Chapter 18 [ simpati ]

57 4 0
                                    

Seminggu kemudian, Iqbaal semakin pulih. Tangannya mulai sehat tapi masih sedikit pegel. Kakinya pula masih belum sembuh. Masih diharuskan memakai tongkat.

"Alhamdulillah syukur, elu udah hampir sembuh. Tapi masa lu mau tinggal disini sendiri. Lu harus ada yang temenin. Gua kan gak sering ke sini. Natasha pula enggak sehat lagi." ucap Hadi ke Iqbaal.

"Jangan ngomong soal calon istri lagi. Tunggu gua pulih dulu baru gua cari calon istri. Gua capek tau mau cari calon yang sempurna dan cocok buat gua." bicara Iqbaal.

"Bukan calon istri maksud gua. Maksud gua itu, pembantu rumah. Dia kan bisa jaga elu. Makan sama minum lu terjaga. Pakaian elu bisa diurusin samanya." saran Hadi.

"Lu aja cariin, gua capek mau mikirin soal itu. Gua serahin aja ke lu. Pokoknya elu aja yang urusin semuanya." ucap Iqbaal.

"ASSALAMMUALAIKUM!"

"Siapa tuh Di? Bukain pintunya." pinta Iqbaal.

"Bentar." jawab Hadi.

"Hai, Iqbaal ada enggak? Saya mau bicara sama dia. Bisa saya masuk?" tanya Ratu.

"Kamu Ratu kan? Saya minta ijin ke dia dulu ya. Soalnya ini rumah dia." jawab Hadi.

Hadi berlari ke arah Iqbaal.

"Baal. Itu Ratu ada di depan. Dia mau bicara sama lu. Lu jangan marah-marah dong. Lu kan masih belum sembuh."

Iqbaal rela ketemu sama Ratu. Dia bertemu Ratu di hadapan rumahnya.

"Mau apa lu? Enggak puas lu bikin gua kayak gini? Atau lu mau bikin gua kayak gini, sekali lagi?" marah Iqbaal.

"Maafin aku Iqbaal. Aku nggak pernah kasitahu kamu yang aku itu udah nikah, karena aku benar-benar udah jatuh cinta sama kamu. Suami aku nggak pernah kasih kebahagiaan yang baik buat aku. Aku selalu menderita Iqbaal." ucap Ratu.

"Lu ngomong ama siapa di telefon waktu itu? Elu jangan bohong lagi ya sama gua!" marah Iqbaal lagi.

"Baiklah, aku jujur. Yang aku telefon waktu itu adalah anak aku. Dia masih kecil dan waktu itu kebetulan dia kangen banget sama aku, makanya dia telefon aku." bilang Ratu.

"Oh jadi udah punya anak juga? Sekarang lu keluar dari rumah gua dan jangan pernah jejak kaki lu ke sini lagi! Pergi lu sana!!" teriak Iqbaal.

Ratu pergi meninggalkan Iqbaal dengan kekecewaan di dalam hati.

Iqbaal masuk kembali ke dalam rumahnya.
Namun masih ada satu cewek yang datang ke rumahnya itu.

"HAI, IQBAAL!"

"Lu mau apa lagi?!" teriak Iqbaal lagi.

"Hai! Kamu apa khabar?" ucap pula Mikayla.

"Kayla? Elu maunya apa? Kenapa elu masih dateng ke sini?" tanya Iqbaal ke Mikayla.

"Aku simpati banget sama kamu Iqbaal. Gara-gara cewek tadi, kamu jadi kayak gini." bicara Mikayla.

"Gua nggak butuh simpati dari lu! Dia nggak ada bedanya sama lu. Sekarang lu pergi! Gua nggak mahu lihat muka lu disini! Pergi!!" teriak Iqbaal dengan kencang.

Mikayla hanya terdiam seketika, setelah dimarahi oleh Iqbaal. Dia pun berlalu pergi dengan kekecewaan yang terlalu berat dihatinya.

"Hebat lu Baal! Dua cewek udah datang cuma gara-gara simpati sama lu. Gua ini juga nggak ada siapa-siapa yang mau simpati sama gua." bilang Hadi.

"Udah, gua mau tidur. Gua capek." ucap Iqbaal.

Sore itu, Hadi mencari pembantu rumah untuk bisa menjaga Iqbaal, teman baiknya itu.

"Kayaknya gue bisa cari tahu deh solusinya gimana."

Hadi pergi ketemu sama tiga orang cewek iaitu temannya sewaktu di SD.

A Gift For You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang