17. Khitbah

39 11 2
                                    

"Terimakasih sudah mau memberikanku celah untuk singgahi hatimu"

Muhammad Arfan Hafidz

_My Future_

***

Hujan yang tak kunjung reda sedari tadi pun kini mulai berhenti, bahkan awan yang tadinya tertutup kabut gelap pun kini mulai samar. Mentari yang masih tak kunjung menampakkan diri itu telah digantikan oleh warna-warni indah yang menjuntai di langit, yang sering orang-orang sebut sebagai pelangi.

Rintikan air pun sudah tak nampak lagi, perlahan-lahan mentari mulai menampakkan sinarnya, meski ia masih enggan menampakkan wajah berserinya.

Keluarga Arfan juga sudah beranjak dari rumah pemilik pondok pesantren al-Irsyad, suasana ruang tamu kembali tegang begitu menyisakan Jihan dan kedua kakak serta kakak iparnya ini. Tama, kakak keduanya yang baru saja kembali beberapa minggu lalu, kini tengah menatapnya dengan tajam. Seolah-olah ia tak terima dengan keputusan Jihan. Sedangkan Reyhan dan Andin, mereka berdua menatap Jihan dengan tatapan yang sulit diartikan.

Helaan napas terdengar dari mulut Reyhan, Jihan yang mendengarnya pun segera menoleh ke arah sang kakak dan mendapati tatapan sendu itu.

"Dek, kamu sudah yakin dengan keputusanmu?" tanya Reyhan pelan, Jihan hanya tersenyum sembari menatap sang kakak.

"InsyaAllah Jihan sudah yakin, Mas, apalagi setelah mendengar jawaban kalian semua tentang kak Arfan, Jihan semakin yakin kalau kak Arfan bisa bimbing Jihan menuju jannah-Nya," tutur Jihan yang mampu menarik kedua ujung bibir Reyhan.

"Mas bangga sama kamu, Mas yakin Arfan itu pria yang baik dan pasti dia bisa buat hati kamu luluh," tutur Reyhan dengan binar mata bahagia.

***

Fajar telah menyapa, ketika kebanyakan orang masih terlelap dalam mimpinya, Jihan justru kini sudah siap dengan mukenanya untuk menunaikan salat Tahajud.

Gadis yang tampak ceria ini kini tengah menangis dalam sujud nya, ia mencurahkan segala keluh kesahnya pada Rabb-nya.

"Ya Allah, jika kak Arfan Engkau jodohkan padaku, maka dekatkan dan permudahkan lah yaa Rabb. Namun, jika ia bukan jodohku, maka jauhkanlah dan berilah keikhlasan dalam hatiku, aamiin," lirihnya seusai salat sembari menengadahkan kedua tangannya. Air matanya berlinang dengan sendirinya tanpa diminta.

Seusai salat, sembari menunggu waktu Subuh tiba, ia memanfaatkan sela waktu itu untuk murajaah yang sudah dihafalnya. Setelah terdengar azan Subuh, ia segera menunaikan salat Subuh.

Sehabis Subuh, Jihan segera bersiap untuk ke asrama putri, karena hari ini ia akan menggantikan sang ibu untuk menyimak hafalan mbak-mbak santri. 

S

etibanya di asrama putri, Jihan disambut antusias oleh mereka.

"Kalimat fii ddun yaa ini dibaca jelas ya, karena ini bacaan idzhar wajib yang harus dibaca jelas meski nun mati bertemu dengan ya' karena mereka dalam satu kalimat," jelas Jihan saat mengoreksi bacaan mbak-mbak santri, ilmu yang dimilikinya memang belum seberapa, tetapi karena ia sering menggantikan uminya ketika Rahma berhalangan hadir, jadi kini ia sudah terbiasa dengan ilmu-ilmu tajwid, ia belajar sembari menyalurkan apa yang ia pelajari.


Seusai menyimak, ia segera bersiap untuk ke sekolah. Hatinya tengah gundah, hari ini adalah hari terakhirnya menggunakan seragam sekolah. Pasalnya ia telah usai mengerjakan soal-soal ujian beberapa hari lalu, dan kini tinggal lah masa-masa yang mendebarkan bagi siswa kelas 12, karena hari ini tepatnya adalah hari dimana akan ada pengumuman kelulusan.

My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang