18

6 5 0
                                    

Flashback

"Ae"

Nessa berujar sekali lagi pada nya. Aeron hanya terpaku menatap rapuh wanita yang pernah teramat sangat ia sayang. Air bening yang sedari tadi membasahi kedua pipi gadis itu, ia usap lembut.

"Sekarang kamu, maunya gimana??" Tanya ae lembut sambil memegang kedua pundak Nessa.

"Ga tau, orang tua ku juga belum tau" Ucap Nessa pasrah

"Kita ngomong jangan disini" Ae yang hendak membawa Nessa ke tempat yang lebih aman untuk ia bisa mendengar lebih leluasa cerita nessa, seketika langkah nya berhenti saat suara yang sangat akrab menyapa

"Ae" Panggil ea yang sudah berada di hadapannya.

"...Ae, gue mau ngomong sama lo sebentar" Ujar nya sekali lagi.

"Sebentar ya ea, gue mau ngomong sama Nessa"

"2 menit doang apa susah nya si" Ketus ea

"Sebentar ea, cuma 10 menit"

"Pacar lo gue apa Nessa" Teriak ea.

Belum ae melanjutkan ucapan nya, ea langsung pergi meninggalkan, tapi yang terpenting pikir nya saat ini Nessa, walaupun Nessa sudah menyuruh ae untuk menghampiri gadis itu namun ae bersikukuh untuk menyelesaikan permasalahan Nessa terlebih dahulu.

Disini, kini mereka berada, Nessa yang sibuk menghubungi seseorang yang sama sekali tidak ada hasilnya.

"Belum" Tanya ae, yang sudah putus asa, di berangi Nessa yang juga menggeleng lemah.

"Kasih tau orang tua lo" Ketus ae mentap tajam Nessa.

"Mending gugurin aja" Ucap Nessa di sela tangisnya.

"Brengsek ya lo, ness"

Untuk kesekian kalinya Nessa tampak depresi, kemudian ia sesekali memukul perut nya yang masih belum terlihat, jelas.

"Terus lo mau nya gimna" Ae yang sudah kehilangan kesabaran  sedari tadi.

"Lo jadi bapak pengganti nya" Singkat Nessa, penuh harap pada sosok pria yang dulu pernah ia cintai

Ae melebarkan matanya, ingin rasanya ia membanting semua meja yang ada di cafe tersebut. Gila saja bagaimana ia harus bertanggung jawab pada kesalahan yang tidak ia lakukan, ae memang masih menaruh perasaan pada Nessa, tapi untuk hal seperti ini aeron masih waras dan jelas jelas masih waras, bagaimana masa depan nya kalau ia harus bertanggung jawab pada anak yang jelas jelas bukan darah daging nya sendiri.

"Gue emang masih cinta sama lo ness, tapi gue belum siap jadi bapak anak itu" Ucap ae sambil menunjuk tak suka pada perut Nessa.

"Bisa aeron,lo bisa"

"...Lo tinggal nikah sama gue,   masalah anak ini selesai, kita bisa pindah ke luar negeri "

"apa apan anjing, gue masih waras ya ness"

"Alasan lo apa lagi? coba jelasin" Bentak Nesa

"Yang pertama, itu bukan anak gue, yang ke dua gue juga punya pacar, yang ketiga lo cuma mantan gue, emang gue masih naro perasaan tapi lo tau sedikit aja lo ga muncul di hidup gue sumpah ness gue bakal lupa sama lo"

".... Gunanya apa, lo datang lagi, pas gue udah hampir lupa"

"Alasan utama lo? Cuma ea?" Tanya Nessa remeh

"Coba, gue balik ya,, coba lo yang jadi posisi gue"

"...  mantan yang masih belum lo lupain tiba tiba datang, terus nyodorin anak padahal ga tau apa apa, gimna? Lo bingung? Pasti ga bakal nerima lo ness"

"Bantu gue sekali aja ae"

"... Lo bisa nikahin gue, kelar gue lahiran kita bisa pisah"

Ae masih tidak percaya dengan situasi ini, bingung harus bertindak seperti apa.

"Gue pergi"

Ae, meninggalkan Nessa yang masih butuh jawaban dari dirinya, membanting pintu cafe sehingga membuat pengunjung melihat Nessa dengan tatapan aneh. Begitu pun Nessa ia juga membanting ponsel yang sedang ia genggam.

Di mobil, ae masih tak habis fikir dengan kejadian ini. Ia merogoh saku celananya lalu menghubungi ea. Untuk panggilan ke sekian kalinya tak ada jawaban. Ae memutuskan untuk meneruskan mobil nya menuju rumah kekasihnya ea.

***

Di tempat lain, Martin masih tidak tahu harus berbuat seperti apa lagi, sudah banyak cara ia lakukan agar wanita yang ada di sebelah nya tertawa, jangan kan tertawa atau paling tidak berbicara.

"Abis ini, makan batagor kang mahmut yu" Ajak Martin.

"Ga nafsu makan ka" Ucao ea lemah.

"Ea kenapa? Mau cerita? Paling engga beban kamu bisa berkurang sedikit ea"

"Kaka fokus aja sana cari bukunya" Suruh ea pada Martin, sementara ia hanya duduk bersama diri sambil melihat orang yang berlalu lalang.

"Kaka jadi ga fokus , liat kamu gitu"

"... Kita balik pulang aja ya" Ajak Martin

"Ka"  Ujar ea sambil menghentikan langkah nya.

"... Kalau orang tua kaka pisah, kaka lebih pilih mana?" Ucap ea yang sedikit membuat Martin kaget.

"Ea, kenapa nanya gitu?"

"Jawab aja, ka"

"Tergantung si, tapi kayanya aku bakal hidup sendiri deh"

"Pilihan ea, emang udah tepat" Ucap nya abil tersenyum tipis

"Kenapa ea?"

"Mama sama papa pisah ka" Ea berujar.

"Kenapa ga cerita?"

"Buat apa? Ga penting juga kok" Ea mulai cengegesan di hadapan Martin yang mulai serius

"Tapi buat aku penting ea, terus sekarang kamu tinggal dimana?"

"Di hotel, tapi abis ini aku check out"

"Lah kenapa?"

"Ya aku mesen cuma satu minggu" Ea sedikit tertawa atas pernyataan Martin.

"Terus abis ini mau kemana?"

"Ga tau, ea ga mau pulang"

"Pulang ea, mama kamu nanti khawatir"

"Khawatir dari mana? Orang mama udah di Kalimantan sekarang"

"Lah terus? Dirumah sekarang ada siapa?"

"Selingkuhan papa maybe" Ea berujar dengan santai.

"Kamu, tidur di apartemen aku aja" Ucap Martin mendadak, membuat langkah ea terheti sebentar dan menatap Martin bingung.

"Bukan, jangan salah paham dulu" Sanggah nya lagi

".... Aku sekarang tinggal dirumah, dari pada ga kepake, mending kamu yang isi"

"Hah? Serius ka?" Di berangi degan anggukan Martin

"Iyaa, gantinya kamu bisa bersih bersih disana" Ucap Martin lagi

"Yeee, bilang aja cari pembantu"

"Lah engga ko, apartemen nya ga kotor banget, kamu tau kan aku orang nya gimana? Lumayan belajar jadi ibu rumah tangga yang baik" Goda Martin setelah itu.

𝙐𝙆𝙄𝙔𝙊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang