29. Wahana

49 13 3
                                    

Cobalah menaiki wahana ekstrim. Karena dari sana, kamu akan tahu rasanya raga terombang-ambing.

●○●○●

"Gue mau naik roller coster!" pekik Adya setibanya di salah satu taman bermain yang ada di Jakarta. Saat ini, tepatnya hari minggu, hari liburnya tidak diisi lagi dengan kegabutan karena Aji mengajaknya dan Rengkuh untuk jalan-jalan.

"Nanti! Nanti aja, Kak! Foto-foto dulu! Kalo foto-fotonya abis naik roller coster, bisa-bisa ancur ekspresinya," instruksi Rengkuh sambil mengangkat kamera yang tergantung cantik di lehernya.

Aji mengangguk membenarkan. "Iya! Bener banget! Ayo foto, Dya! Rengkuh, fotoin yang bagus!" ucapnya sambil menarik Adya mencari spot foto yang bagus.

"Bilang aja lo takut naik roller coster, Ji!" ejek Adya disertai kekehan.

"Enak aja! Mana ada seorang Aji takut naik yang begituan!" balas Aji bangga. "Nah, di sini bagus! Sini, Kuh!" Ia melambai-lambaikan lengannya pada Rengkuh setelah menemukan posisi dan spot yang bagus untuk berfoto ria.

"Gayanya yang bagus, dong! Jangan yang pasaran kayak senyum-senyum doang!" ucap Rengkuh sambil mengarahkan kameranya pada Aji dan Adya yang tengah menyiapkan gayanya masing-masing. Merasa gaya yang Adya dan Aji gunakan kurang bagus, ia menurunkan kameranya dan memberia himbauan, "Candid aja coba, Bang, Kak! Bang Aji liatin Kakak, Kakak senyum ke arah lain atau ke arah kamera."

Aji dan Adya menurut. Tapi kemudian saat gaya sudah terbentuk, keduanya malah tertawa. Dan tanpa keduanya sadari, Rengkuh mengambil pose itu. "Serius, Ji, ih! Jangan ketawa! Biar bagus." Adya memukul bahu Aji dengan satu lengannya.

"Lo juga ketawa!" balas Aji tak terima.

"Ketawa mulu! Cepetan!" kata Rengkuh memberenggut. Pasalnya, ia juga ingin berfoto ria.

"Iya-iya. Yang bener, Ji. Gue mau foto sama Rengkuh juga soalnya nanti," ucap Adya. Aji menurut. Detik berikutnya, mereka berhasil bergaya dengan baik. Dan foto candid 'pun tercipta.

"Lagi!" seru Aji. Kali ini, ia bergaya sesuka hatinya. Tidak peduli hasilnya akan terlihat aneh atau tidak. Adya 'pun sama. Sampai pose yang entah keberapa kalinya, Rengkuh berucap kesal.

"Guenya kapan, Bang?"

Aji tertawa. "Bentar-bentar, sekali lagi nih. Gue mau pose bopong Adya."

Seketika, Adya mendelik. "Ih, nggak! Nggak mau gue! Pose yang lain aja." tolaknya terang-terangan.

Tanpa memperdulikan Adya, Aji memberikan sekilas kode lewat matanya pada Rengkuh. Dan kemudian, ia menggendong Adya ala bridal stile dengan raut wajah Adya yang terkejut.

Foto didapatkan. Aji tersenyum puas. Sementara Adya, mencebik kesal. "Lo apa-apaan sih, Ji?! Turunin gue!" ucapnya setengah menjerit. Aji menurunkannya dengan senyum geli yang menghiasi wajahnya.

"Mana, Kuh? Liat fotonya." Aji mengulurkan lengannya pada Rengkuh yang berjalan menghampirinya. Ia tertawa geli melihat hasil foto-fotonya dengan Adya. Aneh dan tampak lucu.

"Tapi bagus sih," komentar Adya melihat foto yang terakhir. "Biarpun muka guenya nggak kekontrol." Ia ikut tertawa geli.

"Gue bilang juga apa." Aji memampangkan wajah bangganya yang tampak menyebalkan di mata Adya.

INSECURE [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang