"Aku terlalu lemah, sampai membiarkan orang untuk melukaiku dengan mudah."
Happy reading!
...
Langit tersenyum tipis menatap jam melingkar di pergelangan tangannya. Sebentar lagi, pernikahannya dan Alena berlangsung. Dan ia akan menjadi ayah dari anak Alena.
Namun, kejadian kemarin membuatnya berpikir keras. Ia tak menyangka jika gadis itu dalang dari semuanya, menusuk sahabatnya dari belakang. Dan kemarin pun ia dibuat panik dengan Alena yang menelfon untuk memintanya pulang, karna Alena hanya ingin memeluk dirinya. Langit memaklumi, karna Alena sedang mengandung.
Untuk saat ini Langit harus fokus dengan pernikahannya dengan Alena. Hanya ada Alana sebagai wali Alena, Langit dan Alana sudah sepakat untuk tidak memberitahukan pernikahan ini pada sahabat mereka. Terlebih Langit lah yang meminta, dan Alana hanya setuju saja.
"Lang, udah siap?" tanya Awan datang tersenyum.
"Udah bang, deg-deg an," kekeh Langit memegangi dadanya.
"Semangat, semoga lancar pernikahan lo, Lang," tutur Awan memberikan semangat.
"Aamiin."
"Ayo keluar, penghulunya udah dateng," titah Awan.
Langit mengangguk. Berjalan keluar dengan perasaan yang begitu tegang. Rasa takut, senang, dan lainnya berkumpul jadi satu.
Langit tersenyum tipis saat mulai duduk di depan penghulu, menatap Brawijaya yang menatapnya bahagia. Langit pun menoleh ke arah samping, menatap Alena yang baru saja datang dengan tatapan takjub.
Cantik. Batinnya tersenyum.
"Sudah siap nak Langit?" tanya penghulu.
Langit mengangguk mantap. Menjulurkan tangannya. Berdoa dalam hati semoga ia tidak terpleset menyebutkan akadnya. Penghulu sudah memulai, gilirannya untuk mengucapkan akad.
"Saya terima nikahnya Alena Queenza Natalia binti Dion dengan mas kawin senilai 50 juta dan seperangkat alat sholat di bayar tunai!" ucap Langit lantang.
"Bagaimana para saksi sah?" tanya penghulu.
"SAH!" semua berseru. Menatap bahagia kedua pasangan yang sedang menyalurkan kebahagiaan.
Alana tersenyum menitihkan air mata. Berjalan memeluk Alena, menangis bahagia di pelukan.
Semoga ini akhir dari segala penderitaan kamu, Lena.
...
Alena merebahkan tubuhnya di kasur milik Langit. Kini ia akan tidur sekamar dengan Langit. Alana pun sudah pulang diantarkan Awan, tidak bisa berlama-lama takut oma Arun datang tiba-tiba.
"Lena, minum dulu susunya. Udah aku buatin," ujar Langit datang membawa segelas susu ibu hamil.
Alena bangun duduk menyenderkan tubuhnya. Mengambil gelas yang di serahkan Langit. "Makasih," ucapnya tersenyum.
Langit mengangguk. Ada sesuatu yang ingin dia bicarakan, tapi, apa ini akan mengganggu pikiran Alena? Hanya saja, Langit takut kandungannya akan terkena dampaknya.
"Kamu lagi mikirin apa, Lang?" tegur Alena menyenggol lengan Langit.
"Ah, engga. Kamu jangan keluar kamar ya hari ini, sampai besok," ucap Langit membuat kerutan bingung tercetak jelas di kening Alena.
"Kenapa?"
"Oma mau kesini, aku harus melaksanakan pertunangan ini Len. Dan menyelesaikan semua masalah," tutur Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Beban (SUDAH TERBIT)
Teen FictionBagaimana rasanya di campakkan oleh kedua orang tua sendiri? Bagaimana rasanya tidak di sayang oleh kedua orang tua sendiri? sakit bukan? ya, sangat sakit. Kenapa harus aku yang merasakan sakit ini? kenapa harus aku yang merasakan penderitaan ini? A...