19. Perlakuan Manis

38 12 0
                                    

"Terimakasih sudah mau berjuang untukku, dan maaf"

Jihan Makaila Fakhirah

_My Future_

***

Jodoh itu sulit untuk ditebak, kita tak tahu pada siapa hati akan memutuskan untuk menetap, bahkan seorang musuh pun bisa jadi itu adalah jodoh yang Tuhan persiapkan untukmu.

Abil tengah termenung di ruang kerjanya sembari menyesap hot chocolate yang menjadi minuman favorit nya, apalagi ketika pikirannya sedang suntuk.

Ia menatap kosong layar monitor yang dibiarkan menyala. Suara deringan ponsel membuyarkan lamunan Abil, pandangannya segera mengarah pada benda persegi panjang yang menampilkan panggilan masuk.

"Hallo! Assalamualaikum, Abil!" seru seseorang dari seberang sana ketika panggilan mulai tersambung, Abil mengambil napas terlebih dahulu sebelum menjawab sapaan seseorang di seberang sana.

"Iya, waalaikumsalam." Abil kembali mengambil napasnya sembari memejamkan kedua matanya.

"Bil, boleh minta tolong?"

"Apa?"

"Jemput aku di bandara, aku sendirian di sini, boleh nggak?"

"Kamu lagi di Indonesia?" tanya Abil terkejut.

"Iya, bantuin ya?"

"Oke-oke, kamu tunggu sebentar aku akan ke sana, biar aku jemput Rizki dulu di rumah."

"Iya, jangan lama-lama ya!"

"Yasudah aku tutup dulu, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Abil segera beranjak untuk menjemput sang adik agar menemaninya menjemput Rida, sahabatnya yang baru tiba di Indonesia.

Di tengah perjalanan ke rumah, Abil teringat seseorang dan ingin memberinya kabar, pasti Rida akan bahagia dengan kedatangannya, akan tetapi saat mengingat status baru yang kini menyandang orang tersebut ia urungkan, apalagi sekarang orang itu sudah tak lagi berada di Indonesia.

***

Arfan tengah duduk bersantai di gazebo dengan secangkir teh hangat buatan sang istri dan juga laptop yang bertengger manis di pangkuannya.

"Mas!" panggil Jihan yang kini tengah duduk di sebelah sang suami.

Arfan yang mulanya fokus pada layar monitor di depannya kini beralih menatap mata indah milik sang istri sembari menampilkan senyuman memikatnya.

"Apa, Sayang?" Lagi-lagi pipi Jihan bersemu kala mendengar panggilan itu dari Arfan, meski sebenarnya telinganya itu sudah kebal dengan kata-kata manis dari sang suami, tetapi berbeda dengan hati dan wajahnya.

"Gemes banget sih kalau lagi tersipu gitu, istri siapa sih ini?" Arfan terkekeh pelan melihat tingkah malu-malu Jihan, padahal pernikahan mereka sudah berjalan hampir satu tahun, akan tetapi keromantisan mereka masih seperti baru saja menikah kemarin.

Tangan Arfan terulur untuk mencubit hidung sang istri dengan gemas, membuat Jihan kesal karena kesulitan mengambil napas, selain itu hidungnya jadi memerah.

"Mas, ih!"

"Maaf deh, habisnya kamu lucu banget, gemesin tau nggak kalau lagi tersipu gitu." Jihan mendengkus sebal mendengar ucapan Arfan.

My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang