33. It's Mine, Right? || 내꺼, 맞지?

1.3K 172 123
                                    

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • •

MANIK kecil itu memancarkan sorot sendu. Satu tangannya meremat ujung mantel, melampiaskan kesedihannya. Sedangkan tangannya yang lain menggeret sebuah koper dengan perlahan.

Setelah berjalan tanpa tujuan selama tiga puluh menit terakhir, wanita itu akhirnya memilih untuk mengistirahatkan diri di sebuah halte kosong.

Memasrahkan tubuhnya pada kursi tunggu, Su Jin menatap langit mendung dalam diam. Perasaannya tak menentu, entah itu sedih atau bingung, yang jelas itu tidak baik.

Dalam diamnya pula, perempuan itu juga mengamati sekitar, menelisik keramaian dengan perasaan iri. Jika saja, ia menolak pernikahan itu sedari awal, maka dirinya masih memiliki kesempatan untuk menghabiskan masa mudanya dengan bersenang-senang. Atau mungkin, seharusnya ia tidak pernah datang ke Seoul, seharusnya ia tinggal di desa merawat nenek dan kakeknya. Walau jadi seorang petani, mungkin kehidupannya akan jauh lebih baik daripada saat ini.

Semua perandaian itu hanya angan-angan, karena takdir telah membawanya ke dalam pusaran situasi ini. Apapun yang terjadi, ini adalah Kuasa Tuhan. Su Jin harus lapang hati menerima keadaan ini.

Tuuuttt tuuutt~

Suara klakson mobil mengalihkan atensinya. Terlihat seorang pria menurunkan kaca mobil sedan itu, menatap Su Jin dengan khawatir. Meski lelaki itu memakai topi dan masker yang menutupi sebagian wajahnya, tapi Su Jin tahu siapa itu.

Yoo Jung.

"Sedang apa kau di sini, Sunn-ie?" Yoo Jung turun dari mobilnya, membantu Su Jin membawa kopernya. "Kau pergi dari rumah?"

Su Jin mengangguk lemah, sekaligus bernapas lega karena Yoo Jung datang di saat yang tepat.

"Bagaimana bisa?"

"Nanti akan aku ceritakan."

"Kalau begitu, naik dulu ke dalam mobil."

Su Jin menurut. Ia tak tahu harus bagaimana lagi, mungkin Yoo Jung bisa membantunya untuk sementara waktu. Ya, Su Jin harap begitu meski sebelumnya ia sempat berburuk sangka pada Yoo Jung.

• • •

Joon Jae benar-benar kalap, pagi-pagi sekali ia sudah bertengkar hebat dengan sang istri, hingga berujung Su Jin meninggalkan rumah. Keduanya bersikukuh dengan pendirian dan argumennya masing-masing.

Dan saat ini, keadaan Joon Jae benar-benar kacau. Lelaki itu menutup semua tirai, menyisakan ruang gelap dengan satu lampu temaram. Hanya botol-botol wine yang menemaninya.

Joon Jae menginginkan Su Jin lebih dari apapun, tapi Su Jin sepertinya Benar-benar sudah menyerah. Ia tak bisa memaksakan itu, karena Joon Jae sadar, berada di sisinya justru semakin membuat Su Jin terluka.

So I Married a Rude ActorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang