"Semua orang pada intinya memiliki kemampuan yang sama, tetapi satu yang membedakan di antara mereka, sebuah ketekunan"
_My Future_
***
Benarkah ini takdir? Bahkan, niatku ke sini untuk mencari dia akan tetapi terurungkan dengan acara ini, dan lucunya dia juga berada di sini untuk memberikan motivasi, sama halnya aku, batin Abil sembari terus menatap seseorang yang kini tengah tampil berbicara di depan ratusan mahasiswa untuk memberi sepatah kata, entah motivasi, semangat, bahkan kata lelucon pun ia lontarkan membuat Abil tersenyum tipis.
"Kak, boleh bertanya?" Salah seorang mahasiswi yang mengacungkan tangannya setelah Jihan memberikan penjelasan sedikit tentang apa itu mimpi.
Jihan menatap mahasiswi tersebut, kemudian tersenyum ramah sembari menganggukkan kepalanya.
"Tentu, apa yang mau ditanyakan?"
"Begini, Kak, Kan Kak Jingga ini adalah seorang penulis yang karyanya sudah melejit. Sebagai seseorang yang memiliki impian yang sama, saya mau tanya. Bagaimana sih biar bisa menjadi penulis hebat seperti Kakak?" Sontak pertanyaan tersebut mengundang perhatian Jihan.
Jihan menggunakan nama Jingga sebagai nama penanya, enggak ada hal sepesial dengan nama itu, hanya saja Jihan sangat menggemari warna jingga ada senja sore hari.
"Ya menulis." Jawaban singkat Jihan sontak saja langsung mengundang tawa peserta seminar, entah ada yang lucu dengan perkataannya atau apa Jihan pun juga tak tahu.
Jihan melerai tawa mereka dengan sedikit penjelasan, "Kalau kamu ingin menjadi penulis, sebenarnya mudah. Cukup perbanyak membaca dan mulailah menulis, jangan ragu, jangan malas, jangan menunda! Yang terpenting jangan dengarkan omongan orang yang nantinya bisa menjatuhkan kamu, tapi kalau orang itu mengkritik dan memberi saran untuk tulisanmu agar lebih baik, maka dengarkan dengan seksama dan lakukan! Jadi penulis itu harus siap mental, kadang orang nggak suka sama karya kita, dicemooh, dicaci dan apalah."
Semuanya hening, tampak serius dengan penjabaran Jihan menjawab pertanyaan gadis berkaca mata itu.
"Berarti kita-kita juga penulis dong, Kak. Kan kita sering tuh nulis tugas-tugas dari dosen." Celetukan seseorang kembali membuat seisi ruangan menyemburkan tawanya.
Jihan tersenyum menanggapi celetukan mahasiswa yang menurutnya kurang tata krama, tapi Jihan memaklumi itu semua, sebab yang ia hadapi adalah mahasiswa semester awal adik tingkat Jihan sendiri.
"Benar, kalian tahu penulis itu nggak selalu menulis tentang dunia diksi. Tergantung ia memilih fiksi atau non fiksi, nah sedangkan tugas yang di berikan dosen kepada kalian berupa makalah, jurnal atau mungkin skripsi buat semester akhir itu adalah jenis non fiksi, itu adalah karya kalian selama kalian tak menjiplak karya orang lain atau plagiat." Semua mahasiswa mendengarkan dengan seksama penjelasan Jihan sembari mengangguk paham.
Salah satu mahasiswa kembali mengacungkan tangannya untuk bertanya. Setelah Jihan mempersilahkannya, ia mulai bertanya soal kepenulisan. Jihan turut bahagia ternyata banyak dari mahasiswa di sini yang begitu tertarik dengan dunia kepenulisan.
"Kak, saya sebagai salah satu penggemar karya Kakak, apa yang menginspirasi Kak Jingga menulis itu?"
Jihan terdiam sesaat, matanya menerawang ke depan, bayang-bayang seseorang yang dengan lancangnya membuat debaran aneh dalam hati Jihan, bayang-bayang sosok yang berjanji untuk menjadi pelindungnya, sosok yang pernah singgah di hatinya. Ia tersenyum tipis sebelum menjawabnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/249368253-288-k609912.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future
Teen FictionSebagian part dihapus HARAP FOLLOW TERLEBIH DULU SEBELUM MEMBACA;) Cinta datang karena terbiasa, tapi nyatanya tidak bagi seorang putri kiai pesantren Al Irsyad ini. Justru ia jatuh cinta ketika ia mendengar lantunan lafadz adzan dari seseorang yang...