Chapter 39🌈

1 0 0
                                    

Olly sudah selesai merapikan semua alat tulisnya dan bukunya sudah dimasukkan rapi ke dalam tas nya. Mungkin 5 menit lagi bel pulang sekolah akan berbunyi sudah menjadi kebiasaan Olly sebelum bel 5 menit berbunyi dan setelah bel ia akan menjadi orang pertama keluar kelasnya. Ruangan kelas yang membuatnya gerah saat berhadapan dengan pelajaran sejarah dan matematika

Tasya melihat teman sebangkunya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dan berkata dalam hati tidak patut  untuk ditiru. Terkadang Tasya mengerti sahabatnya yang satu ini ingin sekali mempercepat waktu pulang sekolah

Kringggggggg

Akhirnya bunyi yang ditunggu berbunyi

"Pak sukiman kapan keluarnya sih.  Lo ada karet gak?"tanya Olly

"Yaelah mbak sabar napa. Lo pucat banget sih,"ucap Tasya saat menyadari wajah sahabatnya

"Selamat siang anak-anak,"kata Sukiman lalu keluar dari kelasnya

"Siang pak,"jawab mereka serempak

Olly segera berlari keluar kelasnya dengan Sukiman yang masih didepannya. Tasya  benar-benar heran melihat kekonyolan Olly

Saat Olly sudah lewat beberapa langkah dari kelasnya, dari arah belakang ada tangan yang mencekal nya untuk menghentikan langkahnya. Saat itu juga Olly membalikkan badannya

"Apa apan sih. Nuel lepas gak,"kata Olly sambil berusaha melepas cekalan Luki

"Lo tunggu dulu. Lo mau pulang? gue bisa antar,"bujuk Luki

Olly menatap Luki yang membawanya"Nuel gue mau pulang sekarang! lepas,"ucap Olly sambil menatap Luki sendu

Luki tidak mau mendengar apapun alasan Olly. Luki butuh Olly mendengar apa yang ia ingin jelaskan saat ini termasuk kesalah pahaman yang membuat dirinya dan kekasihnya renggang. Luki menyita beberapa menit waktu Olly. mungkin itu tidak akan menjadi masalah. Yang menjadi masalah jika ego diantara mereka lebih kuat daripada saling percaya dan memahami

Luki sudah sampai ditempat tujuan yang dia maksud, bersama Olly yang terus saja melawan cekalan tangan Luki. Sejak tadi beberapa siswa melihat mereka

"Lo ngapain bawain gue kesini?"

"Lo ingat gak pertama kali kita datang kesini. Diatas rooftop ini gue merasa tenang bersama lo,"kata Luki

Luki menatap Olly. Tatapan yah sulit diartikan, ingin rasanya menangis didepan Olly saat mengingat masalah yang ia alami akhir-akhir ini namun itu hanya menjatuhkan harga dirinya sebagai laki-laki. Semua manusia mempunyai masalahnya sendiri cukup hanya Luki yang merasakannya

Luki memegang pundak Olly"Gue tau lo marah ly, soal yang tadi gue minta maaf. Gue bukan maksud memperlakukan Gladis seperti itu didepan lo,"

Olly memang masih marah. Tapi mungkin jika ia marah tidak ada gunanya"Iya gue tau. Cuma lo harus tau membedakan yang salah dan benar"

Luki menarik tangan Olly untuk duduk disamping nya sambil memandang kota Jakarta siang  menjelang sore"Lo bakal tau ly, setelah nanti gue udah merasakan nya didepan lo. Maafin gue nantinya kalo gue gak bisa terus berada dipihak lo,"kata Luki

Olly mendaratkan bokongnya lalu duduk disamping Luki"Maksud lo ngomong gitu?"

Luki mengarahkan pandangannya kemata cantik Olly"Mata gue gak bisa bohongi mata lo. Percaya ly, gue akan selalu ada disamping lo saat lo lelah maupun saat lo sedih. Mata gue akan tetap jujur bahwa gue sangat menyayangi lo,"jelas Luki memperdalam tatapannya

"Jangan buat gue bingung sama ucapan Lo barusan,"kata Olly

"Lo percaya kan bahwa gue akan selalu ada disamping lo?"

Epiphany Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang