"Kau sama seperti London Eye, selalu berputar-putar dalam pikiranku."
~ Niall Winston
***
"Mukamu tadi pucat sekali," ledek Mira dengan kekehan kecil.
"Mrs. Monica memiliki aura seperti Luna dalam film Harry Potter, cantik tetapi penuh dengan misteri. Kau tau?" terang Celine tanpa ekspresi.
"Em, sepertinya kau yang mirip dengan Luna. Kau cantik, tetapi ... tidak memiliki ekspresi sama sekali dan sepertinya kau juga memiliki banyak misteri dalam hidupmu," ucap Mira dengan jujur.
Celine hanya mengangkat sebelah alisnya ke atas dengan mengangkat bahunya malas. Ia memang membenarkan pernyataan Mira.
"Oh, ya. Kau berasal dari mana?" tanya Celine kepada Mira.
"Indonesia," jawab Mira.
Celine mengangguk-anggukkan kepalanya. Tangannya tergerak untuk menyelempangkan tadnya di salah satu pundaknya. "Oke, aku pulang terlebih dahulu," pamitnya.
"Sebentar, aku boleh ikut? Hanya sampai gerbang saja," pinta Mira.
"Boleh."
Mira memasukkan sisa barang yang ada di mejanya dan menyelempangkannya ke kedua pundaknya. Mereka berdua mulai berjalan melewàti koridor sekolah yang sudah tampak sepi akan makhluk hidup.
"Berapa lama kau di sini?" tanya Celine membuka pembicaraan.
"Em, hanya enam bulan saja," jawab Mira.
"Di sini, kau tinggal di mana dan bersama siapa?" tanya Celine kembali.
"Aku tinggal di County Hall Apartements dekat Jubilee Gardens bersama keluarga angkatku," jawab Mira.
"Really? Rumahku juga di sekitar sana."
"Waw, berarti kita satu jalan. Kau ke sekolah naik ... sepeda?"
"Yeah, kau mau pulang bersamaku?" tawar Celine. Ia mulai menuntun sepedanya keluar dari parkiran.
"Boleh, 'kah? Apakah tidak merepotkanmu?" tanya Mira dengan perasaan tidak enak.
"Take it easy!" kekeh Celine. Ia mulai menaiki sepedanya dan bersiap-siap untuk mengayuhnya dengan tambahan beban di bagian belakang.
"Semoga kau tidak keberatan karena tambahan dari tubuhku yang memberatkan kayuhanmu," balas Mira. Tangannya tergerak untuk memegang jaket bagian pinggang Celine untuk menyeimbangkan tubuhnya.
"Em, apakah kau memiliki teman?" tanya Mira memecah keheningan yang tercipta setelah Celine mulai mengayuh sepedanya.
"Ya, punya," jawab Celine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Celine (End)
Fiksi RemajaDunia semakin tua dan fana, merusak pemikiran suci manusia. Menenggelamkan asa, terlepas dari genggaman jiwa. Luka yang didapatkan, mengubah alur kehidupan. Cinta yang didapatkan, hanya menyisakan kenangan yang menyakitkan. Topeng palsu menghiasi se...