Sebelumnya...
Saat ea sedang mengeringkan rambut, dengan sengaja martin menghampiri ae, yang sedang berkutik dengan HP nya.
"Ea mau putus sama lo, cuma katanya ga tau mau kasih alasan apa" Ujar Martin tiba tiba yang membuat ae menatap nya heran.
"Kalau mau putus ya gue harus denger dari mulut nya dia, kenapa harus dari lo?"
"Gue satu apartemen sama dia, dan lo masih ga ngerti? Gatau deh lo nya yang bego atau terlalu cinta sama ea"
"... Tapi kalau lo putus sama ea, gue siap kok jadi penggantinya" Ucap Martin mendekati muka ae dengan serius.
Sadar akan kehadiran ea, Martin langsung menjauhi ae dan beralasan keluar untuk mencari udara segar.
-
-
-"Ae"
Panggil ea yang sama sekali tidak di gubris nya, ea hanya mentap punggung milik ae yang perlahan pergi meninggalkanya, apa ini sakitnya melihat aenya, melihat pria nya pergi. Ea berusaha tegar tapi kenyataan tidak bisa, walaupun, sudah berkali kali ia menerima kenyataan bahwa ia merasa tidak pernah dicintai oleh ae tapi tetap saja di tinggal dengan ucapan perpisahan begitu menyakitkan.
"Harusnya kalau dia sayang, dia bakal dengar" Ucap Martin menarik ea kedalam pelukanya
"Kaka ngomong apa sama dia tadi" Ucap ea disela tangisnya.
"Aku ga ngomong apa apa, cuma dia aja yang ga gentle"
"... Buat apa kamu nangisin dia?"
Martin yang sedikit kesal melihat ea terus menangis tak berhenti, ia sadar ini kesalahan nya tapi ia juga tidak suka saat melihat ea menjadi manusia bodoh seperti ini.
Setelah cukup dengan is akan pilunya ea memilih untuk bungkam dalam kamar, menatap ponsel nya bermaksud untuk menghubungi ae. Tapi sedetik kemudian ia urungkan niatnya karena mungkin saja pria itu sedang dalam keadaan emosi.
-
-
-Siang, di depan kelas ae, wanita itu berdiri memberanikan diri menampakan kehadirannya di depan ae, sementara nawa dan nanon yang sudah beberapakali membujuk untuk menemaninya dengan mentah mentah ia tolak, pikirnya permasalahan pribadi nya dengan ae harus dirinya lah yang menyelesaikan tanpa harus mempersulit semua orang.
"Yaudah semangat ya" Tegur nawa memegang pundak ea, sambil menatap penuh pengertian, kemudian gadis itu mengangguk pasti saat kedua sahabat nya nawa dan nanon perlahan meningalkanya.
Ia masih ragu untuk masuk kedalam ruangan tersebut, lebih baik ia menunggu prianya di luar dan membujuk nya untuk berbicara
"Ae" Panggil ea telat saat prianya yang baru saja melangkahkan kaki keluar dari pintu
Hanya sebentar ia menatap pada sumber suara, setelah itu ia berlalu begitu saja tanpa mengkhawatirkan alea"Ae" Panggil nya lagi, kali ini langkah nya tertatih, dengan sebelah tangan nya yang masih tersandang tas dan muka kusut yang tak seperti biasanya, kemeja nya yang sedikit lusuh yang begitu membuat alea tersadar
"Ae" Suara lembut ea yang terus mengulang namanya, ae memutar bola matanya jangah, sementara ea menatap pria yang tengah berdiri di hadapannya dengan tatapan sendu
"Ae"
"Kalau lo emang masih mau gue disini, bilang"
".. Bilang ke gue ae, gue ga akan pergi"
"Dan kalau pun lo butuh waktu, i will wait"
"Gue alea, ga bakal ninggalin aeron, so please just dont push me away"
Ae menghirup udara perlahan ingin kali ini is memeluk wanitanya, ingin ia berbicara tapi semuanya terhalang dengan ego yang ia punya, seketika ia menggeleng dan kali ini mencoba angkat bicara.
"Lo mau nunggu gue kan? Lo percaya gue kan ea? "
"Kasih gue waktu buat tenangin semuanya, semuanya bakal baik baik aja"
"Kita cuma butuh waktu untuk baikin semuanya" Setelah ae berujar ea menangguk paham. Ia lebih memilih berjalan meninggalkan prianya, ucapan ae ada benar nya mereka hanya butuh waktu meredakan semunya tapi yang ea tak habis fikir disini bukan kesalahan ea saja, bahkan ae pacar nya tidak tahu pasti bagaimana ia bisa tinggal di apartemen martin, kalau pun mereka membicarakan kedewasaan harusnya ae bertanya bagaimana bisa ea angkat kaki dari rumah? Bukan kah hanya berdiam seperti ini justru akan membuat kesalah pahaman semakin buruk.
Ea menghentikan langkah nya, ia berniat kembali untuk menghampiri ae namun kali ini tidak lagi, ia mengurungkan niat nya saat nessa baru saja menghampiri ae, ia rasa bukan sekarang saat nya berbicara tentang mereka, ia lebih memilih mengalah lagi untuk kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙐𝙆𝙄𝙔𝙊
FanfictionDi dunia ini ga ada yang namanya kebetulan ae, disini udah di takdirin semuanya. Lo ketemu gue, gue ketemu lo berarti emang udah takdir bukan kebetulan ~Aela bianca azzura Ukiyo dapat diartikan sebagai sebuah dunia dan kehidupan , yang selalu berger...