Bukan kah tindakan ini sangat bodoh, bukan kah ucapan ae beberapa hari lalu ada benar nya, kemana janji yang ia berikan pada ae saat apapun masalahnya dirinya akan berusaha menghadapi dengan tenang dan tidak gegabah seperti ini. Ea tersenyum getir tat kala mematut dirinya dari pantulan cermin. Sudah terbilang 2 minggu lamanya ia menginap di apartemen milik martin, bahkan orang tua nya tidak begitu perduli dimana keberadaan ea saat ini, beruntung ea tipekal orang yang tidak boros,ia selalu menyisihkan uang nya untuk di tabung. Al hasil saat ia kekurangan seperti saat ini contohnya. ia tidak begitu panik.Kemudian ea membaringkan dirinya di kasur menatap lekat lekat langit kamar, sekilas terbayang bagaimana dulunya ia bisa mengenal aeron. Sesekali ia tersenyum bagaimana bisa kesalah pahaman diantara dirinya dan ae belum terselesaikan sampai saat ini. Alea tidak mengerti pada dirinya apa ae yang terlalu naif untuk mencari keberadaanya atau dirinya yang terlalu kekanakan dan menganggap sebuah masalah sepele menjadi masalah yang besar.
Ea merogoh saku ponsel nya, ia mendapati bebebrapa notif dari ae tetapi itu sudah berlalu 5 jam yang lalu. Apa sekarang saat nya ea mengajak aeron untuk berbicara, agar hubungan mereka tidak selalu berjalan di tempat.
Tutttt
"Ae"
Alea menangkap desahan ringan dari balik panggilan tersebut, kemudian dibalas dengan sapaan hallo oleh nya.
"Sekarang dimana"
Begitu selanjutnya nya ujar ae, Alea memberikan alamat nya saat ini, tapi belum dengan keterangan dia menginapi apartemen martin. Pikir ea lebih baik ia bicarakan secara langsung agar semuanya lebih jelas ditangkap. Kemudian ia matikan panggilan tersebut dan bersiap memberesken sedikit ruangan yang berserak. Beberapa menit berlalu untuk ia menyelesaikan tugas bebersih. Saat nya ea membersihkan dirinya juga agar saat mereka berbicara ae tidak akan menghirup aroma busuk dari tubuhnya, kemudian di berangi kekehan kecil.
Butuh 30 menit untuk ae sampai di tempat tujuan, sudah beberapa kali ia menghubungi gadis itu namun belum sempat terjawab
Sementara ea yang sudah bersiap ia melihat martin yang sudah duduk di sofa sambil berkutik dengan laptopnya
"Lah kapan datang"
Ea bingung akan kehadiran martin yang tiba tiba, memang apartemen ini miliknya ia berhak keluar masuk seperti itu, tapi situasi seperti ini jangan sampai ae melihat nya, bagaimanapun ae masih berstatus pacar nya, kalau ia melihat kekasih nya sedang berada dalam satu ruangan dengan mantan nya pasti akan membuat fikiran pria tersebut bercabang.
"HP kamu bunyi dari tadi" Jawab martin, yang membuat lamunan ea buyar.
"... Aku bosan dirumah, jadi pengen aja ngerjain tugas disini sambil jenguk kamu"
Belum jadi ea melangkah kan kaki untuk menggapai HP nya, kini terdengar bel yang berbunyi dan membuat martin langsung berdiri untuk melihat siapa sang tamu. Sementara ea dengan nafas yang tertahan berharap bukan aeron yang datang dan..
Deg.
Harapan nya tak sesuai ekspetasi, pria nya, aeron nya lah yang sedang berdiri di balik pintu, yang dengan sangat senang hati disambut oleh martin. Sementara tatapan bingung nya langsung terpancar pada Alea yang langsung membuang muka. Sesekali aeron mengerjakan matanya untuk situasi macam apa ini.
"Kenapa bengong bro? Ayo masuk"
Martin yang sama sekali tidak mengerti ataukah dia memang segaja untuk memperburuk situasi diantara mereka dengan senang hati membawa ae masuk kedalam kediaman ea saat ini.
"Ea rambut nya di keringin dulu" Ucap martin yang membuat ae langsung menoleh tak suka padanya.
Ea langsung beranjak dari tempat yang ia pijaki, bingung harus berucap apa padanya, bingung harus dimulai dari mana, melihat ekspresi ae barusan sungguh membuat nya terasa pilu, apakah semua kesalahan berasal dari dirinya.Setelah ea mengeringkan rambut nya ia melangkah kan kaki keluar kamar dan menghampiri kedua manusia itu yang sedang berbicara serius tapi dengan datang nya ea, martin langsung menjauhkan mukanya dari hadapan ae dan beralasan ingin mencari angin keluar ruangan.
"Kenapa"
Ae berujar pada ea, setelah memastikan martin meninggalkan mereka, langkah sendu miliknya menatap ea sementara gadisnya hanya menunduk tidak tahu harus berucap dari mana.
"..Lo nyuruh gue kesini buat ngasih tau? Kalau lo menang? Kalau lo berhasil buat gue hancur?"
"... Jauh dari ini ea, dari lo diemin gue ea, gue udah ancur anjing"
"Bukan gitu, lo cuma ga tau kondisi gue"
Banyak pertanyaan yang timbul dalam benak nya, apakah ucapan martin tadi ada benarnya? Bagaimana bisa ea yang ia percaya, ea yang ia kenal tega membohongi nya.
"Nyesel gue bisa kenal sama lo"
"... Murahan tau ga"
Ae mengambil kunci mobil nya yang terletak di atas nakas dengan kasar, lalu meninggalkan ea yang masih terdiam, bagaimana ae yang ia kenal bisa menjadi monster dalam sekejab. Beberapa kali ia mengerjab lalu meneteskan cairan bening, menbungkuk lalu melipat tangan nya pada kakinya, merunduk, menahan segalanya. Harusnya ia bisa menjelaskan nya pada ae tetapi kenapa ia lebih memilih bungkan seperti manusia bodoh yang tak mengerti apa apa.
Tak ingin seperti ini, ea kemudian berdiri, lalu berlari mengejar ae, persetan untuk semua orang yang melihat nya aneh.
"Aeron" Panggil ea berkali kali.
Sebentar hanya ae berhenti, menoleh ke belakang, namun ia lanjut kan langkahnya lagi.
Dengan cepat ia berlari sebisanya, mengejar ketertinggalan beberapa langkah darinya.
"Aee" Hasil yang di dapat ea, memegang tangan ae walaupun akhirnya pria itu tanpak jijik saaat dipegangi ea.
"Lo jahat" Ea berucap yang kemudian membuat ae mengacak rambut nya frustasi, kesalahan apa lagi yang ia perbuat, bagaimana gadis ini sama sekali tidak mengerti kesalahan nya ada dimana
"Emang, ayo putus"
Singkat nya mentap ea tajam
"Lo denger gue dulu, baru ntar gimana nya lo yang nentuin" Mohon ea sekali lagi, namun alhasil ae hanya menghempaskan tangan nya yang di tahan ea.
"Ae"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙐𝙆𝙄𝙔𝙊
FanfictionDi dunia ini ga ada yang namanya kebetulan ae, disini udah di takdirin semuanya. Lo ketemu gue, gue ketemu lo berarti emang udah takdir bukan kebetulan ~Aela bianca azzura Ukiyo dapat diartikan sebagai sebuah dunia dan kehidupan , yang selalu berger...