Bahagia dan kesedihan (END)

38.3K 3.1K 891
                                    

"Dari aku untuk orang yang aku sayang. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku."

Happy reading!

...

5 bulan kemudian..

5 bulan sudah berlalu. Hari ini adalah hari kebebasan mereka dari SMA. Tawa bahagia menggema di penjuru sekolah saat mereka melempar topi yang kebanggan mereka.

Langit menatap foto Alena yang terpasang di wallpaper ponselnya. Walaupun istrinya tak bisa merayakannya di sekolah bersamanya, ia akan merakannya nanti di rumah.

"Lang, usian kandungan Lena udah 9 bulan kan?" tanya Sherlyn antusias.

"Iya, dokter bilang siap-siap aja saat Lena ngalamin sakit di perutnya," jawab Langit tersenyum. Membayangkan buah hati mereka lahir ke dunia.

"Kalian udah nyiapin nama untuk anak kalian nanti?" tanya Alana.

"Udah, buat jenis kelamin kita sengaja untuk gamau tau. Biar suprise," kekeh Langit.

"Semoga lancar ya Lang," ucap Rehan.

"Jadi om-om nih gue," kekeh Malik memainkan rambutnya.

"Idih, sok cakep lo!" sindir Sherlyn.

"Ah iya Lang, soal Risa. Ada kabar dari Tasya?" tanya Rehan penasaran.

Langit menggeleng. "Gue belum dapat kabar dari Tasya dan orang suruhan bokap gue, dan oma Rossa juga gak ngelakuin apa pun sampai saat ini. Lana juga bilang ke gue, kalau oma diam aja di rumah," ujar Langit menoleh ke arah Alana.

"Iya, gue gak pernah liat oma ngelakuin hal yang aneh. Bahkan nyokap gue juga sering diam," sahut Alana.

"Gue masih belum tenang, perasaan gue selalu gak enak sampai sekarang," ucap Sherlyn menatap lirih semuanya.

"Sekarang kita positif thingking aja. Dan nanti gue mau kita rayain kelulusan di rumah gue bareng Lena, gimana?" tanya Langit.

"Setuju!"

Drrtt.. Drrtt..

Ponsel Alana berdering, menampilkan nama Tasya.

"Tasya nelfon," ucap Alana tegang.

"Luodspeaker," titah Langit.

"Hal—"

"Lena! Risa bawa Lena kabur! Cepet lo susul ke tempat yang udah gue sharelock! Lena sempet ngehubungi gue pake ponsel Risa diem-diem, dan untungnya gue berhasil ngelacak! Cepet! Gue udah berangkat sama bokap lo!" Terdengar kepanikan dari sebrang sana, membuat semuanya berlari ke mobil Awan.

Awan menyalakan mesin mobilnya. Melaju kencang ke tempat yang di maksud Tasya tadi.

"Lena," isak Alana panik.

"Gue harap Risa ga ngelakuin hal yang gak terduga, semoga Lena dan janinnya baik-baik aja," lirih Sherlyn menangis di dekapan Rehan.

Langit terdiam. Emosinya memuncak. Ini tak terduga, ia tak menyangka jika Risa akan datang saat semuanya sedang sibuk dengan kelulusan.

Lena, bertahan!

...

Alena menatap sinis Risa yang tertawa di hadapannya. Menahan sakit yang begitu menyeruak di perutnya. Apakah harus sekarang ia melahirkan? Ini tidak tepat!

"Lo! Lo udah ngerebut semua cowo yang gue suka Lena!" bentak Risa, menarik kasar rambut Alena.

"Lo pernah ngerebut Alan dari gue, dan sekarang? Lo ngerebut Langit! Gue ngehilang semenjak Langit menolak gue, disitu gue udah nyusun semuanya! Menyusun kematian lo!" Risa tertawa. Tertawa atas kemenangannya.

Aku Bukan Beban (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang