13

205 23 5
                                    

*
*
*
"Aku membencimu hyung, tapi aku lebih membenci diriku sendiri karena berharap padamu.." kata hati Wongie.

*
*
*

Hwanwoong masih terisak di dalam mobil Mingi. Mingi tak bisa fokus mengemudikan mobilnya. Ia kemudia n mencari di gps tempat parkir umum terdekat untuk berhenti. Mobil Minggi berhenti di sebuah taman di tengah perjalanan mereka menuju Seoul.

Awalnya Minggi membiarkan Hwanwoong dalam kondisinya, ia ingin memberikan waktu Hwanwoong sendiri tapi lama-kelamaan ia tak sabar melihat Hwanwoong terus menangis, selain khawatir ia juga merasakan rasa sesak di hatinya melihat seseorang yang ia cintai menangis tanpa ia tahu penyebabnya.

Minggi menyentuh tangan Hwanwoong pelan. Tapi Hwanwoong menghindari tangannya, ia tahu Hwanwoong masih belum sepenuhnya memaafkan kesalahanya. Tapi perlahan Woongie mulai mengatur nafasnya, menyeka air matanya sendiri.

Minggi mengambil botol air mineral yang masih baru yang selalu tersedia di mobilnya. Ia membuka tutupnya dan memberikannya pada Hwanwoong.  Hwanwoong menerimanya dan perlahan meminumnya. Ia terlihat lebih stabil dan lebih tenang sekarang. Matanya terlihat merah dan sembab. Minggi tak kuasa melihat Wongie lemah.

"Kau sudah merasa lebih baik bei?" Tanya Mingi.

"Aku baik-baik saya .." kata Hwanwoong masih menundukan pandangannya.

"Kau mau keluar sebentar? Menghirup udara segar?" Tanya Minggi.

"Tidak, aku ingin pulang ke dorm kalau kau tak keberatan" kata Hwanwoong.

"Kau tak mau bicara padaku apa yang membuatmu menangis?" Tanya Minggi. Hwanwoog masih diam.

"Baiklah, aku tau aku mengecewakanmu semalam. Aku minta maaf. Sungguh, dari lubuk hatiku yang paling dalam. Aku melakukannya karena aku hilang akal. Bingung bagaimana lagi agar kau memaafkanku, aku masih mencintaimu bei. Aku menyesal telah menyakitimu. Aku sungguh tersiksa saat aku tahu aku telah kehilanganmu bei, Aku menyesal" kata Minggi emosional, terlihat dia menjambak rambutnya sendiri sangkin frustasi.

Air mata Minggi mulai menetes. Hwanwoong mendengar dengan jelas semua kata-kata minggi. Ia benar-benar terlihat kacau. Ia tak pernah melihat Minggi menangis kecuali saat kehilangan ibunya yang meninggal saat mereka masih bersama. Lelaki seperti Minggi menangis di hadapannya sungguh menggerakkan hati Wongie. Ia tau ada kejujuran di kata-kata Minggi.

Minggi menelungkupkan wajahnya dan menghapus air matanya. Kemudia ia kembali menatap Woongie.

"Aku tahu, kesalahanku tak mudah dimaafkan bei, tapi aku tak pernah pura-pura mencintaimu. Dari dulu sampai sekarang, rasa itu masih sama. Aku tak akan memaksamu untuk kemabali padaku tapi beri aku kesempatan untuk menjadi seseorang yang berguna untukmu. Kita bisa menjadi teman, aku hanya ingin kamu tahu kalau kau butuh seseorang, aku akan selalu ada. Akan kulakukan apapun yang kamu minta,,kumohon" kata Minggi sambil memegang kedua tangan Woongie.

Wongie sungguh tak tega melihat Minggi merendahkan diri di hadapannya, Minggi terlihat jauh berdbeda dari Mingi yang Hwanwoong kenal selama ini.

" Ok, ok  Baiklah, Kita bisa berteman. Tapi aku tak bisa menjanjikan lebih dari ini. Jadi cukup, jangan memohon lagi!" Ucap Hwanwoong tegas meski agak ragu awalnya.

RAINBOW DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang