13. Mother Day

177 21 2
                                    

Siap meramaikan kolom komentar?

Udah siap baca part ini?

Jangan lupa di vote dulu ya?
Aku hitung sampai 3.

1

2

3

Makasih yang udah vote😘
Happy Reading.


BAGIAN 13. Mother Day

Putri Inggita berjalan dengan tergesa-gesa “Kejutannnn...” teriaknya begitu antusias. Saat dirinya sudah sampai di rumah kedua orangtuanya. Rasanya dia rindu sekali dengan rumah pijat yang sederhana ini.

”Ayah. Ibu. Kalian ada dimana?” panggilnya dengan berteriak lantang. “Inggitaaa...” ucap Prass dan Ratna tidak kalah lantang. Mereka bertiga berpelukan ala teletabis. Tak lama, muncullah Pangeran Inn dari balik pintu.
“Pangeran, kami sangat berterimakasih sekali karena kau sudah membawa putri kami pulang ke rumah ini. Kalau tidak? Ibu dan anak ini akan sama-sama menangis karena ikatan batinnya yang sangat kuat,” ucap Prass.

“Ayah berhentilah. Jangan terus-terusan berterimakasih padanya. Jika, bukan karena aku menangis semalaman dia tidak akan melakukkan apapun untuk aku,” ucap Putri Inggita. Bukannya dia berterimakasih malah sebaliknya. Mungkin dia sudah terlanjur kesal dengan suaminya itu.

Prass dan Ratna membawa mereka menuju ke kamar Putri Inggita. Saat dia masih tinggal di rumah ini “Silahkan masuk Pangeran,” ucap Prass mempersilakan. Pertama kali, yang Pangeran Inn lihat suatu pemandangan yang terlihat mencolok diantara gambar-gambar lain yang tertempel di kamar Putri Inggita. Dia melihat sebuah poster laki-laki yang tidak mengenakan baju lalu memperlihatkan tubuh sixpacknya. Dengan gerakan cepat, Kemal muncul di balik pintu dan merampas poster tersebut dari tangan Putri Inggita. “Beruntung sekali Pangeran Inn datang. Jika, tidak aku tidak akan membersihkan kamarnya untukmu kak,” ucap Kemal.

Putri Inggita mendengus kesal “Lagian kenapa kamu tempel itu di kamar kakak ha?” kesal Putri Inggita.

“Suka-suka akulah,” balas Kemal tak mau kalah. Pertengkaran akan di mulai jika keduanya bertemu.
“Maaf Pangeran. Kau harus menyaksikan keributan-keributan kecil seperti barusan. Kami harap kau bisa menginap di sini dengan nyaman,” ucap Ratna. Mengalihkan situasi dari keributan anak-anaknya.
“Ibu meskipun begitu dia tidak punya pilihan. Jika, dia tidak nyaman menginap di kamarku. Maka, suruh saja dia tidur di ruang pijat,” ucap Putri Inggita.
“Jangan bercanda,” balas Prass.

“Pangeran selamat beristirahat semoga ini cukup nyaman untukmu. Aku akan pergi ke dapur mengambil makanan untukmu dan juga Putri,” ucap Ratna.
“Kalau begitu aku akan ikut denganmu Ibu,”ucap Putri Inggita antusias.
“Tidak perlu. Seharusnya kamu tetap berada di kamar. Merawat Pangeran Inn di sini, bukan begitu?” ucap Ratna melirik kearah Pangeran Inn.

Pangeran Inn mengangguk. Dasar menyebalkan, mengapa suaminya itu tidak membiarkan dirinya bersama dengan ibunya “Ibu benar kak. Biar aku yang membantunya, kakak istirahatlah di sini bersama dengan suamimu. NIKMATILAH,” ucap Kemal menekankan kata terakhirnya. Mencoba menggoda sang kakak.

“Permisi Pangeran,” pamit Prass mewakili istri dan anaknya.
Kini tinggallah Putri Inggita berdua bersama suaminya di dalam kamar. “Bagaimana menurutmu Pangeran Inn? Apa kamu cukup nyaman berada di sini,” tanya Putri Inggita.
“Hmm... menurut aku kamarmu cukup menarik juga,” balas Pangeran Inn.
***
Keluarga kecil Putri Inggita di tambah dengan Pangeran Inn sedang menikmati makanan yang tersaji di meja makan “Woaaa... sudah lama aku tidak memakan masakan ibu. Baiklah aku akan menghabiskannya dengan lahap,” antusias Putri Inggita.
Baru saja tangannya akan menyendokkan sayur ke dalam mangkuk miliknya. Namun, tangannya segera di tahan oleh ibunya ”Berhenti. Biarkan Pangeran Inn dulu, yang pertama mengambilnya,” titah ibunya.

