25. Lembaran baru

41 11 0
                                    

"Hidup itu tak selamanya mulus, hidup juga perlu sebuah ujian dan masalah. Jika tidak kamu tidak akan tahu makna bahagia yang sesungguhnya"

Jihan Makaila Fakhirah

_My Future_

***

"Kalian hati-hati ya, jaga diri kalian baik-baik di sana. Doa Abi selalu menyertai kalian," tutur Zaki sembari menatap sendu kedua anaknya yang yang akan pergi meninggalkannya untuk beberapa saat.

Jihan menatap Zaki dengan mata berkaca-kaca, belum puas ia melepas rindu dengan kedua orang tuanya ia harus pergi lagi.

Tapi, mau bagaimana lagi, ini sudah menjadi keputusannya. Demi kebahagiaan juga mimpinya, ia tak mau lagi berurusan dengan masa lalunya yang menyakitkan.

"Iya, pasti, Abi."

"Kami pamit dulu, Bi, Umi, Mas, Mbak, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab mereka serentak.

"Semoga mimpi-mimpi serta kebahagiaanmu segera menjemputmu, dik," gumam Reyhan dalam hati saat menatap kedua adiknya sudah menghilang dari pandangannya.

Andin tersenyum menatap sang suami yang masih setia menatap tempat di mana kedua adiknya menghilang. Tangannya bergerak mengusap kedua bahu sang suami untuk menyalurkan kekuatan dan kehangatan pada sang suami.

Reyhan menoleh ke arah sang istri yang kini tengah menatapnya dengan seulas senyuman yang tercetak di bibirnya.

"Kita pulang yuk! Abi sama umi sudah duluan ke mobil," ujar Andin dengan suara lembutnya.

Reyhan masih bungkam, ia kembali menatap sekilas jalan yang baru saja di lewati kedua adiknya. Membuat Andin lagi-lagi tersenyum memaklumi, wajar saja jika Reyhan merasa kehilangan kedua adiknya. Ia baru bersama kedua adiknya secara bersamaan dan saling berbagi cerita, kini mereka sudah pergi untuk mengejar mimpi mereka.

"Percaya! Mereka pasti baik-baik saja," ujar Andin dengan seulas senyuman yang dibalas Reyhan dengan sebuah kecupan di dahi Andin, membuat Andin mengeram kesal padanya mengingat Reyhan yang asal cium saja tanpa tahu tempat.

"Mas, ih! Malu! Ini masih di bandara!" rengek Andin sembari menutup wajah memerahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Kenapa harus malu? Kita sudah sah lo!" ujar Reyhan mengingatkan sang istri dengan tatapan jahilnya.

"Ya, enggak di tempat umum juga kali!"

"Oh, maunya di tempat sepi, ya sudah yuk pulang! Kita langsung ke kamar habis ini," ujar Reyhan setengah berbisik yang langsung dihadiahi cubitan oleh sang istri. Reyhan tertawa puas begitu mendapati wajah merah padam Andin.

***

"Dek, dicariin ustadz Fahri nih!" ujar Tama kepada sang adik yang masih membenahkan Jilbab yang dikenakannya.

"Iya, Kak! Sebentar!"

Jihan keluar dari kamarnya dan mendapati sang kakak tengah berbincang dengan ustadz Fahri, ia adalah seorang pengajar di Madrasah sekitar tempatnya.

My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang