"Kau yang tiada, aku yang terluka."
~ Celine Connor
***
Celine mengayuh sepedanya dengan lesu. Sesekali, Niall melirik ke arah Celine. Kali ini, ia diam membisu melihat keadaan Celine yang masih dikelilingi rasa sendu.
Pikiran Niall bekerja keras, mencari sebuah ide untuk mengembalikan senyum di bibir Celine, walaupun sangat tipis.
"Celine, pulang sekolah mampir ke kafenya Thomas. Ada sesuatu yang harus aku sampaikan," ucap Niall.
Celine menoleh ke arah Niall sekejap, lalu menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari tawaran Niall. Hingga, gerbang dari City of London School sudah terlihat di depan mata.
Celine memarkirkan sepedanya dan langsung pergi meninggalkan Niall tanpa ada basa-basi. Niall mengembuskan napasnya pelan menatap kepergian Celine.
"Dia butuh waktu, biarkan dia sendiri terlebih dahulu," gumam Niall.
Celine berjalan menuju kelas dengan langkah berat. Bayangan sang ayah masih terlihat sangat jelas di pikirannya. Ia menundukkan kepalanya, menatap kedua kaki yang melangkah dengan tatapan kosong.
"Kau yang tiada, aku yang terluka," gumam Celine. "Kenapa kau tidak mengajakku saja, jika di dunia ini aku ditakdirkan untuk mendapatkan luka? Pasti di sana sangat tenang dan damai," lanjutnya.
Tanpa memperhatikan jalan di depannya, tanpa sengaja Celine menabrak tubuh seseorang. Matanya bergerak melihat siapa orang yang tidak sengaja ia tabrak, hasilnya ia terkejut.
"Hei, tidak punya mata, ya?" sinis perempuan yang tidak sengaja Celine tabrak.
"Punya. Maaf," ucap Celine tanpa basa-basi berlebihan. Setelah mengucapkan maaf, Celine langsung melangkahkan kakinya pergi.
Akan tetapi, langkahnya harus terhenti karena cekalan dari perempuan itu. Celine membalikkan tubuhnya dengan tatapan datarnya, tangannya tergerak untuk melepaskan tangan perempuan yang berani menghentikan langkahnya.
"Mau apa lagi? Aku sudah meminta maaf, bukan?" tanya Celine.
"Minta maaf saja tidak akan cukup. Kau sudah membuat kesalahan besar dengan menabrakku tadi!" pekik perempuan itu.
Celine berdecih pelan. "Siapa kau? Ratu Elizabeth? Kau hanya seorang siswi dengan kapasitas otak yang minim!" balasnya.
"Hei, jaga ucapanmu itu!" pekik perempuan itu.
"Patricia, sebaiknya kita pergi. Tidak ada gunanya berurusan dengan perempuan tidak tau diri seperti dia!" ucap salah satu dari teman perempuan itu.
"Urusan kita belum selesai. Ingat itu baik-baik," ancam Patricia.
Celine hanya menatap Patricia dengan datar, ia sama sekali tidak mempermasalahkan Patricia. Dirinya tidak ingin membuat masalah berkepanjangan dengan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Celine (End)
Fiksi RemajaDunia semakin tua dan fana, merusak pemikiran suci manusia. Menenggelamkan asa, terlepas dari genggaman jiwa. Luka yang didapatkan, mengubah alur kehidupan. Cinta yang didapatkan, hanya menyisakan kenangan yang menyakitkan. Topeng palsu menghiasi se...