18. Hari Bahagia

38 12 3
                                    

"Hatiku bergetar hebat kala tanganmu menjabat tangan kokoh ayahku sembari mengucapkan akad"

Jihan Makaila Fakhirah

_My Future_

***

"qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan!" ucap seorang pengantin pria dengan tegas dan gagah sembari menjabat tangan ayah dari mempelai wanita.

Suaranya menggema di antero gedung, dengan sekali tarikan napas ia mampu mengucapkan lafadz ijab qobul dengan lantang dan lugas. Bahkan, tak ada kesalahan ketika melafalkan ijab qobul, meski sebelumnya ia sempat mengeluhkan tubuhnya yang sudah gemetar dan berkeringat dingin sebelum mengucapkan akad.

"SAH!" seru para tamu undangan dengan serempak, tak lama suara riuh tepuk tangan dari para tamu undangan menambah kesan yang meriah di hari bahagianya, hingga tercetak dengan jelas bibir pengantin pria yang terus melengkung ke atas. Bahkan, matanya mulai berkaca-kaca menahan tangis haru, dalam hati, pria tersebut tak henti-hentinya mengucapkan syukur atas diberikannya kelancaran acara ini.

"Alhamdulillah!" Seruan tahmid dan takbir tak henti-hentinya terucap oleh para saksi dan juga pengantin pria itu sendiri. Mereka ikut berbahagia menyaksikan bagaimana sosok Muhammad Arfan Hafidz yang mengucapkan akad dengan lancar dan lugas.

Sedangkan di tempat lain, di kamar mempelai wanita lebih tepatnya. Dimana sang mempelai wanita yang tengah gelisah menahan kegugupannya. Tak lama, seruan SAH terdengar hingga ke dalam kamar, membuatnya tersenyum lega, bahkan ia meneteskan air mata. Ia tak menyangka, di usianya yang masih terbilang muda, bahkan ia baru saja selesai di wisuda sekolah, kini menyandang status istri Arfan.

Sebuah tangan yang merangkul pundaknya mampu menyadarkan gadis dengan nama lengkap Jihan Makaila Fakhirah bahwa saat ini ia bukanlah sedang bermimpi, ia benar-benar menjadi seorang istri.

"Alhamdulillah, selamat ya, kamu sudah menjadi seorang istri sekarang," ucap Andin yang kini tengah menemani sang adik di dalam kamar selama prosesi ijab qabul.

Jihan tampak cantik dengan gaun putih yang menjuntai indah, dengan mahkota di puncak kepalanya dan tak lupa dengan rangkaian bunga melati untuk menyempurnakan riasan pengantin.

Jihan di temani Andin, Aisyah dan juga Rahma berjalan dengan anggun bak seorang ratu di sebuah istana. Para tamu undangan menatap kagum ke arah Jihan, Arfan yang menyadari itu langsung menoleh ke arah sang istri berada.

Arfan dibuat terpukau dengan kecantikan Jihan, ia bahkan menatap Jihan yang tengah berjalan ke arahnya dengan tatapan memuja.

"MasyaAllah!" Tanpa sadar Arfan berucap sembari tersenyum bahagia, sedangkan Jihan yang menyadari tatapan itu pun menunduk malu, untung saja wajahnya tertutup make up tebal jadi rona merah pada wajahnya tak terlihat.

Setelah sampai di tempat Arfan, Jihan duduk di sebelah sang suami yang kini tengah menatapnya tanpa henti.

"Kamu cantik." Dua kata yang tanpa sengaja terucap oleh mulut Arfan ternyata mampu membuat Jihan kembali tersipu malu, hingga Arfan pun tak sabar ingin segera memeluk sang istri saking gemasnya.

Tangan Arfan terulur untuk dicium oleh Jihan dan setelah itu tangan Arfan beralih ke ubun-ubun sang istri untuk melantunkan doa, selepas itu ia maju perlahan untuk mencium kening Jihan, dan hal tersebut mampu membuat para undangan terutama para santri yang hadir menjadi heboh dengan adegan cium kening tersebut.

My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang