"Sebuah keajaiban semesta, jika penutup mata terbuka. Menerbitkan asa, dalam genggaman jiwa yang sebenarnya."
***
Sinar mentari masuk menembus jendela kaca yang tidak ditutupi tirai. Kedua kelopak matanya mulai terbuka, mendapati langit-langit kamar berwarna merah muda.
Helaan napas terdengar, pandangannya mulai menyapu ke penjuru ruangan. Ia menyipitkan matanya saat kedua matanya terhenti pada cahaya yang menembus jendela.
"Celine, kau sudah bangun?"
Suara nyaring menyadarkannya, kepalanya menoleh mendapati Mira di ambang pintu. Ia berdecak pelan.
"Kau sudah lihat aku telah bangun dari tidur, kenapa harus bertanya lagi?" ketus Celine.
Mira hanya menyeringai lebar, menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Langkah kakinya mulai mendekati Celine yang masih duduk berdiam diri di atas kasur miliknya.
"Sudah merasa lebih baik?" tanya Mira.
"Yeah, tidak buruk," jawab Celine dengan mengangkat kedua pundaknya malas.
"Ayo, sarapan!" ajak Mira dengan menarik tangan Celine tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Celine menuruti ajakan Mira, membiarkan tubuhnya bergerak dalam kendali satu-satu sahabat perempuannya.
"Selamat pagi!" sapa Mira.
Di dapur sudah ada Mrs. Eirlys serta Grace yang sedang menyiapkan makanan untuk sarapan pagi. Ditariknya kursi ke belakang dan mendudukkan dirinya di atasnya.
"Bagaimana kabarmu, Celine?" tanya Mrs. Eirlys.
Celine tersenyum dengan paksa, menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Merasa lebih baik, setelah menjadi bagian dari keluarga kalian," jawabnya.
"Nice to hear that, honey."
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu, Mira bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. Membukanya perlahan dan mendapati seorang laki-laki yang ia kenal sebelumnya.
Ia tersenyum hangat dan mempersilahkannya masuk ke dalam, bergabung bersama yang lainnya untuk sarapan.
"Hei, Theo. Ayo, masuk! Bergabung sarapan bersama kami," ajak Mrs. Eirlys.
Theo mengangguk dengan tersenyum. Ia duduk di kursi sebelah Celine yang tengah menampakkan wajah aneh karena kedatangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Celine (End)
Ficção AdolescenteDunia semakin tua dan fana, merusak pemikiran suci manusia. Menenggelamkan asa, terlepas dari genggaman jiwa. Luka yang didapatkan, mengubah alur kehidupan. Cinta yang didapatkan, hanya menyisakan kenangan yang menyakitkan. Topeng palsu menghiasi se...