Tata tidak pernah berpikir bahwa penulis favoritnya---Adam Darmawangsa, bukanlah seorang Dosen atau Dokter. Tulisannya begitu bijaksana dan indah menandakan wawasan yang luas. Faktanya, penulis itu adalah remaja seusia dengan satu paru-paru, alat bantu napas, dan sekarat. Tata berharap tulisan rumpang itu diselesaikan oleh Adam sebelum mautnya, sehingga di saat-saat terakhir Adam, Tata ada di sana untuk meminta lanjutan cerita yang belum selesai ditulis.