9. pertemuan

151 41 1
                                    

♧ Jika kau melihat bulan dari dekat, maka kau akan melihat banyak lubang di tubuhnya.









2 juli 2013

Hoseok terus memandang kaca mobil yang hanya mempertontonkan jalanan untuknya.

Sangat membosankan baginya, para orang dewasa dari kaumnya mulai memperbanyak jadwal pertemuan, ini akan sulit, hoseok tidak bisa menerima ini, semua orang terus memaksanya, tidak semua sih.

Namun hoseok selalu merasa tertekan jika mengingat hal perjodohan itu. Tentu, mereka bukan manusia, maka jumlah mereka dibatasi keadaan, jadi mereka tidak bisa memperbanyak keturunan dengan asal.

Semua orang bilang kalau hoseok akan mencintai tunangannya perlahan, namun seluruh hati dan raga hoseok tidak pernah terbuka untuk gadis itu. Hoseok juga merasa tidak pernah menemukan kebaikan di gadis itu, jadi hoseok tidak bisa tersenyum untuk gadis yang tak lama akan hoseok nikahi itu.

Sebenarnya tidak banyak hal yang hoseok suka di hidupnya, hanya beberapa bahkan bisa dihitung dengan jari, namun hampir semua hal yang hoseok sukai tidak berpihak padanya.

Bahkan gadis yang hoseok suka sepertinya tidak menyukai hoseok balik. Sejeong, tatapan gadis pemilik senyum kotak itu datar saat melihat hoseok berbicara, ekspresinya tenang ketika mendapati hoseok menguntitnya.

Padahal dada hoseok akan berdetak heboh saat sejeong berada di dekatnya, ya, semenjak hoseok menghapus pikiran singkat sejeong tentang kejadian itu, hoseok jatuh cinta pada gadis itu, tatapan sejeong yang indah telah berhasil mengetuk hati hoseok yang dingin.

Namun... hoseok tau tidak seharusnya ia menyukai manusia tapi,

"tuan..."

seseorang tiba-tiba membukakan pintu mobil, hoseok berhenti melamun dan bertanya pada diri sendiri. Sejak kapan mobilnya berhenti?.

"Hoseok oppa!.."

seorang gadis menghampiri hoseok penuh dramatis. Itu tunangan hoseok, namanya bitna.

Bitna menggenggam tangan hoseok lalu beraegyo.

"Oppa kenapa kau tidak membawakan aku bunga?" Tanya bitna lalu mendengus alay, dan menghentakkan kakinya.

"Lihat, seokjin oppa membawakan bunga untuk minyoung, kenapa kau tidak?" Ucap Bitna sambil memukul-mukul pelan dada hoseok.

Hoseok hanya diam dan membuang pandangannya sesekali, ingin hoseok singkirkan tangan itu, namun hoseok tau ayahnya sedang mengawasi.

"Yoo-Bitna,, biarkan oppa mu duduk dulu, hoseok selamat datang" suara nyonya yoo menyapa.

Hoseok tersenyum tipis ke wanita yang mungkin akan jadi ibunya nanti. Bitna menarik hoseok duduk, entah kenapa hanya bitna yang berisik, sedangkan pasangan lain diam dan patuh pada aturan.

Iya memang, seokjin, namjoon, dan jungkook menerima pasangannya apa adanya, mereka benar-benar menerima takdir dengan baik.

Sedangkan jimin dan yoongi mereka pura-pura menurut dan mengikuti alur.

Sedangkan taehyung tidak diketahui jelas, namun taehyung tampak sangat menyayangi pasangannya lebih dari teman-temannya, apa teahyung benar-benar menyukai hidupnya?, teman-temannya sendiri juga agak heran.

Taehyung selalu tersenyum dan tidak pernah sedih, dia melakukan semua di hidupnya dengan ceria.

Kembali ke hoseok. hoseok sendiri merasa tidak bisa menerima ataupun mengabaikan bitna, yang hoseok ingin adalah menghilangkan bitna dari hidupnya, cukup kejam memang.

Mereka duduk di meja panjang yang menampung semua orang, kira-kira ada tiga puluh-an, ya, ini dari seluruh kota. Gelas-gelas perak dihidangkan dan mereka mulai menenggaknya.

Ini bukan darah manusia, mereka hanya mengkonsumsi darah hewan, mereka menyebut diri mereka fegetarian, sepertinya itu adalah darah beruang.

Tak lama tetua (pemimpin tertinggi di kota) yang tampak muda itu berbicara, lebih tepatnya pidato. tentang mereka yang harus saling menjaga dan bla,, bla,, bla,,.

Setelah selesai, mereka belum boleh pulang, setidaknya sampai sore harus menghabiskan waktu dengan perjodohan bodoh itu.

"Oppa.... lihat wajahku ketika aku bercerita" bitna menghentak-hentakkan kakinya kesal membuat rok nya tersingkap.

Hoseok dan bitna sedang duduk di kursi taman belakang rumah ini.

"Diam, dress mu pendek"

"Oppa, kau kasar sekali" suara bitna mengecil.

Hoseok menghela nafas berat lalu berdiri.

"Oppa mau kemana?, oppa meninggalkanku?"

Sambil berjalan menjauh hoseok menjawab singkat,

"ke toilet"

Perilaku hoseok memang berbanding terbalik saat ia berada di rumah besar ini, hoseok hanya merasa tidak nyaman dengan atmosfer di sini, tatapan ayahnya semakin dingin jika sudah berada di rumah ini.

Sebenarnya ini juga bukan rumah, tidak ada yang tinggal di sini, hanya saja di sini mereka bisa berkumpul tampa halangan. Dan karna itu 'mereka' menyebutnya rumah.

...........


#di kosan

"Hyuuung..."

jungkook memeluk leher hoseok yang tersembul dari belakang sandaran sofa.

"Hmm"

Gumam hoseok datar, ia sedang menonton televisi.

"Ayo main game..."

"ga mau"

"hyuuung..."

Datang suara lain merengek bersama dengan datangnya goyangan di bahu hoseok.

"Temenin tetet keluar.."

"ga mau"

"hyuuuung...."

Lagi satu rengekan terdengar, bersamaan dengan ujung baju hoseok yang ditarik-tarik.

"Ajarin ncim koreo baru..."

"ga mau"

"hobiii.."

"kenapa sih pada?" hoseok berteriak kesal, dan mendapati jungkook, taehyung, jimin, dan seokjin yang merengek.

"Jangan ganggu gw" ucap hoseok beranjak.

"Rumah sepi dari kemaren"

Suara seokjin menghentikan langkah hoseok, hoseok menoleh ke teman-temannya, ralat, saudara-saudaranya di sofa.

"Sini, ceritain ke kita" datang yoongi yang menarik hoseok duduk ke sofa.

Saat bokong hoseok sudah menempel, namjoon sudah duduk di bawah bersama seokjin dan jungkook.

"Hyung harus cerita ke kita" namjoon sambil mematikan televisi.

Dengan helaan panjang hoseok mulai bercerita.





TBC.
Dimohon untuk tidak menjadi sider

~misochan
Revisi 8.4.21

MOON (BTS VAMPIR/JHS) #TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang