♧ Petir lah satu-satunya benda langit yang dapat bersuara.
Hoseok resah di dalam mobil, perasaannya tidak enak semenjak orang besar tadi membawanya masuk ke mobil dan menyetir di depan.
Hoseok duduk di jok belakang, ia tidak mau duduk di samping orang menyeramkan itu, tadi saat masih panik hoseok mematikan total ponselnya karna sejeong terus menghubungi, sekarang rasa menyesal terasa, bagaimana sejeong di sana?, apa sejeong sedang kesal karna hoseok menolak panggilannya?, padahalkan hoseok yang meminta sejeong agar menelponnya.
Tak lama hoseok sampai, dan orang besar itu turun bergegas membukakan pintu untuk hoseok, saat masuk ke rumah, ayah hoseok sudah duduk menungggu di sofa ruang tamu, menatap anaknya yang baru datang.
"Masuk ke kamarmu" titah sang ayah datar.
Apa ini?, hoseok dipanggil tiba-tiba dan sekarang hoseok akan dikurung?.
"Abeoji, kenapa aku dipanggil?" Ucapnya sopan.
"Diamlah dan masuk ke kamar mu!" Ayah hoseok menekankan kalimat akhirnya.
"Apa aku berbuat salah?, ab-"
"MASUK SAJA!!, ATAU-"
Tiba-tiba datang ibu hoseok setengah berlari lalu langsung menarik anaknya lembut ke kamar lantai dua, kalau sudah ibunya yang bertindak hoseok tidak mau melawan.
Setelah masuk ternyata di dalam juga ada kakak perempuan hoseok,
"apa kau dipukul?" Sang kakak mendekati adiknya resah lalu menelisik wajah adik kesayangannya, Hoseok menggeleng sambil tersenyum.
"eomma, apa yang terjadi?" Hoseok bertanya pelan saat mereka sudah duduk di sofa kamar.
"Apa kau mencium gadis lain?" Tanya sang eomma balik tanpa menggubris pertanyaan hoseok.
"Tidak, seok-ie tidak melakukannya"
"kau yakin?, tidak usah berbohong" sahut sang kakak.
"Tidak, demi apapun seok-ie tidak pernah mencium seorang gadis" hoseok mengangkat telapak tangan kanannya se dada.
"Keluarga Yoo, mereka bilang uri seok-ie mencium gadis lain, itu membuat abeoji marah" helaan berat terdengar bersamaan dengan ucapan ibu hoseok.
"Eomma... mereka pasti salah lihat, seok-ie tidak menciumnya"
"kau menatapnya dekat-dekat?" Kakak hoseok menebak.
Hoseok hanya bergumam asal sambil menunduk.
"maaf eomma seok-ie memang salah, tapi seok-ie tidak menciumnya"
Keheningan mengambil alih sejenak,
"eomma apa semua akan baik-baik saja?" Hoseok menatap ibunya lekat-lekat.
"eomma kurang yakin, keluarga Yoo itu mereka keras kepala, mereka punya keinginan yang banyak dan tinggi, dan mereka suka menuruti nafsu" perkataan ibu hoseok membuat hoseok khawatir.
"Tapi tenanglah, eomma sudah menyuruh seseorang untuk mencari tau, hey,, Kalian ingin mendengar cerita?" Ibu hoseok mencoba menenangkan.
Hoseok dan kakaknya mengangguk dan memasang telinga baik-baik.
"Abeoji kalian, dulu juga seperti ini" kedua kakak beradik itu memasang wajah bertanya-tanya. Namun mereka tetap diam membiarkan sang ibu selesai.
"Uri seok-ie dan abeoji, kalian sangat mirip, orang-orang tidak bisa meragukan kalian" ucap ibu hoseok sambil terkekeh.
Seketika hoseok ingat dengan perkataan tetua saat pertemuan tadi siang, dan sekarang hoseok paham dari maksud perkataan sang tetua.
"Sampai sekarang, abeoji kalian tetap mencintai manusia, tidak, maksud eomma wanita itu, hanya wanita itu, padahal sekarang wanita itu sudah puluhan tahun dikubur"
"Jika tak ada obat-obatan maka kalian tidak pernah lahir, namun eomma tidak pernah menyesal hidup bersama abeoji kalian, kesetiaan dan ketulusannya membuat eomma jatuh cinta berkali-kali" senyum manis nan indah terukir jelas di wajah ibu hoseok, membuat hoseok dan kakaknya sedih juga terharu.
"Dulu, abeoji kalian tidak ingin memiliki anak, namun nenek kalian sangat ingin mempunyai cucu laki-laki, mereka bertengkar dan abeoji kalian menjadi stres, singkat cerita obat-obatan menjadi solusi, mungkin karna itu abeoji kalian selalu bersikap keras"
"walaupun begitu abeoji kalian selalu melakukan yang terbaik untuk kita, karna itu kalian tidak boleh membencinya" ibu hoseok mengusap kepala dua anaknya.
"Walaupun cintanya sudah dikubur, namun itu tak membuatnya lepas dari tanggung jawab, hidup itu memang rumit dan indah" ibu hoseok mengakhiri ceritanya.
"Untuk kalian juga. Walaupun sedari kecil kalian sudah dijodohkan ka-"
Tok! Tok!.
Ucapan ibu hoseok terpotong karna ketukan pintu.
"Masuklah.." titah ibu hoseok. Masuklah seorang pria berpakaian rapi, sebelum bicara, pria itu membungkuk sebentar.
"Nyonya jung, gadis itu disekap"
Hoseok yang mendengar itu langsung berdiri panik, sedangkan pria tadi langsung keluar setelah berbicara singkat.
"Eomma, bagaimana ini-"
"pergilah, selamatkan dia"
"Tapi, nanti abeoji ak-"
"Ini rencana abeoji" sanggah ibu hoseok cepat.
Hoseok terkejut, ia tak mampu berkata-kata lagi, dengan mata berkaca-kaca hoseok memeluk ibunya erat,
"cepatlah, dia menunggu" hoseok mengangguk mantap lalu beranjak.
"Seok-ie!!" Panggil kakak hoseok. Hoseok menoleh dan dilempari jaket.
"Pakai itu"
"seok-ie sayang noona!!" teriak hoseok keras-keras padahal noonanya ada di depan hoseok.
"Dasar aneh, jangan teriak-teriak" ucap kakak hoseok berdecak geli.
Dengan terkekeh hoseok melambai lalu melompat dari jendela kamarnya, melihat itu ibu hoseok menepuk dahinya,
"Kenapa dia lewat jendela?"
Saat hoseok sedang berjalan pelan, sambil memikirkan kemana kira-kira sejeong berada, tiba-tiba semak-semak di pinggir jalan bergoyang.
Dengan lagat waspada hoseok memperhatikan sekitarnya, hoseok mundur beberapa langkah lalu seseorang menarik bagian belakang kerah baju hoseok masuk ke semak dengan cepat.
Hoseok berteriak karna terkejut, dan orang itu membekap mulut hoseok dengan jari-jari panjangnya.
TBC.
Dimohon untuk tidak menjadi sider ;)
~misochan
Revisi 9.4.21
KAMU SEDANG MEMBACA
MOON (BTS VAMPIR/JHS) #TAMAT
Vampire@misochan_05 Apa yang akan tercetus di pikiran kalian jika ada para kakak kelas laki-laki kalian yang membuntuti lalu mengawasi kalian setiap hari? Padahal berbicara dengan mereka pun kalian tidak pernah.. Apa yang mereka ingin kan? Apa kalian takut...