Seorang pria berjalan di jalanan saat bulan menjadi penguasa langit. Pakaian pria muda itu serba hitam dari topi vedora, mantel parit, hingga celana panjangnya. Hanya kemejanya saja yang berwarna putih bersih. Pria itu berjalan dengan hati - hati. Ia sepertinya sangat menghindari apa yang namanya cahaya bulan. Ia juga sepertinya menghindari cahaya dari lampu gas yang berdiri tegak di sekitarnya.
Pria itu kemudian berhenti di sebuah sisi lorong yang gelap. Ia menyenderkan dirinya ke sebuah dinding dan memasang matanya ke jalan sepi di depannya. Pria itu menunggu sesuatu datang dari arah jalan itu dan siap menyergapnya. Dapat dilihat dari posisi badannya yang seperti harimau yang sedang menunggu seekor rusa datang.
"Baik, kapan kereta kuda itu datang?," pikir pria itu.
Perlu waktu beberapa puluh menit bagi pria itu untuk mendengar suara langkah kaki kuda dan gerobak enam roda yang ia tunggu - tunggu. Ia mengintip sedikit untuk memastikan apa buruannya yang akan lewat. Sebuah gerobak yang ditarik dua kuda dengan muatan delapan tong dan dua orang bersenjata yang duduk di atasnya adalah apa yang ia incar.
Pria itu mengambil sebilah pisau dari sarung pisaunya. Saat kereta kuda itu telah mencapai jarak lemparan efektif pisau, ia langsung melempar pisau itu ke arah seseorang di atas tong - tong itu. Orang bersenjata lainnya terkejut melihat salah satu rekannya terjatuh dari gerobak.
"Saatnya menyerang."
Pria itu keluar dari persembunyian dan menarik pedang dari sarung pedangnya. Dengan penuh semangat pria itu berlari mengejar gerobak yang masih berjalan dan akhirnya bisa naik dari bagian belakang gerobak itu.
"Kalau aku jadi kau, aku lebih baik melompat dari gerobak ini," kata pria itu.
"Jika aku melompat dari gerobak ini, bosku akan membunuhku," kata penjaga gerobak.
"Kalau begitu aku saja yang akan membunuhmu."
Pria itu mengayunkan pedangnya dan ayunan itu berhasil ditangkis oleh penjaga gerobak. Ayunan - ayunan lainnya dengan cepat dilayangkan ke arah penjaga gerobak yang oleh penjaga gerobak berhasil ditangkis. Permainan pedang pria itu sangat cepat dan ahli. Penjaga gerobak tidak bisa mengambil celah untuk menyerangnya balik.
Pria itu kemudian mulai memasang gestur menantang agar penjaga gerobak yang kali ini menyerangnya. Penjaga gerobak terpancing dan mulai menggunakan pedangnya untuk menyerang. Penjaga gerobak mengayunkan dan mendorong pedangnya berkali - kali ke arah pria itu. Namun pria itu memiliki gerakan yang gesit sehingga ia bisa menghindar dan menangkis semua serangannya.
"Kau cukup hebat dalam permainan pedang. Terutama di tanganmu. Tapi aku punya saran untukmu," kata pria itu.
"Dan apa itu?"
"Telentang."
Pria itu menelentangkan tubuhnya saat penjaga gerobak masih kebingungan dengan kata - katanya. Tidak lama kemudian, gerobak itu memasuki sebuah kolong jembatan. Penjaga gerobak yang tidak sadar tertabrak oleh jembatan dari batu bata itu. Pria itu melihat penjaga gerobak itu mengerang kesakitan saat ia masih telentang.
"Addio, idiota," kata pria itu dengan bahasa Italia.
Tidak lama berselang dan gerobak itu telah keluar dari terowongan. Pria itu berjalan menuju bagian kemudi gerobak. Ia lalu menempatkan mata pedangnya ke arah leher pengemudi kereta.
"Hey, apa kabar?," kata pria itu dengan ramah.
"Jangan bunuh aku," kata pengemudi gerobak dengan nada ketakutan, "aku punya tiga anak dan istri."
"Yah... kau dan beberapa pengemudi lainnya juga berkata seperti itu."
"Kumohon..."
"Tenanglah, kawan. Aku tidak suka menghabisi seseorang yang tidak perlu mati. Tapi kau harus ikut semua kata - kataku. Bagaimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Restarting My Life In This New World
FantasyGiuseppie di Centa adalah seorang pria dari Palermo yang terbangun di sebuah dunia baru. Menjadi seorang anggota geng kriminal adalah apa yang ia tahu dan ia tidak berniat untuk mengubah apa yang ia lakukan di dunia baru ini.