19

12 6 0
                                    

Aeron yang masih setia berdiri di depan gedung fakultas kekasihnya ea, mengabaikan wanita wanita yang biasanya ia goda.tidak seperti aeron biasanya. Ia mulai menghitung mundur jam di tangan nya,tepat sekali pada hitungan ke satu, alea keluar dari kelas nya bersama nawa.

"Alea" Panggil aeron, yang langsung disuguhi tatapan tidak menyenangkan dari nawa.

"Na, lo duluan aja"  Kode ea pada nawa, yang langsung di mengerti oleh nya.

Alea menghampiri aeron dengan tatapan datar nya, dengan ingatan 3 hari yang lalu dimana kejadian di kantin, bagaimana pria yang ada di hadapanya ini mengasari nya, membentak nya, dan juga beberapa minggu lalu tidak menganggapnya, dan lebih mementingkan nessa di timbang dirinya.

Alea menyilangkan tangan nya tepat di hadapan aeron, semakin memajukan langkahnya lebih dekat , dengan jantung yang juga terus terpompa semakin kencang, menaikan alisnya pertanda ia menginginkan alasan aeron menemui dirinya bahkan rella menunggu berjam jam kelas nya selesai.

"Ea, kita bicara nya jangan disini" Ajak ae pada ea namun ea langsung mengibas kan tanganya yang di genggam ae.

"Gue ada janji abis ini, mau ngomong apa? Langsung aja"

"Mau kemana emanya?" Ketus ae yang tak Terima jawaban tak menyenangkan dari ea.

"Ya bukan urusan lo"

"Bukan urusan gue? Lo pacar gue Alea jadi gue mau tau lo ada urusan kemana?" Tanya ae kembali menahan sabar nya.

"Lo pacar gue bukan berarti lo berhak tau semua urusan pribadi gue" Tekan ea disetiap kalimatnya pada ae. Walaupun ucapan ea tidak sama persis dengan kalimat ae tempo hari tetapi memiliki makna yang sama.

Ae baru menyadari bahwa ucapan nya kalau itu, masih direkam jelas oleh ea, ia yakin gadis ini masih menyimpan dendam padanya waktu itu, ae ingat saat ia sedikit membentak ea di perpustakaan.

"Alea, gue minta maaf sama ucapan tempo hari, tapi mohon gue mau ngomong sama lo sebentar aja" Kini ae berujar sangat halus pada ea yang menatap nya penuh arti.

"Ngomong nya sekarang aja, gue ada urusan sama ka martin" Ketus ea lagi.

"Sama siapa?" Ulang aeron masih tak percaya

"Ka martin"

Sedetik kemudian aeron baru merasakan perasaan yang seharusnya tidak ia rasakan saat ini, ucapan yang beru di lontarkan ea berhasil membuat hati nya mencolos begitu saja. Ia tersenyum remeh pada ea, mendekatkan wajah nya pada ea, menunjukan smirik nya walaupun dada nya terasa sesak saat kekasih nya lebih memilih orang lain di timbang dirinya yang ingin meluruskan semua kesalahan pahaman diantara mereka, namun semua perasaan itu tidak ia perlihatkan  pada ea.

"Mana janji lo yang katanya ga bakalan ninggalin gue sedetik pun? Ternyata semua manusia sama aja ya Alea" Ucap aeron lalu meninggalkan ea yang masih terpaku.

Rumit memang jalan kisah mereka, dulu elea yang selalu berjanji tidak akan meninggalkan ae, ea yang selalu bilang bahwa ia akan terus mencinta walaupun dalam keadaan apapun, yang bilang ia akan sabar akan semuanya namun hanya kesalahpahaman yang belum ia ketahui bisa membuat manusia berubah.

Ae berjalan lekas, sementara ea sadar harusnya ia mendengar ucapan ae yang dari kemarin katanya ingin menjelaskan semuanya, namun ia lebih memilih menghabiskan waktu bersama martin, tetapi disini bukan sepenuhnya salah Alea, bahkan saat ea membutuhkan ae, pria itu juga terlalu sibuk dengan urusan nessa.

Ea membalik kan badanya, menatap pundak lebar milik ae yang perlahan meninggalkan nya, ea menghembuskan nafas dari mulut, ingin ia berlari kemudian memeluk pria nya lalu berujar maaf, dan mendengar cerita milik pria nya namun apa? Tentu saja semuanya tertahan oleh ego yang ia punya.

***

"Gimana?" Martin berujar pada ea.

Keduanya kini sedang duduk di taman yang biasa mereka datangi sewaktu masih berpacaran dulu. Lihat lah jujur saja Alea hanya ingin lari dari masalah dengan beralasan bahwa ia memiliki urusan dengan martin, lihat lah dirinya saat ini hanya duduk sambil minum yang dutemani oleh martin yang sedang sibuk dengan pertugadan yang ia miliki.

"Ea, gimana apartemen nya" Sekali lagi martin berujar pada ea yang masih sibuk dengan imajinasi nya sendiri.

"Oh gimna ka?"

"Bts mau konser ke indonesia!!!"

"... Di kampus kita lebih tepatnya" Ujar martin

"Hah? Tau dari manaaaaa"

"Dari imajinasi kamu" Ucap martin di berangi kekehan.

"... Lagi hayalin apasi? Sampe bengong mangab gitu"

"Lagi hayalin, gimana kalau tanah di Mars aku beli"

"Terus? Berumah tangga sama martin" Sela martin saat Alea berujar.

"Sama park jimin lebih tepat nya" Bela ea tidak mau kalah.

"Mana mau dia sama kamu"

"Coba aja dulu, mana tau cocok"

Martin hanya menggeleng paham, bagaimana pun ia berdebat Alea pasti ada jawaban lebih tepat nya semua perempuan di muka bumi ini pikir Martin.

"Serius Alea, apartemen nya gimana? Kamu nyaman ga?"

"Oh iya ka makasih banget, nyaman kok disana, cuma nanti nawa mau nginap"

"Oh bagus dong, biar ada temen jadi kamu ga kesepian"

Alea tersenyum, bagaimana bisa seorang Martin sang mantan bisa menjadi kakak bagi dirinya, kaka yang selalu menjaga adik nya, andai saja waktu itu ah sudahlah kalau membahas perkara tentang masa lampau memang tidak akan ada habis nya, bagaimana permasalahan masa kini harus di tuntas kan dulu, pikirnya.






𝙐𝙆𝙄𝙔𝙊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang