22

4 6 0
                                    

Ae melemparkan senyum  pada nessa, saat wanita itu dengan penuh semangat menyoraki permainan nya di tengah lapangan, sesekali nawa merogoki ea yang tersenyum pasrah, ia tahu perasaan sahabat nya itu, tapi apa boleh buat sudah berapa kali pun nawa menyuruh ea untuk tidak menonton pertandingan ini dengan keras pula ia tetap memaksakan diri.

"Ea ayo" Sekali lagi nawa berujar, namun wanita itu terus menggeleng, melompat kemudian meneriaki nama nanon, saat pemuda itu berhasil mencetus goal pada menit menit terahir.

"Na, sahabat gue hebat banget" Ea berujar semangat sementara nawa juga melihat ke arah nanon yang saat itu juga mengedipkan mata padanya.

"Pacar gue" Singkat nawa

"Yee mentang mentang dah officiall"

".. Lo utang banyak ya na, cerita ma gue"

Setelah pertandingan selesai tanpa banyak basa basi nanon sudah berada di hadapan mereka, menyeka keringat dengan kain yang di berikan Wanda, kemudian ia lempar asal pada ea.

"Kurang ajar" Teriak ea, kemudian nanon terkekeh bersamaan dengan nawa "Liat aja ya lo dua" Ea mencak mencak kesal pada dua sejoli itu, kemudian saat bibirnya masih berceloteh tat kela kesal, kemudian ia mendadak kembisu  saat kedatangan ae bersama nessa, jelas ea sangat tidak menyukai itu, bagaimana tidak saat ini ia masih berstatus kekasih dari ae tapi lihat lah pria ini, tengah memegang pundak nessa, tersenyum, tertawa, membenarkan rambut nessa yang berantakan, hal itu sudah dari tadi ea lihat, bukankah saat ini ea wajar marah pada ea? Bahkan pria itu tidak sama sekali ingin berbicara padanya padahal ea sudah mati matian ingin menjelaskan semuanya, ea ingin keadaaan sama sepertu semula, tapi lihat ini,,tidak untuk saat ini ea mengalah.

"Ae, lo masih bisa hargain gue ga" Pertanyaan menohok dari ea yang tiba tiba membuat keadaan menjadi hening, begitu pun nanon dan nawa yang awal nya sedang bercengkrama satu sama lain, ikut terdiam saat pernyataan itu keluar dari mulut ea.

Sementara yang di tanya, seketika melepas tangan nya yang bertumpu pada pundak nessa, memajukan langkah nya pada ea, menatap nya tajam sementara ea yang di buat jantungan hanya menahan napas.

"Gue juga mau tanya? Kemaren lo tidur sama martin, lo masih mikir ga kalau gue masih pacar lo?"

"... Masih mikir ga? Gue bakal nerima lo di hidup gue?"

"Bahkan lo ga dengerin alasan gue dulu" Potong ea keras.

"Buat apa dengar ucapan wanita rendah kaya lo"  Ea mencengkram tangan nya kuat, sementara nawa yang semuanya ingin melayangkan pukulan pada ae ditahan oleh nanon dengan serkas.

"Anjing" Nanon lah yang berganti melayangkan pukulan pada aeron, dengan seketika.

"Maaf na gue ga mau tangan lo kotor nonjok dia" Ucap nanon tersulut emosi, smenetara ea hanya menatap nanar pada aeron yang masih tersungkur dan memegang sudut bibirnya yang sedikit robek.
Banyak pasang mata yang melihat mereka, sementara nessa hanya bisa berteriam untuk membubarkan kan orang yang tidak berkoentingan disini.

"Sadar tai, lo gatau apa apa! Harusnya  tanya dulu ea punya masalah apa, bocah tau ga lo setan" Nanon yang berujar kemudian melangkah kan kaki nya pergi sambil menarik tangan ea meninggalkan aeron yang masih terpaku.

"Gapapa ea gapapa lo masih punya kita" Nawa berujar sambil mengelus pundak ea. Sementara nanon masih duduk sambil memijat pelipis nya seketika ia dilanda rasa pusing saat emosi nya yang memuncak secara tiba tiba.

"Non lo gapapa?" Tanya ea yang kemudian menghapus air matanya

"Gapapa, biar dia sadar" Nanon berucap

"Nanon ga bisa marah, sekali nya marah tu langsung pusing kan" Nawa berujar kemudian berdiri mengambil air untuk kedua orang tersebut.

"Udah jangan nangis, lo mau gue hajar dia lagi?"

".. Apa perlu gue bareng nawa hajar dia?"

"Gausah no, gue mau sendiri dulu. Kalian boleh pergi"

"Ea, gue ga bisa ninggalin lo" Nawa berujar sambil mengelus rambut ea halus, kemudian nanon yang mengusatartkan pada nawa agar lekas meninggalkan gadis itu sendiri kemudian ia menmgangguk paham.

"Jangan di pikirin, lo ga pantes buat mikir" Ketus nawa lalu mengajak nanon pergi.

***

"Ga seharusnya lo ngomong kaya gitu sama ea" Nessa berujar pada ae yang sibuk dengan ponsel nya

".. Lo ngomong dia rendah, beda dia sama gue apa?"

"Jangan samain ea sama lo, gue tau salah, emosi tau ga"

Nessa tertegun saat pernyataan ae barusan, niat hati yang ingin memanaskan situasi tapi ae melayangkan pernyataan yang membuat perasaan nya sedikit tergores.

"Hallo" Ae berujar pada keheningan yang ia ciptakan

"Apa lagi" Ketus nanon dari balik telpohone

"Ea gimana?"

"Lo ga pantes jadi pacar ea, gue kecewa banget sama lo, demi apapun gue ga bakal mau temen gue jadi milik lo"

"No, oke cuma pekara ea tapi lo juga mau mutusin hubungan sama gue?"

"Cuma? Lo bilang cuma? Sadar ga siapa yang barusan lo sakitin? Oke ea bukan adek gue bukan keluarga bukan mantan, tapi dia sahabat dia, sahabat nya nawa juga, dia udah gue anggap adek, ngerti ga lo?"

"... Terus apa? Lo mau balik sama Nessa? Sana tapi jangan gini caranya setan"

Nanon memutuskan saluran telphone secara sepihak, sementara ae menghembuskan nafas kasar dan detik berikut nya ia mengacak rambut frustasi bagaimana tidak ucapan yang tak seharusnya ia lontar kan pada ea, ucapan yang seharusnya bukan tertuju pada ea, menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.

Panggilan demi panggilan telphone yang di ciptakan ae namun ea tetap bersikukuh tidak menjawab panggilan tersebut, keputusan ea untuk kali ini sudah benar .

Kalimantan.

𝙐𝙆𝙄𝙔𝙊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang