New Me

1.6K 166 6
                                    

Renata mengerjapkan matanya berulang kali, dua bola besi seakan menggantung di sana berat sekali, ia mengalah mengatup netranya lagi. Kepalanya masih berdegung seakan dihuni ratusan lebah, dan ia merasakan tenggelam dalam kolam air dingin, ia kesulitan bernapas. Akibat perbuatannya sendiri hujan-hujanan sekarang virus RNA bertamu.

Dia menarik rapat selimut hingga menutupi kepala, rasanya dingin masih menyiksa. Semalam, setengah tersadar dia melihat seorang wanita paruh baya mengganti pakaiannya.

Selimutnya tersingkap perlahan, sentuhan lembut menjamah kening Renata perlahan.

“Syukurlah demamnya udah turun,” suara Reno menyusup di telinga, sontak Renata membuka mata.

“Udah bangun ternyata,” Reno duduk di sisi Renata, tangannya kembali menyentuh kening Renata. ”Pusing?”

“Sedikit.” Renata meraih tangan Renata, menggengamnya erat. “Maaf aku ngerepotin.”

“Nggak aku maafin sih.” Reno tersenyum manis sembari berdiri keluar dari kamar.

“Jahat!” desah Renata. ia peralahan dia mengangkat tubuhnya, lalu duduk bersandar di tempat tidur. Selimut kembali dia rapatkan. 

Reno muncul membawa nampan berisi mangkok dengan uap hangat mengepul. Dia kembali duduk di tepi ranjang. Renata baru memperhatikan penampilan Reno, baju kemeja putih yang lenganya digulung hingga siku dan celana hitam, tampak rapi sepagi ini.

“Aku suapin, yah.” Reno mengambil kain putih mengelap sendok.

“Nggak, aku bisa makan sendiri, jauh-jauh sana!” Renata mengibas-ibas tanganya, ia tidak mau Reno ikut tertular flu. Wajah pria itu mengembung.

“Reno, sayaaaang,” suara Renata jadi sengau karena hidungnya mapet. “Aku nggak mau kamu ikut tertular flu.”

“Aku emang mau pergi ninggalin kamu sendiri!” Reno menatapnya tajam.

Renata terenyak, tanganya terkepal di balik selimut.

Reno mendadak tersenyum lalu dengan jahil dia mengecup bibir Renata yang tengah cemberut.

“Kamu pergi aja, aku bisa sendiri di sini. Atau ....” mata Renata membelalak. “Kamu pengen usir aku?”

“Enggak dong kelinci. Aku cuman kawatir, soalnya kau baru bisa pulang sore.”

“Nggak apa-apa, asalkan ada makanan di belakang. Ada kan?”

Reno mengangguk. Mata jernihnya menatap wajah Reno.

“Jangan tatap aku kaya gitu dong, kan aku jadi nggak tega ninggalin kamu.”

“Aku bakalan kangen setengah mati sama kamu hari ini,” goda Renata. Sakit di kepala menguap tanpa jejak.

Reno berubah cemberut.

Renata tertawa tapi malah batuk setelahnya. Reno buru-buru menyodorkan segelas air hangat.

“Pergi kih, nanti telat,” ujar Renata melihat Reno masih betah saja di sana. “Ponsel aku mana ya? Aku harus ngbarin orang-orang rumah.”

“Aku udah nelpon Sam semalam, dan aku minta langsung ngomong sama Ayah kamu, beliau bilang yang penting kamu baik-baik saja.”

“Makasih, kamu menantu idaman deh.”

“Naaaaaa!” Reno mencubit pipi Renata gemas. Dia kemudian melirik jam di tangannya. “Aku harus berangkat sekarang, kamu yakin nggak apa-apa aku tinggal.”

Renata menganggukkan kepala. “Ya udah, hati-hati di jalan.” Renata membuat kiss bye dengan tanganya. Reno malah membalas dengan memberikan ciuman bertubi-tubi ke wajah Renata.

𝙊𝙝 𝙂𝙊𝙙, 𝙃𝙚'𝙨 𝙈𝙮 𝙀𝙭 ( 𝙀𝙉𝘿)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang