05. Cemburu?

66 15 1
                                    

"Siapalah aku dibanding dengan dia? Segenggam pasir dan seonggok berlian?
Sadar! Kamu itu siapa, bahkan untuk cemburu pun tak berhak"

Jihan Makaila Fakhirah

_My Future_

***

Kita tak tahu kemana dan pada siapa rasa itu berlabuh, sebagai manusia kita hanya mampu menerima rasa yang Tuhan berikan pada hati kita untuk seseorang.


Seperti halnya Jihan, jika bisa memilih ia akan lebih memilih Arfan sebagai pelabuhan rasanya, tapi apalah daya. Kini justru rasa itu hinggap untuk seseorang yang nampak jauh bagi Jihan, apalagi dengan seorang wanita yang terus bersama dengan laki-laki yang kini menempati ruang hatinya.

Padahal sebelum kedatangan gadis itu, Jihan sulit sekali menarik perhatiannya, apalagi semenjak kedatangannya sebagai siswa baru beberapa hari yang lalu.

Meski begitu, mereka telah bersahabat sejak lama, mungkin sejak saat mereka masih kanak-kanak. Namun, keduanya terpisah sejak kelas dua SMP karena orang tua gadis tersebut di pindahkan tempat kerja hingga mau tak mau, ia harus mengikuti orang tuanya.

Sekarang ia kembali, menjalin persahabatan yang mungkin dibumbui rasa cinta, entah dari pihak yang mana. Gadis itu datang sebagai siswa baru dan berhasil mematahkan hati para gadis yang mendambakan sang ketua osis, termasuk halnya dengan Jihan. Ia merasa kalah sebelum berperang, tapi Jihan percaya satu hal yaitu diam-diam mendoakannya di sepertiga malam adalah cara yang lebih baik untuk mencintai seseorang.

***

Jihan telah sampai di sekolahnya, seperti biasa ia diantar sang ayah untuk tiba di sekolah. Ia berjalan dengan santai menuju kelasnya dengan senyum manis yang terus bertengger di wajah ayunya. Namun, ketika melewati taman tanpa sengaja netranya menangkap seorang pemuda yang kini tengah tertawa dengan seorang gadis di sampingnya yang sedang berceloteh ria.

Mereka bukan sedang berduaan, melainkan ada beberapa orang yang tengah bersama mereka, hanya saja Jihan memfokuskan netranya pada dua orang lawan jenis itu saja. Siapa lagi kalau bukan Abil dan Rida.

Melihat tawa renyah dari wajah yang biasanya selalu lempeng dan datar jika bertemu Jihan, tanpa sadar kedua sudut bibir Jihan ikut terangkat keatas, meski tak dapat dipungkiri hatinya tengah menahan gejolak yang menyakitkan melihat pemandangan itu. Ternyata hanya saat bersama Rida, Abil bisa terlihat bahagia dan lebih berwarna.

Tanpa Jihan sadari, sedari tadi ada sepasang mata tajam yang menatap ke arahnya.

"Ehem! Zina mata tuh!" tegur seseorang yang sontak membuat Jihan terlonjak kaget.

Ketika Jihan menoleh ke belakang ia lebih dikagetkan lagi saat mengetahui sosok yang menyindirnya barusan.

"Eh, kamu ngapain ada di sini? Jangan-jangan ngikutin aku ya?" tuduh Jihan dengan kadar percaya diri yang tinggi tapi dengan nada yang lebih rendah.

Alis pria tersebut mengernyit heran, memangnya berada di sini untuk apa kalau bukan untuk sekolah? Lagian ini sekolah untuk siapa saja kan? Senyum tipis tersungging di wajah pria tersebut.

"Enak aja, sekolah lah Ning, lagian Ning Jihan pengen banget saya ikutin?" tanya Aziz balik. Ya, pria tersebut adalah Aziz dan dia sedari awal memang bersekolah di SMAN Harapan Bangsa, akan tetapi dulu kan mereka belum saling mengenal jadinya tak perduli dengan keberadaan masing-masing.

My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang