43: Ulah Black Eagle

2.8K 179 17
                                    

Author POV
------------------

Ceklek!

Jordan menyembul dari ambang pintu lalu mendekati Navis dan Dira. Jordan mengelus-elus kepala Dira sambil berkata, "adeknya Jordan itu kuat. Abangnya yang cengeng," Jordan memaksakan senyumannya. Navis melipat kedua tangannya untuk dijadikan bantalan lalu, menelungkupkan kepalanya.

"Ga diobatin, Vis? Lukanya," tanya Jordan. Navis hanya berdeham. Ia sendiri lupa bahwa lukanya belum dibersihkan. Kemudian ia beranjak ke toilet untuk membersihkan diri.

Skip!
Markas Utama AoB...

"Raf, lemparin antiseptiknya!" pinta Fiki. Ya, anggota WILCAS sedang mengobati luka-lukanya sendiri. Duh, kasian pada ngga punya doi, sih..ups! Kecuali Rafael.

"Gimana? Ada luka parah?" Ridwan tiba-tiba masuk ke dalam ruangan mereka. "Gak ada kok, Bang. Sans kita, mah," jawab Christan.

"Gue ke RS," celetuk Julian datar. Ia hendak mengambil jaketnya, namun ditahan Rafael. "Tangan lo masih berdarah," kata Rafael tak kalah datar.

"Gue berangkat," Julian mengabaikan kata-kata Rafael. "Julian!" teriak Christan. "Udah, dia butuh sendiri. Sifatnya sebelas-dua belas sama Justin," cegat Ridwan.

Ceklek!

Pintu ruangan terbuka lagi. Dave masuk dengan pandangan bingung. Kenapa anggota WILCAS luka-luka?

'Masa, Justin ngelatih mereka sekejam itu?' batinnya. Dahinya semakin berkerut, ketika melihat anggota WILCAS tidak lengkap.

"Kalian kenapa?" tanya Dave. "Bonyok. Dikeroyok preman," jawab Fiki kesal. Ia masih geram terhadap penguntit-penguntit tadi.

"Hah? Kapan? Cerita! Yang lain juga kemana?" panik Dave. Ridwan mengepalkan tangannya gemas. "Ye... lagian, dugong! Ditelpon dari tadi kaga dijawab! Yang dateng cuma gue, Steve, sama Justin!" Ridwan mengeluarkan unek-uneknya.

"Black Eagle ngikutin WILCAS sama Dira. Terus mereka kejebak. Ya, udah, deh, babak belur. Dira ketusuk belati," tambah Ridwan. Bibir Dave terkatup.  "Gue ga guna," gumamnya kelu menatap kedua kakinya. "Udahlah, biarin, udah lalu. Sekarang Dira koma. Mending lu kesana," saran Christan.

"Jenderal dua!" seru Dave tiba-tiba. Ridwan ikut terperangah. "Gue pergi dulu! Cepet sembuh kalian!" kata Dave tergesa-gesa meninggalkan mereka semua.

"Kenapa tuh?" tanya Fiki penasaran. Ridwan menerawang ke atas. "Oalah...encer juga otak dia," kata Ridwan menggeleng-gelengkan kepalanya, disambut keheranan Fiki, Christan dan Rafael.

Author POV end
--------------------------
Dave POV

Gue buru-buru meninggalkan markas dan menuju RS tempat Dira dirawat. "Ohiya! Gue lupa tanya, RS yang mana!" gue menepuk jidat sambil fokus menyetir mobil.

Gue membuka hp. Dan untungnya, GPS Dira aktif. Jadi, gue tinggal mengikuti GPS.

Skip!
Kamar VVIP No. 2...

"Dave?" tanya Navis dan Jordan kompak saat melihat kehadiran gue.

"Dira..." cicit gue saat melihat Dira. Gue mendekati ranjang Dira. "Maafin gue. Gue ga tau kalo lo lagi butuh gue. Gue bodoh! Bahkan gue membiarkan lo terluka..gara-gara gue, lo jadi kayak gini, Ra!" mata gue mulai panas. Tapi tetep gue tahan sebisa mungkin.

"Nangis itu perlu," Jordan mengusap-usap punggung gue.

Tess..

Tes...

Dua butir air mata mengalir di pipi gue. "Princess-nya Nelson, cepet sembuh..Gue pastiin orang yang bikin lo kayak gini, bakal hidup ga tenang," gumam gue sambil meletakkan bunga mawar putih dan sekantung snack untuk Dira.

I'm Your Bad Girl  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang