Jangan insecure, angka-angka itu sebenarnya nggak penting. Sabar, akan ada saatnya kamu mempunyai banyak pembaca. Sekarang, cukup sabar, berdo'a dan berusaha. Sisanya, serahkan Padanya.
●○●○●
Sudah terlewat hampir tiga hari setelah Adya menulis dan mempublish ceritanya di sosial media. Tepatnya, di sebuah akun menulis yang berlogo huruf 'W'.
Cerita yang ia publish tersebut adalah sebuah cerpen berjudul 'Sinar untuk Kita' yang dibaca Aji tempo hari dan yang dibakar mamanya tempo hari pula tepat setelah kemarahan papanya. Syukurnya, Adya masih mengingat alurnya sehingga masih bisa diselamatkan.
Malam ini, sambil bersandar di kepala ranjangnya, Adya menatap lesu layar ponselnya. Di sana tertera karyanya yang masih sangat sedikit pembacanya. Tepatnya, baru dirinya saja dan delapan teman literasinya. Padahal sudah tiga hari ia mempublishnya, dan sudah ia promosikan semampunya.
Sekarang, ia baru tahu, sesulit ini mencari pembaca. Atau ... apakah karena karyanya kurang menarik sehingga sudah melihat 'pun, pembaca tidak tertarik?
Adya kembali merevisi naskahnya yang entah sudah berapa kali ia revisi. Namun hasilnya tetap sama, ia rasa semuanya sudah cukup. Tulisan, tanda baca, dialog-dialognya 'pun sudah benar. Tidak perlu ada yang dirubah lagi.
Ia beralih pada sebuah akun berbalas pesan. Dibacanya chat dengan teman-temannya yang sudah membaca karyanya.
From : Seli (SWR-Temanggung)
Dya! Aku udah baca karyamu itu dong, tadi.
Bagus!
Sad!
Suka pokoknya.
Apalagi sama peran cowoknya, Rengkuh.
Ditunggu karya selanjutnya! Fighting!
Oke, makasih banyak, Seli! <3
Ya, dalam cerita itu, ia menggunakan nama adiknya sendiri. Rengkuh.
From : El (SWD-Sumedang)
Oke, nanti gue baca karya, lo. Kalo nggak sibuk tapi.
Siyap, thanks.
Udah gue baca. Bagus sih, lumayan. Ngena gitu.
From : Siti Solehah (CL-Cirebon)
Kamu jahat ih, Dya! Ceritanya sad parah. Masa pas mau keluar kamar abis baca itu, aku dikira punya masalah sama Mamah gegara matanya sembab? Bengek banget.
Padahal kan aku anak baek-baek.
Iya? Ngakak dong?
Thanks btw.From : Serin
Sinar untuk Kita, ditunggu next chapternya, yaw!
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE [SUDAH TERBIT]
Jugendliteratur"Menulis bukan segalanya, kok, Dya." Adya tersenyum nanar menggumamkan kalimat singkat itu. Semua itu jelas sebuah kebohongan. Sebab baginya, menulis adalah segalanya, dunia literasi adalah jalan hidupnya, dan alat tulis adalah temannya bercerita. N...