"Aku tahu, tak mudah memang untuk mencintaimu. Maka dari itu aku memilih diam dan memintamu di bait-bait doaku, meski aku tahu banyak pembatas antara kita. Yaitu, kamu yang mencintai dan menyebut namanya dalam doamu"
Jihan Makaila Fakhirah
_My Future_
***
Pagi telah menyapa, sinar mentari telah kembali menyorot bumi memberikan sebuah kehangatan, menggantikan malam yang dingin nan angkuh. Suara kicauan burung pun menambah indahnya panorama pagi.
Hari ini sekolah sedang libur panjang sehabis ujian akhir semester. Jihan, gadis dengan jilbab berwarna biru itu tengah menatap beberapa santri badung yang hendak mbedal atau kabur dari pesantren.
Sebenarnya bukan dengan sengaja Jihan memergoki beberapa santriwati ini tengah mengendap-endap melewati pagar belakang pondok pesantren. Niat awal Jihan adalah ingin menjumpai Aisyah, sahabatnya yang tinggal di asrama putri. Namun, ketika Jihan melewati pagar belakang pondok, samar-samar ia mendengar suara seseorang yang saling berbisik hingga tanpa sadar menimbulkan kegaduhan yang menimbulkan datangnya para pengurus keamanan atau bahkan yang lebih parahnya lagi seorang pengasuh.
"Aku dulu, nanti baru sampean! Sampean jaga-jaga dulu, jangan sampai ketahuan!"
"Nggak bisa gitu dong, aku duluan baru sampean Mbak, itu lebih adil. Kan Mbak sudah terbiasa, kalau aku nanti ketahuan gimana?"
"Ah, ya sudahlah! Buruan!"
Jihan yang mendengar itu hanya menggelengkan kepalanya tak percaya. Apa katanya tadi? Sudah terbiasa? Dengan langkah terburu Jihan langsung menghampiri asal suara tadi dan pandangan Jihan langsung mendapati dua orang santriwati yang hendak melompati pagar.
Tanpa kata, Jihan mengambil batu kerikil yang tak sengaja ia injak, lalu dengan segera ia mengarahkan bidikan kearah dua santriwati tersebut lalu melemparnya tepat sasaran. Salah satu dari keduanya mengaduh kesakitan saat mendapatkan lemparan kerikil yang tepat mengenai punggungnya.
"Aduh!"
"Kenapa?"
"Ada yang lempar kerikil, coba tengok!"
Dan saat salah satu dari mereka menengok ke belakang, mereka mendapati sang putri kiai tengah bersedekap dada.
"Mau kabur heh?" tanya Jihan dengan tatapan garangnya.
"Eh, bu-bukan Ning, anu-itu tadi mau-" jawabnya gelagapan yang langsung di potong oleh ucapan Jihan.
"Anu itu anu itu, ikut sekarang!"
Tanpa ampun Jihan menyeret mereka menuju kantor keamanan dan menatap mereka dengan garang bersama mbak Maira sang ketua keamanan pondok yang terkenal ketegasannya.
Setelah usai dengan urusan santriwati yang kepergok olehnya, ia segera kembali ke niat awalnya untuk menemui sang sahabat Aisyah di asrama putri. Ia akan meminta bantuan Aisyah untuk menemaninya ke toko buku sore nanti.
***
Ditemani senja, dua gadis remaja dengan jilbab besarnya yang berkibar akibat terpaan angin ini tengah bercengkerama sepanjang jalan. Mereka adalah Jihan dan sang sahabat karibnya yaitu Aisyah.
![](https://img.wattpad.com/cover/249368253-288-k609912.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future
Roman pour AdolescentsSebagian part dihapus HARAP FOLLOW TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA;) Cinta datang karena terbiasa, tapi nyatanya tidak bagi seorang putri kiai pesantren Al Irsyad ini. Justru ia jatuh cinta ketika ia mendengar lantunan lafadz adzan dari seseorang yang...