Chapter 22 [ rencana ]

59 4 0
                                    

"Gue pulang nih." teriak Nayla.

"Gak usah teriak. Emang disini orangnya orang utan apa? Main teriak segala." jawab Vanesa.

"Ya sengaja teriak. Nanti pulang telat dibawelin sama orang itu tuh." ucap Nayla.

Nayla memberi isyarat kepalanya yang tertuju kepada Jessica. Vanesa cuma tertawa.

"Nunjuk gue lu? Emang gue sikapnya suka bawel kok. Ya elu nya harus tahan aja." bilang Jessica.

"Untung-untung kita semua udah ada disini, gue mau kasitahu terus rencana gue." ucap Vanesa

"Rencana apa?" tanya Nayla penasaran.

"Yaudah, duduk dulu. Gak usah banyak nanya." jawab Jessica.

"Oke gini, gue mau kita bertiga jadi pembantu di rumahnya Iqbal. Kita gantian waktu supaya kita bisa deketin dia. Kalo suatu saat kita bisa bikin Iqbal jatuh cinta diantara kita bertiga, gue bakalan kasih uang lima juta rupiah setiap seorang. Ada yang bisa nolak?" ucap Vanesa panjang lebar.

"Gue nolak. Van, Iqbal itu lagi sakit. Kenapa kita harus nyakitin dia lagi cuma gara-gara cinta? Lu mahu kalo Revan tahu soal ini?" soal Nayla khawatir.

"Lu ngapain nolak? Udah sah uang lima juta rupiah itu banyak lho. Ia dari temen kita lagi, jadi kita gak perlu segan. Gak usah peduli dong soal Iqbal, yang penting duit. Dompet kita gak bakalan kosong lagi." ucap Jessica tiba-tiba.

"Benar apa kata Jes. Nanti gue sendiri tahulah gimana mau ngomong sama Revan. Lu nggak usah khawatir. Gue jadi penasaran sama lu. Emang lu suka ya sama tuh Iqbal? Sampai segininya lu nggak mau ngikutin rencana gue?" tanya Vanesa penasaran.

"Kalau iya, emang kenapa? Pokoknya, gue enggak mau ngikutin rencana lu. Sampai kapan pun." marah Nayla.

"Kalo lu masih enggak mau, gue bisa ngasih lu dua kali lipat, jadinya sepuluh juta rupiah. Apa lu masih mau nolak?" tanya Vanesa lagi.

"Van, elu ini kenapa sih? Gue ini temen lu. Masih aja lu mau nawarin uang ke gue kayak gini. Kalo lu masih juga ngepaksa gue terus-terusan kayak gini, yaudah. Gue ikutin rencana lu. Tapi bukan karena duit. Ini karena Iqbal." akur Nayla.

"Yaudah, bagus kalo lu mau. Besok rencana gue mulai berjalan." ucap Vanesa gembira.

Keesokan harinya, Vanesa dan Nayla dijemput oleh Hadi di rumah mereka. Jessica tidak ikutan karena lagi sibuk bekerja.

"Kalian serius mau kerja sama aku dan Iqbal? Kalian beneran ya mau jaga Iqbal?" tanya Hadi penasaran.

"Ya seriuslah. Iqbal kan juga teman aku. Udah jadi tanggungjawab aku juga buat jaga teman dekat aku yang lagi sakit. Iya kan Nay? Jawab dong!" bisik Vanesa ke Nayla.

"Iya, Di. Emang udah tanggungjawab kita sebagai teman." jawab Nayla.

"Soal bayaran, kalian berdua akan dibayar setiap minggu termasuk Jessica juga. Jadi pokoknya, kalian nggak usah khawatir soal bayaran lagi. Kalian cuma harus fokus sama Iqbal. Jaga dia, dan jangan kasih dia kemana-mana. Inget ya. Harini Vanesa udah bisa mulai kerja. Kerja yang benar." jelas Hadi.

"Oke, Di. Terima kasih sudah nawarin kita kerja ini. Kalo kamu nggak nawarin aku kerja ini, aku mungkin nganggur aja sekarang. Terima kasih banyak, Di." ucap Vanesa.

"Sama-sama. Sekarang kita udah nyampe, Vanesa kamu turun aja terus masuk ya. Nanti pasti kamu ketemu sama Iqbal. Aku nganterin Nayla dulu di tempat kerjanya. Nanti sore aku kembali lagi ke sini." bilang Hadi.

"Udah, terima kasih sekali lagi karena udah nganterin aku ke sini." ucap Vanesa lagi.

"Sama-sama. Aku pamit dulu ya. Assalamualaikum." bilang Hadi.

"Waalaikumsalam." jawab Vanesa.

Di mobil Hadi...
"Nay, kamu makin cantik ya sekarang. Imut juga. Kamu masih jomblo Nay?" soal Hadi.

"Kenapa kamu tanya soalan kayak gitu? Aku jomblo kok. Emang kenapa?" soal Nayla pula.

"Enggak apa-apa. Cuman pengen nanya aja. Ohh ya, kamu kenapa ya mau kerja di rumah Iqbal? Kamu kan udah punya kerja? Setahu aku sih, kerja kamu itu sampe syif malam lho. Gimana mau kerja disitu?" tanya Hadi lagi.

"Pengen nambah uang aja. Nggak apa-apa kok, aku bisa minta kerjanya overtime. Tapi payment nya tetap sama kok kayak yang sebelumnya. Jadi kerja di tempat lama campur tempat baru kan duitnya tambah banyak." jelas Nayla.

"Oh gitu." jawab Hadi.

Di rumahnya Iqbal...
"Aduh!" teriak Iqbal.

Iqbal hampir jatuh di lantai. Namun si Vanesa datang mengangkatnya dengan perlahan.

"Hati-hati dong lain kali. Makanya, kalo duduk di rumah itu jangan sendirian." ucap Vanesa.

"Vanesa? Kamu Vanesa kan? Kamu udah mulai kerja disini? Maaf ya aku udah ngerepotin kamu." jawab Iqbal.

"Iya aku Vanesa. Hadi nyuruh aku kerja disini hari ini. Nayla sama Jessica jagain kamu nanti sore. Waktu pagi kayak gini aku yang jagain kamu." jelas Vanesa.

"Aku sebenarnya nggak sendirian sih. Diatas ada Natasha, tapi dia lagi sakit. Masih nggak sembuh dia. Kalo Natasha itu, Hadi yang jagain." ucap Iqbal.

"Oh, mulai hari ini aku akan bakalan jaga kamu setiap waktu. Tapi cuman sampe jam dua aja. Nanti jam dua setengah Jessica pula yang akan jaga kamu. Jam empat setengah sampe tujuh gilirannya Nayla pula. Oke." jelas Vanesa lagi.

"Kenapa harus sampe jam tujuh? Pasti Hadi yang set kayak gitu kan?" tanya Iqbal penasaran.

"Emang dia kok. Udah, kamu nurut aja. Kamu nggak mau cepat sembuh? Nggak mau jalan normal lagi?" tanya Vanesa pula.

"Mau dong. Nanya soalan yang aneh-aneh aja kamu." jawab Iqbal.

"Yuk, aku bawa kamu ke luar. Bisa hirup udara segar. Supaya kamu cepat sembuh." ucap Vanesa.

"Yuk." jawab Iqbal.

A Gift For You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang