"Tak selamanya orang terdekatmu adalah teman baikmu."
Happy reading!
...
Dion sesekali menatap Alena yang diam saja sedari tadi. Hembusan kasar keluar dari bibir Dion, ia memberhentikan mobilnya. Lalu menatap sesuatu di saku bajunya.
"Alena kamu gapapa?" pertanyaan itu membuat si kembar menatap terkejut sekaligus bingung dengan Dion yang bertanya khawatir.
"Papa gak salah?" tanya Alana.
Dion tersenyum tipis. "Untuk saat ini papa belum bisa kasih penjelasan, papa minta maaf atas sikap papa selama ini ke kamu Lena," ujar Dion bersungguh-sungguh.
Mata Alena berkaca-kaca, ada rasa bahagia yang menjalar di tubuhnya. Tanpa mikir panjang Alena mengangguk antusias, senyum manis terbit di wajah si kembar dan Dion.
"Lena maafin pa!" seru Alena bersemangat.
Dion tersenyum. "Untuk saat ini, kita jalanin sesuai lakon kita ya. Jangan ada yang tau dengan hubungan kita yang baik-baik saja," ungkap Dion.
Alana dan Alena mengangguk setuju. Mereka tersenyum, saling menggenggam tangan. Menyalurkan kebahagiaan yang tak terhingga.
Dion menatap kembali saku bajunya, dan mulai melajukan mobilnya ke sekolah.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di sekolah. Alana dan Alena turun dari mobil, menatap mobil Dion yang mulai menjauh.
"Aku bahagia," gumam Alena pelan, yang hanya dapat di dengar oleh Alana.
Alana menoleh. Mendapati wajah bahagia kembarannya. "Aku juga bahagia, yuk masuk."
Alena mengangguk. Berjalan masuk beriringan dengan Alana. Namun tak lama, terdengar suara teriakan cempreng yang menghiasi gendang telingan si kembar. Mereka tau siapa itu.
"LANA LENA! YUHU!"
Keduanya saling menoleh kebelakang, mendapati wajah Risa yang menyengir kuda, tak ada malu-malunya soal perkara seperti ini mah.
"Masih pagi Sa, makanan lo apa sih sebenarnya?" tanya Alana heran.
"Jengkol teman hidup gue, Lan," jawab Risa bersungguh-sungguh.
Alena terkekeh. "Iyauda ayo masuk," ucapnya di angguki semuanya.
Sepanjang jalan memasuki koridor, Alena di suguhi tatapan yang tak mengenakan dari murid yang bersekolah di sini. Dan ia mendengar beberapa hinaan dari mereka.
Jalang ternyata, muka aja polos. Sifatnya? Cih!
Kalau gue jadi keluarganya dia, malu sih.
Berdosa banget sih, gatau malu.
"Apa yang kalian omongin ha!?" tanya Alana kesal namu di tahan oleh Alena.
"Gapapa, jangan marah," cicit Alena.
"Kalian minta di gebuk ya!?" dengus Risa berapi-api.
"Udah Sa, ka," ucap Alena menenangkan keduanya.
Mereka melanjutkan langkah mereka yang sempat terhenti, mengabaikan hinaan dari murid yang mereka lewati.
Perasaan Alana dan Alena tak enak, mengapa tiba-tiba Alena di hina? Di beri tatapan tajam dan hina seperti itu?
Prok! Prok! Prok!
Langkah Alana, Alena, dan Risa terhenti saat Karin keluar dengan kedua temannya. Sembari bertepuk tangan dan tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Beban (SUDAH TERBIT)
Teen FictionBagaimana rasanya di campakkan oleh kedua orang tua sendiri? Bagaimana rasanya tidak di sayang oleh kedua orang tua sendiri? sakit bukan? ya, sangat sakit. Kenapa harus aku yang merasakan sakit ini? kenapa harus aku yang merasakan penderitaan ini? A...