Chapter 28 [ nasib ]

15 0 0
                                    

"Apes banget nasib gua. Udah ditinggalin dua cewek dalam sehari. Pacaran aja baru seminggu. Aduh, gimana nih!" keluh si Iqbaal.

"ASSALAMUALAIKUM!"

"Astaga, lillahi taala. Ngapain si lu, ngagetin aja lu." marah Iqbaal.

Hadi tertawa melihat tingkah temannya yang satu itu.

"Makanya jangan suka ngomong sendirian, kan gak sadar ada orang lu kenal lewat disini. By the way, gua barusan denger lu ngomong pacaran seminggu. Itu lu? Beneran lu cuman pacaran sampai satu minggu?" senyum si Hadi.

"Senyam senyum lu. Suka, temen lu diginiin? Ini gara-gara calon istri gua nih, gua jadi putus nih sama pacar gua."

"Kenapa, Mama lu gak suka sama pacar lo?"

"Lebih dari itu. Masa dia nyuruh ninggalin Gabrielle gara-gara takut bikin calon istri gua tersinggung, terus disuruh putus lagi karena aku sama dia tuh beda agama. Gabrielle udah sepakat kok pengen pindah agama Islam."

"Bro, gua nasehatin ya. Maaf kalau ini bikin lu tersinggung. Yang diomongin Mama lu itu semuanya benar. Sebagai anak, kita gak boleh ngelawan orang tua. Coba diinget lagi apa yang lu bilang tadi. Pertama, lu udah punya calon istri jadi harusnya sebagai calon suami, lu harus menjaga perasaan calon istri walaupun lu gak pernah tau siapa dia. Kedua atau yang terakhir, pacaran sama orang yang beda agama. Pacaran dalam Islam emang udah tentu dosa apalagi lu malah pacaran sama orang yang beda agama dari lu." jelas Hadi panjang lebar.

Iqbaal jadi sadar dengan omongan Hadi itu. Dia nekad, tidak akan mengecewakan sesiapa lagi setelah ini.

Besok hari di kantor...

"Halo, para karyawan. Tujuan saya ke mari adalah untuk memperkenalkan sekretaris saya dan juga manejer baru. Ini Hadi, teman baik saya alias sekretaris saya dan manajer baru di kantor ini. Saya mempersilakan pak Hadi untuk memperkenalkan diri.

"Halo, semuanya. Nama saya Hadi Yazid. Harapan saya satu-satunya adalah semoga kalian bisa menerima saya bekerja disini dengan baik sekali." ucap Hadi.

"Jadi, sampai disitu saja. Kalian semua bisa bubar." jelas Iqbaal ke para karyawan.

"Gak nyangka banget gua bisa kerja di perusahaan lu. Gua kira lu gak mau ambil gua kerja disini."- Hadi.

"Anggap aja ini treat gua karena lu udah bikin gua sadar kemarin." bicara Iqbaal sambil tersenyum.

"Hal kecil doang itu. Yang penting
temen gua selalu happy." bilang
si Hadi.

Sudah tiga hari, Vanesa mencoba menghindar dari Iqbaal. Beberapa kali nama Iqbaal dilihat olehnya di kontak telefonnya. Ingin sekali dia menelefon orang kesayangannya itu, tapi sadar bahwa dirinya harus benar-benar menghindar dari Iqbaal.

"Vanesa? Vanesa?!" teriak Jessica.

Jessica memanggil nama Vanesa tapi tidak disadari olehnya. Setelah beberapa menit, barulah dia mendengar satu suara yang kencang dari arah belakang pundaknya.

"Jess? Ada apa manggil? Mau gue bantu lu sesuatu?" tanya Vanesa penasaran.

"Enggak. Gua manggil lu gara-gara lu ngelamun sendirian disini. Makanya gua panggil, mau nanya kalau lu gak kenapa-napa. Dari tadi disini doang, ngelamun mulu. Hot coklat yang lu minum itu udah jadi cold coklat." bilang Jessica.

"Gue baik-baik aja. Gak kenapa-napa. Ni liat badan gue masih utuh kan, I'm fine kok." jelas Vanesa.

"Yes I know. Badan lu masih utuh, tapi emosi lu? Perasaan lu? Hancur kan? Nih pasti gara-gara Iqbaal kan, yang bikin lu sedih gini?" tanya Jessica panjang lebar.

"Please don't talk about it, gue gak mau nyalahin sesiapa. Emang gue yang goblok, gak nyatain cinta gue dari awal ke dia. Sekarang dia udah punya pacar sedangkan gue..."

"Ok, lu naik ke atas istirahat duluan. Jangan kemana-mana. Gue mau keluar sebentar, ada urusan mendadak. Setelah pulang, gua bawain makanan kesukaan lu ya." bicara Jessica.

"Lu gak pergi ke tempatnya Iqbaal kan? Jangan ngapa-ngapain Iqbaal ya. Gua gak mau dia tambah kesal sama gue." bilang Vanesa dengan suara getarnya yang perlahan.

"Enggak, gue gak ngapa-ngapain dia. Emang gue ada urusan penting dari tadi, tapi gue males keluar. Udah sana istirahat."

Sewaktu di kantor Iqbaal...
"Gua bingung deh sama jalan hidup lu. Vanesa tinggalin lu gara-gara lu nolak dia. Ratu punya pacar sedangkan dia udah punya suami, malah pacaran lagi sama lu. Mikayla selingkuh sama lu. Ribet banget hidup lu selama ini." ngomel si Hadi.

"Sini gua benerin lu, dasarnya Ratu itu selingkuh dari tiga orang. Awalnya sama suami dia, terus sama Revan setelah itu baru gua. Setelah kebongkar dan Revan tahu, Ratu diputusin. Setelah itu dia nyari mangsa baru, yah itu gua dong. Udah ya, jangan bahas soal itu lagi. Gua gak mau denger lagi." jelas Iqbaal.

"Yaudah. By the way, gua mau cabut ya. Ada urusan. Besok pagi gua mampir kesini langsung bawain sarapan buat lu. Okay? Dadaa!" - Hadi.

"Iya." - Iqbaal.

Hadi berjalan keluar dari kantor Iqbaal. Dia melihat sosok Jessica berjalan dengan pantas bersebelahannya tanpa menyapa dirinya. Kelihatannya dia sedang marah. Hadi pun mengekorinya secara diam-diam karena takut terjadi apa-apa.

"Iqbaal!" teriak Jessica dengan sangat kencang.

Jessica langsung menampar Iqbaal dengan keras. Iqbaal syok dengan perlakuan Jessica.

"Jess, apaan sih? Baru datang kok langsung main tampar aja. Emang salah gue apa?" marah Iqbaal.

"Gue rela disakitin sama orang, karena gue orangnya gampang move on. But not Vanesa. Berani-beraninya lu nyakitin temen gue. Satu-satunya temen gue."

"Eh Jesssica, gue gak niatan buat nyakitin Vanesa. Gue sayang sama dia tapi cuma sebagai teman. Gak lebih. Mending lu keluar, sebelum gue panggil security."

"Ada apa nih? Jessica kamu ngapain kesini?" soal Hadi yang kebingungan melihat sosok Jessica yang nongol tiba-tiba disini.

"Di, tolong bawa dia keluar. Gua gak mau dia ada disini. Mendingan lu yang bawa dia daripada security." bentak Iqbaal.

"Jessica please, dengerin apa kata Iqbaal. Jangan ngebantah. Takutnya nanti kamu terluka." saran Hadi.

Jessica menepis tangan Hadi dan pergi dengan emosi.

"Lu gak apa-apa? Kalau gak ada apa-apa, gua cabut ya." - Hadi.

"Iya gak apa-apa, lu kan lagi sibuk. Mending cepetan pergi." - Iqbaal.

Malam hari...
"Kamu gak ada apa-apa yang mau diceritain ke tante? Soal Iqbaal gitu?" tanya Raisya ke Hadi.

Hadi dijemput ke rumahnya Iqbaal oleh Raisya, Mama Iqbaal.

"Sebenarnya tante, Iqbaal... Iqbaal udah berkali-kali pacaran, tante. Hadi gak berani ikut campur takutnya dimarahin Iqbaal. Nanti Hadi gak bisa ketemu sama Iqbaal lagi." jelas si Hadi.

"Iqbaal, kamu kenapa sih? Dibilangin tetap juga belagu." bilang Raisya ke dirinya sendiri.

"Maaf ya tante, saya jadi ikut campur soal ini."

"Jangan nyalahin diri sendiri. Tante yang bikin kamu ikut campur. Jadi gak perlu bersalah kalau tante suruh kamu bikin sesuatu tentang Iqbaal. Nasibnya sendiri, siapa suruh bikin masalah."

"Yaudah, kalau gitu saya permisi ya tante. Takutnya Mama saya ngamuk karena pulangnya agak telat. Assalamualaikum." bicara Hadi.

"Waalaikumussalam." jawab Raisya.

Kelakuan Iqbaal bikin Raisya geleng kepala. Andai saja Iqbaal mengikuti sikap Hadi yang penurut itu, pasti Iqbaal gampang untuk diajak bicara.

A Gift For You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang