07. Takut

61 25 1
                                    

Rasa takut itu, membeludak memenuhi kalbu, membuat diri merasakan sembilu, dan menciptakan warna abu-abu.

●○●○●

"Adyaaa!"

Adya menoleh ke belakang begitu mendengar panggilan yang berupa teriakan itu. Ia menghentikan langkahnya, menunggu Asyila--teman perempuannya--yang tengah berlari ke arahnya. "Pagi, Syil," sapanya begitu Asyila sampai di hadapannya.

"Pagi! Ke kelas bareng yuk, Dya!" ajak Asyila sambil menarik lengan Adya menuju kelas mereka yang masih cukup jauh karena sekarang mereka masih berada di koridor kelas sepuluh.

"Tumben, nggak bucin," ucap Adya disertai senyum jahilnya.

Asyila mengerjap beberapa kali lantas menoleh pada Adya yang berjalan tepat di sampingnya. "Ha? Bucin? Maksudnya?" Ia masih belum mengerti. Tapi beberapa detik kemudian, ia memalingkan wajahnya setelah paham akan maksud Adya. "Arul nggak sekolah hari ini, males dia." Kalian pasti tahu siapa Arul bagi Asyila.

Adya tertawa kecil. "Kenapa nggak lo marahin?"

"Males gue."

"Kalo si Zura?" Kali ini Adya menanyakan salah satu temannya lagi yang juga akhir-akhir ini hilang entah ke mana.

"Bucin parah dia. Kemaren juga 'kan nggak masuk kelas karena ngebolos bareng si Farhan katanya," jawab Asyila terdengar ketus.

Adya mengangkat sebelah alisnya. "Terus sekarang ke mana dia?"

Asyila mengedikkan bahunya ke atas pertanda ia tidak tahu.

Adya berdecak. "Kalo gitu, nanti kalo kita ketemu tuh anak, kasih wejangan biar nggak makin liar gara-gara pacaran." Kali ini, nada bicara Adya mulai terdengar serius.

"Males ah, pengennya langsung nabok."

"Maen nabok aja! Anak orang tuh." Adya menyenggol bahu Asyila gemas.

"Lagian, bucin-nya nggak sehat kayak gue!"

Adya mendesis geram. "Gitu-gitu temen kita, kita harus bantu dia biar nggak salah jalan." Ya meskipun saat dirinya tengah terpuruk, tidak ada teman selain Aji.

Asyila menghembuskan nafasnya. "Iya, Ibu Adya Teguh."

Adya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Karena asyik mengobrol, tanpa sadar keduanya sudah sampai di kelas mereka. Adya mengerutkan dahinya melihat keadaan kelasnya. "Kenapa semuanya maen hape?" tanyanya bingung pada Asyila.

Asyila menoleh pada Adya dengan tatapan tidak percaya. "Lo nggak tau atau belum buka hape? Sampe nggak tau kabar hot pagi ini."

"Iya, gue belum buka hape. Kabar apa emangnya?" Adya bertambah bingung.

"Salah satu penulis best Indonesia meninggal dunia tadi pagi gara-gara gak kuat di-bully sama pembacanya sendiri." Asyila tampak berpikir. "Kalo nggak salah, namanya Zyilain siapa gitu, lupa gue."

Seketika, Adya mematung di tempatnya. Semua sarafnya mendadak terasa kaku.

"Dya, Lo kenapa?" Asyila menggoyang-goyangkan bahu Adya.

INSECURE [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang