"Sejenak aku terlena dan terbius akan rasa yang tak mampu ku tafsirkan, hatiku bergetar kala menemukan senyumnya. Benarkah jika ini cinta?"
Jihan Makaila Fakhirah
_My Future_
Jangan lupa tinggalkan jejak ya... follow, vote and comment.
Ini akun baruku ya, yang lama @Afifasya udah nggak bisa masuk, karena lupa kata sandi dan kata sandi email. Jadi aku post ulang di akun baru ini ya dan mungkin akan ada sedikit perubahan . terimakasih 🙏🤗
***
Malam telah bergulir dengan pagi, sayup-sayup suara azan subuh berkumandang. Seorang gadis tengah duduk di gazebo dengan mendengarkan lafaz azan tersebut. Memang sudah menjadi kebiasaan gadis cantik ini, ketika azan berkumandang ia selalu menikmati dan mendengarkan setiap lantunannya di manapun ia berada.
Namun, azan kali ini terdengar berbeda dari biasanya. Begitu merdu dan menyejukkan hingga membuat hatinya berdebar tak keruan. Siapa gerangan yang kini tengah mengumandangkan azan tersebut? Membuatnya ingin mendengarkan lebih jelas lagi, dengan langkah tergesa ia menuju arah masjid.
Hingga tanpa sadar ia menabrak seseorang berbadan tegap dan bersarung, yang ia yakini adalah seorang ikhwan.
Aduh! siapa sih ini? Nggak tau orang lagi buru-buru apa?gerutunya dalam hati.
"Ning Jihan? Aduh! Afwan Ning! Saya nggak sengaja, Ning Jihan nggak kenapa-kenapa kan?" tanya pria tersebut dengan lembut dan dengan nada penyesalannya.
Jihan Makaila Fakhirah, atau kerap disapa Ning Jihan oleh santri-santri pondok pesantren milik abinya. Meskipun kedekatan antara Muhammad Arfan Hafidz dan Jihan ini sudah lama bahkan sudah seperti seorang kakak dan adik. Namun, masih banyak yang mengira kalau mereka berdua menjalin sebuah hubungan spesial melihat sikap Arfan yang begitu perhatian pada Jihan.
"Kak Arfan ternyata, kan jadi kotor mukenaku kak, Jihan nggak jadi ikut jamaah dong," gerutunya pada Arfan yang hanya terkekeh pelan. Sudah menjadi hal yang biasa melihat tingkah manja Jihan padanya.
Orang tua Arfan dan Jihan itu bersahabat, jadi tak hayal jika mereka bisa sedekat itu. Orang tua Arfan menitipkan Arfan ke pondok pesantren tepat saat ia memasuki jenjang tsanawiyah yang bertepatan saat itu Jihan masih menduduki bangku SD.
Usia mereka terpaut dua tahun, dan saat ini di usianya yang masih terbilang muda muda ia sudah mendapatkan amanah untuk mengajar di pondok pesantren. Padahal Arfan masih belajar di kelas tiga Madrasah Aliyah Plus Al-Irsyad. Sedangkan Jihan sendiri, sekarang baru memasuki kelas sepuluh di SMAN Harapan Bangsa.
Alasan Jihan tak memilih memasuki madrasah aliyah yang bernaungan di bawah yayasan pondok pesantren milik abinya adalah karena itu semua kemauan Jihan. Orang tua pun membebaskan anaknya kemana saja untuk menuntut ilmu, asalkan bisa menjaga dirinya.
"Ning Jihan, sekali lagi maafin kakak ya? Kakak lagi buru-buru nih!" ucap Arfan penuh sesal.
Jihan hanya menatap Arfan sekilas kemudian mengangguk pelan, ia juga tak bisa marah lama-lama dengan Arfan.
"Ya sudah Jihan maafin," tuturnya pelan, membuat Arfan menyunggingkan senyum kecilnya hingga nampak lesung pipi miliknya.
"Terima kasih, ya sudah! Kakak duluan ya Ning ke masjid," pamitnya setelah mendapat jawaban dari Jihan, dengan segera Arfan berlalu dan bergegas menuju masjid.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future
Teen FictionSebagian part dihapus HARAP FOLLOW TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA;) Cinta datang karena terbiasa, tapi nyatanya tidak bagi seorang putri kiai pesantren Al Irsyad ini. Justru ia jatuh cinta ketika ia mendengar lantunan lafadz adzan dari seseorang yang...