai tempat penitipan kendaraan dan juga tempat meminta air jika sumur di vila mendadak macet. Matahari belum terbit saat mereka berlima mulai pendakian. Sam dan Kara, Dika dan Jihan, lalu Renata sendiri mengekori mereka, dia membawa enam botol air kemasan berukuran besar untuk dirinya sendiri. Agak kesusahan memang, tapi dia tahu betul bagaimana kondisi Vila.
Kara bilang sudah kurus memasak dan akan bertanggung jawab penuh untuk urusan makanan maupun air. Renata menolak percaya pada kekasih Sam itu.
Pegal membuat tanganya mengerang. Dia meletakan botol di tanah, merenggangkan otot.
“Renata!” suara bisikan membuat tubuhnya bergidik ngeri.
“Reno! Kamu ....” kekesalan semerta-merta menguasai hati Renata, ia baru merasa baikkan dengan udara segar kini kesal kembali.
“Sory, aku telat!” cengiran lebar terpampang di wajah pria itu.
Renata mengangkat tanganya tinggi ke langit. “Aku balik aja, kalau aku dekat sama aku bakalan ketiban sial lagi. Ingat aku udah dapat SP Tiga.”
“Renata, aku kan udah bilang bakalan tanggung jawab. Kemarin aku dapatin tempat kerja yang cocok sama kamu.”
“Terus? Aku nggak percaya!” Renata menyilangkan tangan di dada.
“Dengarin dulu kasih aku kesempatan,” bujuk Reno.
“Fine."
“Jadi, aku dengar dari Sam kamu lulusan SMK Administrasi perkantoran, nah ada salah satu perusahaan distribusi yang lagi butuh staf administrasi gudang. Gajinya tiga bulan pertama nggak bakalan besar sih.”
“Aku tahu.” Renata memutar bola matanya.
“Jadi, aku bakalan tambahin supaya setara sama gaji kamu di tempat lama.”
“Kenapa kamu jadi sebaik ini?” tanya Renata curiga.
“Ren, aku kan udah bilang siap tanggung jawab sama kesalahan yang udah aku buat. Sekali lagi aku minta maaf yah!”
Renata menganggukkan kepala perlahan, buat apa juga dia menyalahkan Reno memang dasar Jonatan yang tidak waras. “Ok.”
Reno menarik napas lalu mengacak-acak rambut Renata. “Balapan yuk sampai atas.”
“Boleh, tapi sama bayangan aku!” gerutu Renata sembari mengangkat botol airnya.
“Aku aja sini.” Reno meraih botol terlebih dahulu.
“Nggak mau! Aku nggak mau kalau nanti aku utang budi dan bagiin air aku!”
“Bilang aja pelit!”
“Biarin!”
“Gini deh, aku tiga kamu tiga, gratis.”
“Kalau gratis bawain semua!” Renata mengedipkan mata berulang kali.
“Kalau gitu mendingan nggak usah.” Reno berjalan meninggalkannya.
Renata menggelengkan kepala, lalu meraih botol ke dalam dekapan. Reno berbalik lagi merangkul bahu gadis itu lalu meraih tiga botol dari tanganya.
Renata menarik napas, Reno sudah membuka jalan baginya untuk keluar dari kekangan Jonatan, ia tidak perlu ragu sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝙊𝙝 𝙂𝙊𝙙, 𝙃𝙚'𝙨 𝙈𝙮 𝙀𝙭 ( 𝙀𝙉𝘿)
Romance⚠️ Low conflict Sinetron able. Not relate to anyone life. Si kolektor bedak bayi diajak jadi selingkuhan sama MANTAN kesayangan! Oh No! Terima? No Way! Dia udah jadi atasan. Tolak? Aaaa kan masih sayang😭 Iii makin hari kok makin dekat .... Stop! S...