6.Tak di Harapkan

272 36 1
                                    


B

AGIAN 6. Tak di Harapkan

Putri Inggita berjalan dengan tergesa-gesa bersama Arga yang berada di genggaman tangannya. Kedua orang itu berjalan menaiki mimbar dengan sesekali melemparkan senyum kearah semua tamu undangan. Ya, malam ini di acara ulang tahun Arga wanita itu sudah merencanakan untuk berduet di atas mimbar sana. Siapa lagi jika bukan Putri Inggita. Meskipun, Arga sudah menolak habis-habisan tetap saja wanita itu memaksa dengan alasan gadis itu tak suka dengan penolakan. Dengan berakhir Arga kalah dengan penolakannya serta Putri Inggita yang tertawa senang.

“Apa kamu sudah siap?” tanya Putri Inggita

“Iya,”
“Tes, tes. Selamat malam. Hari ini adalah ulang tahunnya Arga. Arga akan membawakan sebuah lagu untuk semua orang yang telah hadir di pesta malam ini. Beri tepuk tangan yang meriah untuk Arga,” ucap Putri Inggita di atas mimbar.
“T-tapi... aku tidak bisa bernyanyi,”bisik Arga.
“Tidak apa-apa. Kalau begitu bernyanyilah denganku,”

“Baiklah,” pasrah Arga.
Kini suara musik mulai mengalun dengan sangat indah.
“Kau...diam-diam aku jatuh cinta kepadamu. Ku bosan sudah ku menyimpan rasa, kepadamu...Tapi tak mampu ku berkata di depanmu..”Arga mulai bernyanyi dengan sangat merdu.

Tatapannya ia tujukkan kepada wanita di sampingnya, yang juga tengah tersenyum ke arah Arga. Nyanyian itu bagaikan sebuah ungkapan perasaan yang sesungguhnya terhadap Putri Inggita.

“Aku tak mudah mencintai, tak mudah bilang cinta. Tapi mengapa denganmu aku jatuh cinta...Tuhan tolong dengarkanku beri aku dia. Tapi jika belum jodoh aku bisa apaaa...”suara nyanyian Arga mampu menyihir setiap orang yang mendengarnya.

Begitu seterusnya sampai lagu itu selesai di nyanyikan oleh Arga. Namun, siapa sangka di bawah sana ada sebuah tatapan tajam yang terbakar oleh api cemburu. Bisa-bisanya dia menemani laki-laki lain bernyanyi tanpa menyadari statusnya sudah menjadi seorang istri. Lihat saja, dia akan memberi hukuman yang setimpal atas tindakannya itu. Dia tersenyum menyeringai. Laki-laki itu berjalan ke atas mimbar dengan raut wajah datarnya. Dengan sekali tarikan saja, dia mampu menarik pergelangan tangan Putri Inggita secara paksa. Di seperkian detik dia menatap sekilas kearah Arga dan beralih menatap Putri Inggita.

“Ayo kita pulang,” ucap Pangeran Inn dengan nada perintah.
Pergerakan mereka berdua tertahan, karena Arga menahan pergelangan Putri Inggita. Sekarang posisi mereka seperti sedang merebutkan satu wanita diantara Pangeran Inn dan juga Arga.
“Hati-hati Putri,” Arga memberi perhatian kecil terhadap Putri Inggita.

Belum sempat Putri Inggita membalas perkataan Arga, tangannya sudah di seret keluar ruangan oleh suaminya.
“Tunggu, kenapa kamu menyeret aku keluar?”tanya Putri Inggita.

“Apa kamu tidak sadar? Bersama dengan laki-laki lain, sedangkan di sini ada suamimu. Dimana letak kesopananmu terhadap suamimu? Apa kamu ingin menjadi istri yang durhaka,” ucap Pangeran Inn tanpa jeda. Tak sadarkah dirinya yang juga selalu pergi bersama dengan wanita lain tanpa memikirkan perasaan istrinya. Selama ini, Putri Inggita sudah cukup sabar menghadapi kenyataan yang ada.

“M-maaf,” hanya itulah yang mampu keluar dari bibir wanita itu.

Ketika Pangeran Inn hendak melangkah lagi, tiba-tiba saja lampu di ruangan itu mati. Sontak membuat semua tamu undangan berteriak ketakutan. Lelaki itu spontan melepaskan genggaman tangannya terhadap Putri Inggita. Saat dia merasakan ada sebuah kecupan mendarat tepat di bibirnya tanpa aba-aba. Pangeran Inn pikir kecupan itu berasal dari istrinya, sehingga dia memejamkan mata dan menikmatinya. Membiarkan kecupan itu menguasainya. Saat mereka tengah berciuman di situ lampu mulai nyala kembali. Pangeran Inn kaget dengan apa yang dia lihat di hadapannya.

My Husband Is Cold Prince [[ COMPLETED ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang