“Pembawa sial dan seorang pembunuh professional, itulah aku.”
~ Celine Connor
***
Sedari tadi, Connor hanya berjalan maju dan mundur dengan pikiran yang kacau. Celine hanya duduk di kursi dengan memandang sang ayah yang membuat dirinya semakin sakit kepala. Sang ayah belum melakukan reaksi apa pun kepadanya setelah membawa Vince ke rumah sakit.
“Aku takut jika ayah semakin membenciku,” batin Celine dengan pikiran yang kacau.
Dokter pun keluar dari ruangan, memasang wajah yang membuat Connor dan Celine berpikir hal negatif. Connor bertanya, “Bagaimana keadaannya? Apakah baik-baik saja? Dan bagaimana dengan calon anak kami?”
Dokter itu menghela napasnya panjang, dilanjutkan dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. “Mohon maaf, kami tidak bisa menyelamatkan janin dalam kandungan istri Anda,” ucapnya.
Satu kalimat itu dapat membuat harapan Connor hancur seketika. Matanya mulai berlinang air mata, telinganya memberontak untuk menolak mendengarkan kenyataan pahit yang baru saja ia dapatkan.
Tubuhnya lemas, jatuh dengan menekuk kedua lututnya dan menangis di antara kedua tangannya yang dirapatkan. Celine juga ikut terkejut saat sang dokter menyatakan hal negatif yang sebelumnya ia pikirkan.
“Tidak mungkin …,” lirih Connor dalam tangisannya.
“Tidak mungkin!” lanjutnya dengan berteriak histeris. Memukul tangannya sendiri ke dinding yang tidak memiliki kesalahan atau dosa apa pun.
Ia langsung berdiri, masuk ke dalam ruangan di mana sang istri sedang dirawat. Dapat ia lihat, bibir pucat yang menandakan bahwa Vince sedang sangat lemah ditambah dengan buliran air yang terus keluar dari kedua kelopak matanya.
“Sayang …,” lirih Connor sembari menghampiri Vince.
Kedua bola mata Vince bergerak kepada Connor, menatapnya tanpa berkedip sekejap. “Calon anak kita baik-baik saja, ‘kan?” tanyanya tanpa ekspresi.
Connor diam, ia membatu dengan menahan tangisnya supaya tidak pecah kembali.
“Connor jawab aku!” pekik Vince dengan mengguncang tangan Connor.
Sang suami hanya menggeleng-gelengkan kepalanya lemah, mulutnya kelu untuk mengucapkan kebenarannya. Tangan yang sebelumnya tergenggam erat di tangan Vince, dijatuhkan begitu saja setelah mencoba memahami apa jawaban dari Connor, walaupun hanya sebatas gelengan kepala saja.
“Tidak mungkin!” pekik Vince.
“Kau pasti berbohong, ‘kan?” tanya Vince dengan suara parau.
Untuk kedua kalinya, Connor hanya bisa menjawab pertanyaan Vince dengan gelengan kepala. Dirinya langsung memeluk wanita yang ia cintai dengan berharap dapat menyalurkan ketenangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Celine (End)
Novela JuvenilDunia semakin tua dan fana, merusak pemikiran suci manusia. Menenggelamkan asa, terlepas dari genggaman jiwa. Luka yang didapatkan, mengubah alur kehidupan. Cinta yang didapatkan, hanya menyisakan kenangan yang menyakitkan. Topeng palsu menghiasi se...