BY-13

254 14 3
                                    

Darren duduk bersandar di tempat tidur dengan pandangan mata yang sibuk membaca buku kedokteran.

Hingga suara deringan dari ponselnya yang berada di atas nakas membuat Darren mengalihkan pandangannya dari buku tersebut.

Alisya.

Tanpa berpikir panjang Darren langsung mengangkat panggilan suara dari Alisya itu.

"Halo dek kenapa?"

"Gimana ketemuannya sama kak Michelle tadi kak? Ada yang berubah gak?"

Darren menghela nafas berat mendengar pertanyaan yang terlontar dari adiknya itu.

"Nggak ada yang berubah. Dia tetap dengan pendiriannya dan itu membuat kakak muak. Kakak udah memutuskan untuk berhenti berharap lagi pada Michelle, dek. Jadi jangan lagi membahas Michelle. Karena dia bukan siapa siapa kakak lagi" ucap Darren dengan suara serak.

"Kakak yakin? Tapi kak.."

"Iya kakak yakin. Dia juga senang dengan sikap kakak yang nggak mau peduli lagi sama dia. Jadi oke kakak ikuti aja kemauan dia. Kakak nggak akan ganggu dia lagi"

"Yah ampun kak. Ah kisah kalian rumit banget sih" decak kesal Alisya.

Darren terkekeh mendengar perkataan dari Alisya.

"Namanya juga kisah cinta, kalo nggak ribet yah bukan kisah cinta namanya. Lagian kayak kisah kamu sama Alexcio aja nggak rumit"

"Yeh tapi aku sama Alexcio udah nikah loh buktinya. Kita dapat lewatin semua kerumitan itu. Nah loh kakak masa malah menyerah gitu aja. Yakin nih rela kalo misalnya kak Michelle tiba tiba di dekatin sama cowo lain gitu?"

Darren terdiam tidak menjawab perkataan dari Alisya.

"Sebentar lagi. Sebentar lagi semuanya akan berakhir" ucap Darren dan setelah itu lebih memilih memutuskan sambungan telfon dari Alisya.

Darren menghela nafas berat. Ia akhirnya memilih untuk membaringkan tubuhnya dan menatap ke arah langit langit kamar.

"Semoga keputusan yang aku ambil adalah yang terbaik dan semoga kamu bahagia Michelle" batin Darren.

***

Saat ini Michelle di temani oleh Dinda yang akan menginap di apartemennya. Dinda sengaja menginap Karena ingin sedikit menghibur sahabat baiknya yang sedang patah hati.

Mereka berdua duduk bersandar di tempat tidur Michelle dengan cerita  mengenai Darren yang akan bertunangan.

"Michelle, gue tau lo pengen nangis. Nangis aja nggak usah di tahan." Ucap Dinda.

"Hiks. Din, gue harus gimana? Kenapa gue kayak nggak rela kalo dia mau tunangan sama cewe lain?"ucap Michelle dalam pelukan Dinda.

"Seharusnya gue senangkan pas tau dia udah lupa sama gue dan sekarang mau tunangan sama cewe lain."

"Tapi kenapa rasanya berat banget buat gue untuk nerima dia mau tunangan?"

"Hati gue sakit Din. Sakit banget rasanya, apalagi liat sikap cuek dia sekarang hati gue makin sakit Din"

"Gue harus gimana din? Apa yang harus gue lakuin? Kenapa di saat dia udah bahagia gue harus menderita kayak gini? Kenapa gue gak rela dia tunangan sama cewe yang gue nggak tau dia siapa"

"Yang pasti kenapa dia yang harus lebih beruntung dari gue? Kenapa bukan gue? Kenapa bukan gue?" Michelle semakin menangis dan terus meracau.

Dinda sangat kasihan melihat penampilan Michelle yang begitu kacau saat ini. Ia ingin membantu tapi apa yang harus ia lakukan. Apa ia harus bertemu dengan Darren dan menjelaskan semua yang di alami oleh Michelle. Tapi apa itu mungkin?

Dinda tidak henti hentinya terus mengusap punggung Michelle.

"Michelle, gue tau lo sakit harus nerima kenyataan ini. Lo yang udah lama pacaran sama Darren dan sekarang yang mau tunangan sama Darren itu orang lain."

"Bodoh bangetkan gue Din. Gue yang lama pacaran sama dia tapi orang lain yang bakal milikin dia" ucap Michelle.

"Salah gue juga yang lebih pentingin ego gue dan bilang kalo gue benci sama dia. Padahal gue sangat mencintai Darren. Sangat sangat mencintai Darren"

"Bantu gue, Din. Tolong bantu gue, gue harus gimana? Gue harus gimana sekarang?"

"Gimana caranya gue nerima semua ini? Gimana?"

"Gue nggak bisa. Gue nggak rela. Mungkin terdengar egois banget tapi gue beneran belum rela dia sama orang lain"

"Apa salah gue terlalu cinta sama Darren? Apa salah Din?"

"Nggak, lo nggak salah kok Din. Tapi lo yang lebih mementingkan ego daripada perasaan lo yang salah. Karena ego lo itu sekarang Jadi kayak gini. Coba kalo waktu itu lo nggak mementingkan ego lo mugkin sekarang lo yang akan tunangan sama Darren" ucap Dinda.

Perkataan Dinda membuat Michelle semakin menangis. Menangisi kebodohannya waktu itu. Seandainya waktu bisa di putar. Mungkin ia akan memutar waktu agar bisa kembali dan mengganti kata kata yang ia bilang ke Darren waktu itu.

Seharusnya yang ia ucapkan jika ia masih sangat mencintai Darren dan bukan membenci Darren.

"Semuanya berawal dari aku yang mementingkan egoku. Ego yang membawa kehancuran dalam hubungan percintaanku bersama dia"

***
11 Desember 2020

Because You (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang