"Untuk apa memikirkan satu orang yang membencimu, selagi ada seribu orang yang menyayangimu?"
***
"Ini kafe milikmu, Thomas?" tanya Mira dengan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kafe.
Thomas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Em, yeah. Lebih tepatnya, ini adalah kafe orangtuaku," jawabnya.
Mira menganggukkan kepalanya mengerti, ia dudum di salah satu kursi yang kosong. Begitu juga dengan Thomas, bagaimana dengan Daniel? Sejak mereka sampai, ia langsung duduk dan memainkan ponselnya.
"Ah, iya. Aku teringat sesuatu," celetuk Mira. Thomas mengernyitkan dahinya bingung dan mengangkat dagunya seolah bertanya.
"Aku butuh pekerjaan, aku tidak mau membebani keluarga angkatku. Apa di sini sedang membuka lowongan pekerjaan?" tanya Mira.
"Hh, hati-hati, Thomas. Bisa saja dia hanya ingin mencari perhatian denganmu," celetuk Daniel dengan nada dingin.
Thomas dan Mira langsung menoleh ke arah sumber suara. Napas Mira naik turun, ia menahan emosi setelah mendengar apa yang Daniel lontarkan kepadanya.
"Apa masalahmu denganku?" tanya Mira kepada Daniel menggunakan bahasa Indonesia. Ia berdiri dan menghampiri tempat di mana Daniel sedang duduk.
Daniel mengangkat pandangannya menatap Mira sekilas. Ia menyunggingkan senyuman tipisnya, ada rasa mengejek di dalamnya. "Apa yang kukatakan benar, bukan?" tanyanya.
Mira mengembuskan napasnya pelan, berusaha untuk tidak mengeluarkan kata-kata sarkas yang jarang ia lontarkan kepada orang lain. Terlebih, Daniel adalah sahabat barunya di London, ia tidak akan menghancurkan hubungan yang baru saja ia mulai.
Mira mengulas sebuah senyuman yang ia tuju kepada Daniel. Tangannya tergerak untuk menggeser kursi ke belakang dan mendudukkan tubuhnya di kursi itu. Ia menatap Daniel yang kembali fokus kepada ponselnya.
"Sudah berapa lama kau tinggal di sini?" tanya Mira mengalihkan pembicaraan.
Daniel menaikkan sebelah alisnya sembari menatap Mira sekilas dengan bingung. Mulutnya mulai tergerak untuk berucap, "Oh, setelah gagal mendapatkan Thomas, kau mendekatiku?"
Mira menatap Daniel tajam. "Aku sudah berbicara baik-baik denganmu. Tapi, kenapa kau malah menjatuhkan harga diriku dengan menuduhku dengan yang tidak-tidak? Apa kesalahan yang telah kuperbuat kepadamu?" geramnya.
"Kau tanya, kesalahan apa yang kau perbuat? Kesalahanmu adalah kau hadir dalam hidupku," jawab Daniel.
Mira mematung, telinganya menolak untuk mendengar ucapan Daniel. Akan tetapi, apa boleh buat, ucapan itu sudah terdengar dan terasa menusuk sampai ke ulu hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Celine (End)
Fiksi RemajaDunia semakin tua dan fana, merusak pemikiran suci manusia. Menenggelamkan asa, terlepas dari genggaman jiwa. Luka yang didapatkan, mengubah alur kehidupan. Cinta yang didapatkan, hanya menyisakan kenangan yang menyakitkan. Topeng palsu menghiasi se...