• 12 | Smile •

108 19 88
                                    

"Menggantungkan harapan di atas kenyataan yang dapat menerbitkan senyuman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menggantungkan harapan di atas kenyataan yang dapat menerbitkan senyuman."

***

Hari ini sekolah libur, Celine bangun dari tidurnya dengan rasa lelah yang masih bersemayang di tubuhnya. Kedua kelopak matanya terbuka dengan lebar saat sinar matahari masuk melalui celah tirai yang sedikit terbuka.

Ia menguap pelan, terduduk diam menunggu seluruh nyawanya berkumpul kembali. Ia menurunkan kakinya menapaki lantai yang terasa dingin.

Terdengar suara notifikasi dari ponselnya, tangannya langsung menyambar ponsel yang berada di kasurnya. Ia mendapati pesan suara dari Theo, sehingga membuatnya tersenyum lebar.

"Selamat pagi, jangan lupa senyum di pagi hari. Aku tidak tau, apa yang harus kukatakan lagi."

Celine tertawa lepas mendengar suara Theo, hingga sudut matanya mengeluarkan air. Ia mengulangi apa yang dikatakan Theo dengan cara bicara yang sama, kemudian tertawa lagi.

Pikirannya menjelajahi masa lalu, ia mengingat kembali akan kebersamaannya dengan Edwin. Sang kakak yang selalu membuatnya tersenyum setiap saat, memberikan perhatian penuh kepadanya. Hingga membuat Celine berat untuk melupakannya.

Akan tetapi, tawanya menghilang di kala terdengar suara gebrakan pintu kamarnya. Tubuh Celine menegang, ia langsung melempar ponselnya ke kasur dan membalikkan badannya menghadap ke arah ambang pintu.

"Pagi-pagi sudah main ponsel, ya! Tidak lihat? Banyak pekerjaan yang harus kau lakukan di rumah ini! Jadi perempuan jangan malas-malasan!"

Suara bentakan itu terdengar memekik di telinga Celine. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam, menahan air mata supaya tidak keluar.

"Iya, Ayah. Setelah ini akanku bersihkan rumah dan-"

"Tidak perlu banyak bicara, langsung saja bertindak! Meresahkan!"

Setelah mengucapkan kata-kata sarkasnya, Connor pergi dengan menutup pintu kamar Celine dengan keras.

Dengan terburu-buru, Celine berlari ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Hanya butuh dua puluh menit, Celine sudah membersihkan dan menghias diri.

Celine turun ke lantai bawah untuk bersih-bersih rumah. Ia tidak mau mendapatkan kata-kata sarkas dan perlakuan kasar dari sang ayahnya lagi. Ia butuh waktu untuk berbahagia.

"Sepertinya, ayah dan ibu sudah pergi," gumam Celine saat mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah yang tampak sepi.

Ia sendirian, tanpa ada orang lain yang menemani. Keluarga Connor tidak memperkerjakan pembantu, karena mereka memiliki pembantu tanpa harus dibayar, yaitu Celine.

Di mata orang lain, kehidupan Celine terlihat begitu sempurna. Orangtua yang memiliki harta berlimpah dan nama yang tinggi di seluruh perusahaan kota London. Akan tetapi, mereka tidak tahu jika Celine diperlakukan seperti pembantu, yang seharusnya diperlakukan seperti seorang puteri.

Celine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang