Widespread Violance (part 2)

3 1 0
                                    

Giuseppie dan Tuan Capiali berjalan cepat menuju Bengkel. Giuseppie dan Tuan Capiali terlihat terburu - buru dan khawatir. Jantung mereka berdetak sangat cepat karena hal itu. Upaya pembunuhan sebelumnya membuat mereka percaya mereka sedang dalam bahaya. Giuseppie yakin upaya itu tidak akan menjadi yang terakhir.

"Tetap di belakangku, Signore," kata Giuseppie, "siapapun yang menyerang kita tadi, dia bisa saja menyerang lagi."

Giuseppie dan Tuan Capiali masuk ke dalam sebuah gang. Giuseppie membuang mantel coklat dan topi vedora putihnya ke dalam tong sampah. Giuseppie lalu meminta Tuan Capiali untuk melepas mantel beserta vedora-nya juga.

"Kurasa kita bisa keluar dengan lebih tenang sekarang," kata Giuseppie.

"Benar, kita sebaiknya kembali berjalan."

Giuseppie dan Tuan Capiali keluar dari dalam gang. Kali ini mereka berusaha untuk bersikap seperti pejalan kaki biasa. Kedua pria itu membuka mata mereka lebar - lebar untuk melihat bahaya yang bisa datang kapan saja. Hal itu cukup mudah karena saat itu Distrik Little Silecia masih sepi.

Mereka hampir sampai di Bengkel. Hanya tinggal melewati dua blok sebelum mereka sampai di markas The Uniform itu. Akan tetapi, sesuatu yang memilukan disampaikan oleh seorang anggota The Uniform.

"Signore... Signore...," kata anggota itu dengan nafas yang terputus - putus.

"Tenanglah, anggota. Katakan pelan - pelan," kata Tuan Capiali.

"Bengkel... Bengkel dibakar!"

Tuan Capiali melotot terkejut. Ia bersama dengan Giuseppie dan anggota itu dengan tergesa - gesa berjalan menuju Bengkel. Tuan Capiali kini yakin dengan kata - kata anggota itu. Bengkel kini hanya berupa sebuah bangunan yang telah hangus terbakar. Akan tetapi, bangunan itu bukanlah hal yang menguasai pikirannya sekarang.

"Apa ada korban jiwa?," tanya Tuan Capiali.

Anggota mengangguk, "lima orang dan..."

"Siapa lagi? Siapa lagi yang menjadi korban?," Tuan Capiali mulai ketakutan seolah ada seseorang di sana yang ia harap tidak menjadi korban.

"Kita kehilangan Benito Marcilla."

"Marcilla? Kau... kau bilang Benito Marcilla?"

Anggota itu mengangguk pelan. Tuan Capiali lalu memegang kedua pundak anggota itu.

"Di mana dia sekarang?! Katakan padaku!"

"Kami membawa mayatnya ke Rumah Sakit Little Silecia bersama dengan mayat - mayat yang lain."

Tanpa berkata banyak, Tuan Capiali melangkah meninggalkan area Bengkel yang dipenuhi oleh anggota - anggota geng yang masih mengais apa yang masih ada. Giuseppie yang khawatir dengan keselamatan Tuan Capiali memutuskan untuk mengikuti pria itu di belakang.

....

Lorong di depan kamar jenazah Rumah Sakit Little Silecia dipenuhi oleh keluarga para korban kebakaran Bengkel yang sedang meratapi kehilangan anggota keluarga mereka yang telah meninggal. Tuan Capiali selaku bos mereka memutuskan untuk bergabung dengan keluarga para korban agar bisa menenangkan mereka.

Sementara itu, Giuseppie berdiri di dekat jendela rumah sakit. Meskipun dalam keadaan yang penuh kesedihan seperti sekarang, bukan berarti Tuan Capiali aman dari percobaan pembunuhan. Ia harus tetap waspada. Yang ia lakukan memang terlihat dingin seolah ia tidak peduli dengan kematian rekan - rekannya. Tapi Giuseppie juga merasa sedih walaupun tidak ia tunjukan langsung.

Setelah berbicara dengan keluarga para korban, Tuan Capiali mengajak Giuseppie untuk duduk di bangku rumah sakit.

"Giuseppie, hari ini aku kehilangan lima orang anak dan seorang saudara yang kusayangi," kata Tuan Capiali sambil menunduk.

Restarting My Life In This New WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang