• 32 | Suffix •

188 10 0
                                    

"Aku sudah mendapatkan semua penderitaan di dunia. Kali ini, biarkan aku bahagia di sisi-Nya."

~Celine Connor

***

Setelah mendapatkan telepon dari nomor yang tidak dikenal, Theo langsung menghubungi seseorang untuk memberi tahu informasi yang ia dapatkan.

"Celine diculik, hubungi polisi dan beri tau teman-temannya supaya datang lebih awal untuk membantuku. Aku akan ke sana," ucap Theo kepada seseorang yang menjadi lawan bicaranya.

Tanpa berpikir panjang lagi, Theo langsung pergi dengan mengendarai motornya. Mobil miliknya masih berada di bengkel setelah penyerangan beberapa waktu yang lalu.

Menancap gas menuju tempat yang sudah diberi tahu sebelumnya. Rahangnya mengeras, pikirannya mulai cemas.

"Sudah cukup, aku tidak akan membiarkanmu menderita lagi," gumam Theo.

Beberapa menit berlalu, ia sampai di depan rumah besar yang terlihat sudah lama tidak berpenghuni. Ia menurunkan tubuhnya dari motor dan mendekati rumah itu.

Dapat ia lihat, di depannya sudah terdapat beberapa pria dengan tubuh besar yang siap menghabisinya kapan saja. Ia tidak terlalu peduli dengan hal itu, pikirannya hanya terfokuskan kepada satu orang, yaitu Celine.

Langkahnya menghampiri rumah itu dengan penuh keberanian. Menunjukkan tatapan elangnya kepada semua pria yang mempunyai badan lebih besar dari pada dirinya.

"Saatnya melakukan tips dari Sherlock Holmes, dude," gumam Theo dengan tersenyum miring.

"Tahap pertama."

Theo langsung melancarkan pukulan hingga menulikan telinga, mencekik tenggorokannya untuk melumpuhkan pita suara dan menghentikan teriakan.

Tangannya bergerak meninju tulang rusuknya ke hati, menurunkan tubuhnya untuk menarik kaki pria itu dan meninju tempurung lututnya dengan keras.

"Tahap pertama sudah berakhir. Seperti yang dikatakan Sherlock Holmes, ramalan cepatnya sadar dalam sembilan puluh detik. Pemulihan anggota tubuh, mustahil," gumam Theo.

Ia tersenyum miring, menggerakkan jari telunjuknya ke arah pria bertubuh kekar yang lain untuk maju melawannya. Ia melakukan gerakan yang sama seperti sebelumnya hingga lima orang berhasil ia lumpuhkan.

"Aku sudah bosan. Mari masuk tahap kedua."

Theo mematahkan tulang lehernya ke kanan dan ke kiri, bersiap-siap untuk melawan beberapa pria lagi.

Pria itu melayangkan pukulan ke arah wajah Theo. Akan tetapi, dengan cepat Theo menangkis kepalan tangannya.

Theo membalas pukulan ke pipi kiri, memukul kepalanya dengan keras. Pria itu kehilangan keseimbangannya, dan membalas dengan melayangkan pukulan lagi.

Untuk sekian kalinya, Theo dapat menangkisnya dengan siku. Menyerang tubuh pria itu tanpa ampun, ia menyikut rahangnya dan menendang bagian perutnya.

"Rahang remuk, tiga rusuk retak dan empat patah," gumam Theo.

Dirinya terlalu sibuk mengalahkan pria di depannya, hingga tidak menyadari bahwa ada pria yang tengah mendekat ke arahnya dengan sebilah pisau.

Sret

Pria itu melukai punggung Theo, membuat darah mengalir darinya. Ia meringis kesakitan, menghentikan perkelahiannya. Merasakan perih yang amat sangat dari punggungnya.

Celine (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang