Prolog

300 47 58
                                    

Tentang cita-cita yang terhalang oleh rasa di dalam dada dan izin orangtua.

●○●○●

"Sudah berapa kali Papa bilang?! jangan bercita-cita menjadi penulis!"

Adya menatap papanya yang baru saja membentaknya dengan sorot mata takut bercampur kecewa. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya apa salahnya jika bercita-cita menjadi seorang penulis? Bukan 'kah itu profesi halal dan dapat menghasilkan? "Tapi, Pa ...."

"Adya Sasmi! Dengar ucapan Papa kamu!"

Mata Adya yang sudah berair, beralih menatap mamanya. Luka di hatinya bertambah menyadari jika mamanya yang selalu membelanya dalam banyak hal 'pun ikut memarahinya untuk perkara ini. "Tapi, Ma ...."

Plak!

Lesatan telapak tangan papanya tepat mengenai pipi Adya. Dari arah berlawanan, seorang remaja lelaki berlari dan segera merangkul tubuh Adya yang sudah tak berdaya di lantai. Lelaki itu kemudian beralih menatap tajam papanya. "Jangan tampar Kakak, Pa!"

"Diam, kamu! Jika tidak seperti ini, kakakmu itu tidak akan pernah mengerti!" bentak papanya.

"Biarkan kakakmu itu tahu jika dirinya memang tidak pantas menjadi seorang penulis!" tambah mamanya.

Kalimat-kalimat itu, berhasil menghancurkan Adya sehancur-hancurnya. Di dalam rangkulan adik laki-lakinya, Adya menunduk. Membiarkan air matanya berjatuhan ke lantai. Kenapa sesulit ini hanya untuk meraih cita-citanya? Apa salahnya?

●○●○●

Gimana prolognya? Dapet nggak feel-nya? Semoga, ya.

Semoga selalu stay, ya, di ceritaku. Hehew!

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Follow juga akun WP sama IG-ku @stslhh16

Babai!!!

-Siti Solehah
[01-11-2020]

INSECURE [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang