" Allah itu Maha Pencemburu, jadi jangan sampai kamu mencintai hamba-Nya melebihi cintamu pada-Nya"
Aziz Ramadhan
_My Future_
***
Suasana di mobil begitu canggung, Jihan duduk termenung di jok belakang. Tanpa ia sadari sepasang netra cokelat tengah menatap ke arahnya dalam diam, tak lama helaan nafas keluar dari bibir pemuda yang duduk dibalik kemudi.
"Ada masalah apa?" tanya pemuda itu hati-hati. Namun, masih belum ada respon dari gadis yang kerap di panggil Jihan ini.
"Ning, berbagilah jika itu terlalu berat," ucap pemuda itu kembali, Jihan menghirup nafasnya dalam-dalam, sebisa mungkin ia berusaha untuk tersenyum menyembunyikan segala luka yang menganga akibat ulahnya sendiri.
Ia tak pernah menyalahkan Abil, justru harusnya ia meminta maaf karena telah terang-terangan memintanya dalam sepertiga malam.
"Ziz," panggil Jihan pelan kepada pemuda terdebut. Ya, Aziz lah yang menjemput Jihan tadi, pasalnya supir pribadinya kini tengah mengantar abi nya tindak ke luar kota, sedangkan Arfan sedang ada acara mendadak bersama gus Reyhan kakak sulung Jihan.
"Kunaon atuh?" tanya Aziz dengan logat sundanya.
"Pernah nggak sih, kamu jatuh cinta sama seseorang?" tanya Jihan yang tanpa sadar mampu menarik kedua ujung bibir Aziz ke atas. Kini Aziz paham apa yang menyebabkan putri kiai nya itu merenung, apalagi kalau bukan perihal cinta.
"Ning, cinta itu fitrah, Aziz pernah kok jatuh cinta. Tapi Aziz selalu menjauhinya, sebab Aziz takut di kalahkan oleh hawa nafsu Aziz sendiri," Jihan hanya diam, ia mendengarkan penjelasan Aziz dengan seksama.
"Apalagi Allah itu maha pencemburu Ning, Aziz hanya takut, rasa cinta yang Aziz rasakan dapat melebihi rasa cinta Aziz pada Allah Sang Pemberi Rasa Cinta itu sendiri Ning," tutur Aziz membuat Jihan bungkam dengan kedua tangan yang saling bertaut.
Ia bingung dengan hatinya yang kadang tak pernah sinkron dengan pikirannya, ia menengadahkan wajahnya untuk menahan air mata yang sudah berdesakan ingin keluar dari peradabannya.
"Ning Jihan, ada rasa ya sama bang Abil?" tanya Aziz memastikan, pasalnya tak jarang mendapati Jihan yang tengah curi-curi pandang terhadap Abil, atau juga ketika Jihan menatap Abil, tatapan itu adalah tatapan penuh arti.
Jihan menatap Aziz dengan terkejut, gugup? Jangan di tanya lagi. Bagaimana Aziz bisa tahu tentang perasaannya? Apa selama ini ia kurang pandai menyembunyikannya?
"Em … Ziz, mampir minimarket dulu ya?" pintanya mengalihkan pembicaraan, Aziz yang paham akan hal itu pun hanya mengangguk dan terkekeh pelan melihat tingkah gerogi Jihan, apalagi saat ia mengalihkan topik.
"Baiklah," jawabnya, ia tahu Jihan sedang tak ingin membahas hal tersebut.
***
Cuaca sore ini tampak begitu gelap, tapi tak membuat pemuda tersebut beranjak dari tempatnya. Ia tahu apa yang dilakukannya ini salah, tapi apalah daya ia lemah ternyata dalam urusan perasaan.
"Anak kecil!" Ucapan seseorang mampu mengejutkannya, ia mendongak mendapati seorang pemuda dengan setelan koko dan sarung serta tak lupa kopiah hitam yang bertengger manis di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future
Teen FictionSebagian part dihapus HARAP FOLLOW TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA;) Cinta datang karena terbiasa, tapi nyatanya tidak bagi seorang putri kiai pesantren Al Irsyad ini. Justru ia jatuh cinta ketika ia mendengar lantunan lafadz adzan dari seseorang yang...