“Tapi mengapa ibu? Ini kan rumahku, rumah kita.”
“Dia adalah tamu kita. Dia juga seorang Pangeran kita harus menghargainya,” balas  Prass.
“Tapi aku juga adalah Putri,” ucap Putri Inggita.
“Diamlah. Ini adalah ulang tahun ibu, jadi biarkan ibu yang mengaturnya sesuai kemauan ibu. Jadi, sekarang Pangeran Inn yang akan memimpin makannya.”

Pangeran Inn menautkan sebelah alisnya “Saya?” ucapnya. Dia bingung sekaligus merasa nyaman berada diantara keluarga ini. Hanya ada perdebatan kecil namun suasananya sangat menyenangkan baginya. Pangeran Inn akhirnya memulai memimpin doa sebelum makan. Tidak lupa, dia juga mendoakan atas kebahagiaan yang di rasakan ibu mertuanya. Di usianya yang ke 36 ini Pangeran Inn berharap ibu mertuanya selalu di berikan kebahagiaan, rezeki yang melimpah dan semua harapannya dapat tercapai. “Terimakasih Pangeran Inn,” ucap Ratna.

Pangeran Inn menyendokkan sayur sup itu ke dalam mangkuknya. Dengan keberuntungannya dia berhasil mengambil baso yang potongannya sedikit lebih besar dibanding yang lainnya. Putri Inggita memprotes ”Yeahhh... itu seharusnya menjadi baso keberuntunganku,” ucapnya merasa kecewa.

Pangeran Inn meniup-niup baso yang masih panas itu, dia mendekatkannya pada mulut istrinya. Namun, pada saat Putri Inggita membuka mulutnya. Dengan tingkah menyebalkannya Pangeran Inn tidak jadi menyuapkan baso itu ke mulutnya. Dia lebih memilih memakannya untuk dia sendiri. Semua orang di sana, tertawa melihat tingkah jahil Pangeran Inn terhadap istrinya.
“Wow bagus kakak ipar. Menjadi suami dari kakakku harus seperti itu,” ucap Kemal meledek.
***
Malam harinya, Putri Inggita sedang berbaring diatas ranjang mungil yang ada di kamarnya.

“Ahhh... nyaman sekali. Aku sangat merindukan kasur kesayanganku,” ucap Putri Inggita bergumam. Dengan seenaknya Pangeran Inn ikut berbaring di samping Putri Inggita. Sudah sempit di tambah lagi dengan satu orang.
“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Putri Inggita.
“Tidur,” jawab Pangeran Inn datar.
“Kamu jangan tidur di ranjang yang sama. Ini sempit, kamu tidur saja di sana,” titah Putri Inggita.

“Kemana kamu akan menyuruhku pergi? Hanya ada satu kasur di sini. Dan satu hal, aku sudah berusaha membawamu pulang ke istana. Tapi, kamu menolaknya. Jadi jangan terus-terusan menyalahkanku,”
“Siapa suruh kamu harus ikut denganku?” tanya Putri Inggita.
“Ini peraturan. Seorang Putri tidak bisa meninggalkan istana tanpa Pangeran,” Pangeran Inn menghadap ke wajah istrinya dengan kepalanya yang di topang dengan tangannya sendiri. Kemudian, dia tersenyum manis.

“Apa artinya senyum ini?” tanya Putri Inggita takut-takut.
“Apa keluargamu selalu seperti ini setiap harinya?” tanya Pangeran Inn. Dia tak henti-hentinya memandangi wajah polos milik istrinya. Yang entah sejak kapan terlihat sangat manis baginya.
Putri Inggita mengerutkan dahinya ”Apa?”
“...Bahagia setiap hari,”
“Tentu saja,”

Pangeran Inn mendekat. Lalu, tangannya dia letakkan di tubuh istrinya dan memeluknya erat. Matanya terpejam dengan istrinya berada dalam pelukkan Pangeran Inn. Mereka berdua tertidur dengan saling memeluk satu sama lain.
***
Pagi ini Pangeran Inn tengah berkutat di dapur “Hari yang beruntung, aku tidak perlu memasak,” ucap Ratna. Ketika dia melihat menantunya sedang bergulat di dapur dengan masakkannya. Mereka semua tidak bisa menyangka bahwa seorang Pangeran juga bisa memasak dengan handal.

Prass berbisik ”Apa makanannya bisa dimakan?” bisiknya.
“Kau jangan menyepelekan kemampuan Pangeran Inn. Lihatlah. Dia begitu cekatan sekali,” balas Ratna.

“Hari ini, kita beruntung di masakin telur dadar oleh kakak ipar,” ucap Kemal memuji. Dia merasa kagum dengan kakak iparnya itu. Lihat saja, Pangeran Inn sudah mirip seperti seorang koki.
“Aku gak yakin kalau masakannya bisa di makan,” ucap Putri Inggita datar.

Follow ig:@Rinaanjani22

To be continued!!!

My Husband Is Cold Prince [[ COMPLETED ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang