“Rasa sakit akan muncul jika mengetahui kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Maka, janganlah berharap lebih, jika tidak mau mendapatkan rasa perih.”
~ Theo Skouigky
***
Langit cerah sudah tergantikan oleh gelapnya malam, cahaya matahari sirna ditutupi awan gelap dengan bulan dan bintang yang menggantung indah di langit. Lamunan Celine terpecahkan oleh suara ketukan pintu utama, ia segera mematikan laptop dan berlari ke depan untuk membukakan pintu.
“Theo, ternyata kau.”
Celine sedikit terkejut, ia baru menyadari bahwa hari sudah malam. Itu artinya, ayah dan ibunya sudah pulang. Akan tetapi, mereka pulang seperti hantu tanpa bentuk dan suara. Atau Celine saja yang tidak menyadari kedatangan mereka.
“Aku tidak menyangka bahwa kau adalah anak dari seorang pemilik perusahaan terkenal di kota ini,” kaget Theo.
Celine tersenyum kaku, menggaruk alisnya tanpa alasan. Ia menepuk dahinya dengan mengerutuki dirinya sendiri. “Aku sampai lupa untuk mempersilahkanmu masuk. Masuklah!” titahnya.
Theo tersenyum geli dengan menganggukkan kepalanya. Langkah demi langkah ia tapaki di atas lantai rumah kediaman Connor. Ia duduk di sofa yang sangat empuk, menyandarkan tubuhnya hingga mendapatkan kenyamanan.
“Sebentar, akan kubawakan cemilan dan minuman,” ucap Celine. Ia berjalan menuju dapur, meninggalkan Theo yang tengah mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah keluarga Connor.
“Sempurna,” puji Theo.
Lima menit berlalu, Celine kembali ke ruang tamu dengan membawa nampan yang berisikan kue, makanan ringan dan minuman. Ia meletakkan satu persatu ke atas meja dan mempersilahkan Theo untuk memakannya.
“Thanks.”
“Em, untuk apa kau menyuruhku untuk datang ke rumahmu?” tanya Theo tiba-tiba. Celine tidak memiliki jawaban atas pertanyaan Theo, cukup sulit untuk menjelaskan tujuannya menyuruh Theo datang ke rumahnya.
“Aku ingin ayahku mengetahuimu, Theo yang memiliki wajah serupa dengan anak laki-lakinya yang sempat dikabarkan meninggal dunia. Hanya itu, tidak lebih. Apa aku harus menjawab pertanyaannya seperti itu?” batin Celine.
“Celine!”
Hal yang ia takuti, terjadi. Sang ayah memanggil namanya dengan nada membentak, ia tidak mau Theo mengetahui masalah hidupnya, Celine segera menghampiri Connor dengan terburu-buru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Celine (End)
Ficção AdolescenteDunia semakin tua dan fana, merusak pemikiran suci manusia. Menenggelamkan asa, terlepas dari genggaman jiwa. Luka yang didapatkan, mengubah alur kehidupan. Cinta yang didapatkan, hanya menyisakan kenangan yang menyakitkan. Topeng palsu menghiasi se...